Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mufidkce (bicara | kontrib)
k Mufidkce memindahkan halaman Bahasa Jawa Surabaya ke Bahasa Arekan: dialek tersebut tidak hanya di kota surabaya saja
Herryz (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(275 revisi perantara oleh 83 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|rumpun dialek yang terdiri dari dua dialek, yaitu Dialek Surabaya dan Dialek Malang|mengetahui mengenai Dialek Surabaya secara spesifik|Bahasa Jawa Surabaya|Dialek Malang|Bahasa Jawa Malangan}}
{{rapikan}}
{{noref}}
'''Dialek Surabaya''' atau lebih sering dikenal sebagai ''bahasa Suroboyoan'' (Bahasa Jawa : ''boso Suroboyoan'') adalah sebuah dialek [[bahasa Jawa]] yang dituturkan di [[Surabaya]] dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
 
{{bahasa
== Penggunaan ==
| name = Dialek Arekan
Batas wilayah penggunaan dialek Suroboyoan diperkirakan sampai wilayah:
| altname =
* Wilayah Selatan
| nativename = {{ubl|
** [[Perak, Jombang]].
* {{lang|jv|''Arèkan''}}
**: Wilayah Perak Utara masih menggunakan Dialek Surabaya, sementara Perak Selatan telah menggunakan Dialek Kulonan.
* {{Script/Java|ꦲꦫꦺꦏ꧀ꦏꦤ꧀}}{{*}}{{script/Arabic|أريڪَن}}
** Malang (beberapa daerah di wilayah Kabupaten dan Kota Malang juga menggunakan dialek ini)
}}
* Wilayah Utara
| acceptance =
** Madura
| image =
**: Beberapa orang Madura dapat menggunakan Dialek ini secara aktif.
| imagesize = <!-- or image_size -->
** Barat
| imagealt =
**: ''Wilayah [[Gresik]] '', ''Wilayah [[Lamongan]]''
| imagecaption =
** Timur
| pronunciation =
**: Belum diketahui secara pasti, namun di sepanjang pesisir tengah Jawa Timur ([[Pasuruan]], [[Probolinggo]] sampai [[Banyuwangi]]) Dialek ini juga banyak digunakan.
| states = {{flag|Indonesia}}
| region = {{tree list}}{{flag|Jawa Timur}}
----
* [[Gerbangkertosusila]]
** [[File:City of Surabaya Logo.svg|15px]] [[Kota Surabaya]]
** [[File:Seal of Gresik Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Gresik}}
** [[File:Seal of Sidoarjo Regency.svg|15px]] {{kab singkat| Sidoarjo}}
** [[File:Coat of arms of the City of Mojokerto.svg|15px]] [[Kota Mojokerto]]
** [[File:Seal of Mojokerto Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Mojokerto}}
** [[File:Coat of arms of Lamongan Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Lamongan}} (bagian timur)
** [[File:Seal of Bangkalan Regency.svg|15px]] {{Kab singkat|Bangkalan}} (sebagian kecil)
*** [[Sukolilo Barat, Labang, Bangkalan|Dusun Jarat Lanjang, Sukolilo Barat]]
* [[Malang Raya]]
** [[File:Seal of Malang City (Logo Kota Malang).svg|15px]] [[Kota Malang]]
** [[File:Logo Kota Batu, Jawa Timur (Seal of Batu, East Java).svg|15px]] [[Kota Batu]]
** [[File:Logo Kabupaten Malang - Seal of Malang Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Malang}}
* Lainnya
** [[File:Seal of Jombang Regency.svg|15px]] {{kab singkat|Jombang}} (sebagian besar)
** [[File:Logo Kota Pasuruan - Seal of Pasuruan City.svg|15px]] [[Kota Pasuruan]]
** [[File:Seal of Pasuruan Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Pasuruan}}
** [[File:Seal of Lumajang Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Lumajang}} (sebagian)
** [[File:Coat of arms of the City of Probolinggo.svg|15px]] [[Kota Probolinggo]] (sebagian kecil)
** [[File:Logo Kabupaten Probolinggo - Seal of Probolinggo Regency.svg|15px]] {{Kab singkat|Probolinggo}} (bagian barat, minoritas)
** [[File:Seal of Jember Regency.svg|15px]] {{Kab singkat| Jember}} (bagian barat dan selatan)
** [[File:Banyuwangi Regency coat of arms.svg|15px]] {{Kab singkat| Banyuwangi}} (sebagian kecil)
*** [[Genteng, Banyuwangi|Genteng]]
{{Tree list/end}}
| ethnicity = [[Suku Jawa|Jawa]]
| extinct =
| era =
| speakers = ± 25 juta
| date =
| dateprefix =
| ref =
| refname =
| speakers2 =
| revived =
| revived-category = <!-- or revived-cat -->
| familycolor = Austronesia
| fam2 = [[Bahasa Melayu-Polinesia|Malayo-Polinesia]]
| fam3 = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]
| fam4 = [[Rumpun bahasa Jawa|Jawa]]
| fam5 = [[Bahasa Jawa|Jawa Timuran]]
| fampos = Jawa
| protoname =
| ancestor =
| ancestor2 = <!-- up to ancestor8 -->
| standards =
| stand1 =
| stand2 = <!-- up to stand6 -->
| dialects =
| listclass =
| dia1 =
| dia2 = <!-- up to dia20 -->
| script = [[Alfabet Latin]]<br/>[[Aksara Jawa]]<br/>[[Abjad Pegon]]
| sign =
| posteriori =
| nation =
| minority = {{flag|Indonesia}} (sebagai bahasa daerah)
| agency = Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur
| development_body =
| iso1 =
| iso1comment =
| iso2 =
| iso2b =
| iso2t =
| iso2comment =
| iso3 =
| iso3comment =
| lc3 =
| ld3 =
| lc2 =
| ld2 =
| lc1 =
| ld1 =
| iso6 =
| isoexception =
| linglist =
| lingname =
| linglist2 = <!-- up to linglist6 -->
| lingname2 = <!-- up to lingname6 -->
| glotto = arek1234
| glottorefname = Arekan
| glotto2 = mala1493
| glottorefname2 = Malang-Pasuruan
| aiatsis =
| aiatsisname =
| aiatsis2 = <!-- up to aiatsis6 -->
| aiatsisname2 = <!-- up to aiatsisname6 -->
| guthrie =
| ELP =
| ELPname =
| ELP2 = <!-- up to ELP6 -->
| ELPname2 = <!-- up to ELPname6 -->
| glottopedia =
| lingua =
| lingua_ref =
| ietf =
| map =
| mapsize = 300px
| mapalt =
| mapcaption =
| module =
| notice = IPA
| glottoname = Arekan
| glottoname2 = Malang-Pasuruan
| glotto3 = sura1245
| glottoname3 = Surabaya
| glottorefname3 = Surabaya
|sk= NA
}}
'''Rumpun dialek Arekan''' ({{Lang-jv|[[Hanacaraka|aksara Jawa]]: ꦲꦫꦺꦏ꧀ꦏꦤ꧀, [[abjad Pegon]]: اريڪَن|Arèkan}}, {{IPA-jv|ʔarɛʔan|}}) merupakan salah satu dialek [[bahasa Jawa]] yang dituturkan di wilayah [[Jawa Timur]], terutama di [[Gerbangkertosusila|Surabaya Raya]], [[Kawasan Malang Raya|Malang Raya]], [[Pasuruan]], [[Lumajang]], dan daerah-daerah di sekitarnya. Dialek ini bercabang dari dialek Jawa Timuran dan terdiri dari [[dialek Surabaya]] dan [[Bahasa Jawa Malang|dialek Malang-Pasuruan]].
 
Dialek Arekan memiliki [[fonologi]] yang sedikit berbeda dari bahasa Jawa Standar. Statusnya yang bukan merupakan [[bahasa baku]] membuat dialek ini tidak banyak digunakan secara tertulis. Dialek Arekan baru aktif digunakan dalam bentuk tulisan sejak abad ke-21, terutama setelah [[media sosial]] banyak digunakan untuk sarana komunikasi dalam bahasa informal. Perbedaan yang paling mencolok antara dialek Arekan dengan bahasa Jawa Standar terletak pada imbuhan dan pemilihan kosakata. Hal ini pula yang membuat dialek ini mendapatkan namanya, Arekan, yang berasal dari penggunaan kata ''arèk'' (anak) untuk menggantikan ''bocah'' dan juga dapat berarti ''guys'' dalam bahasa Inggris.
Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
 
== Persebaran ==
Orang [[Surabaya]] lebih sering menggunakan partikel "rek" sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata "arek", yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata "bocah" (anak) dalam bahasa Jawa standar.
Dialek Arekan merupakan dialek bahasa Jawa yang umum digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur bagian timur. Cakupan wilayah penuturan dialek Arekan diperkirakan mencapai:{{Butuh rujukan}}
Partikel lain adalah "seh" (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dlam bahasa Indonesia setara dengan partikel "sih".
* Utara
** [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Kabupaten Sidoarjo|Sidoarjo]], dan [[Kabupaten Gresik|Gresik]]
** Sebagian wilayah [[Kabupaten Lamongan|Lamongan]] dan sebagian kecil [[Kabupaten Bangkalan|Bangkalan]]
* Barat
** [[Mojokerto (disambiguasi)|Mojokerto]]
** Sebagian besar wilayah [[Kabupaten Jombang|Jombang]]
* Timur
** Sebagian wilayah [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]] (kecuali [[Situbondo]] dan [[Bondowoso]]){{Efn|Bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat Situbondo dan Bondowoso adalah [[bahasa Madura]].}}
* Selatan
** [[Kawasan Malang Raya|Malang Raya]] dan [[Pasuruan (disambiguasi)|Pasuruan]]
Dialek Arekan yang dituturkan di wilayah Tapal Kuda dipengaruhi oleh [[bahasa Madura]], baik dalam kosakata maupun intonasi.{{Butuh rujukan}} Selain dialek Arekan, bahasa Jawa yang juga dituturkan di Jawa Timur bagian Timur adalah [[bahasa Jawa Tengger]] di [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru|Bromo-Tengger-Semeru]] dan [[bahasa Osing]] di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]].
 
== Fonologi ==
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata "titip" secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata "edan"; dan kata "tutup" secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata "soto".
{{dab|Informasi lebih lanjut mengenai fonologi: [[Bahasa Jawa#Fonologi|fonologi bahasa Jawa]]}}
Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: "kaya" (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata "isa" (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/.
 
Pada dialek Arekan, terdapat cara pengucapan huruf vokal yang sedikit berbeda dari bahasa Jawa Standar.
== Kosa kata ==
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:
* "Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
* "kathuken" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: kademen);
* "gurung" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: durung);
* "gudhuk" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: dudu);
* "deleh" berarti "taruh/letak" (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
* "kek" berarti "beri" (dikek'i=diberi, kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);
* "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);
* "gak/ogak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);
* "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
* "kate/kape" berarti "akan" (bahasa Jawa standar: arep);
* "lapo" berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ngopo);
* "opo'o" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: kenopo);
* "soale" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: kerono);
* "atik" (diucapkan "atek") berarti "pakai" atau "boleh" (khusus dalam kalimat"gak atik!" yang artinya "tidak boleh");
* "longor/peleh" berarti "tolol" (bahasa Jawa standar: goblok/ndhableg);
* "cek" ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: ben/supados);
* "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);
* "mbadog" berarti "makan" (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
* "ciamik soro/mantab jaya" berarti "enak luar biasa" (bahasa Jawa standar: enak pol/enak banget/enak tenan);
* "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);
* "gae" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
* "andhok" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);
* "cangkruk" berarti "nongkrong";
* "babah" berarti "biar/masa bodoh";
* "matek" berarti "mati" (bahasa Jawa standar: mati);
* "sampek/sampik" berarti "sampai/hingga" (bahasa Jawa standar: nganti);
* "barekan" berarti "lagipula";
* "masiyo" berarti "walaupun";
* "nang/nak" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: menyang);
* "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
* "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);
* "maeng/mau" berarti "tadi".
* "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)
* "ladhing" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);
* "lugur" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);
* "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
* "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
* "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);
* "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);
* "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
* "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);
* "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
* "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
* "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")
* "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
* "[[jancuk]]" ialah kata makian yang sering dipakai seperti "fuck" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "diancuk"; variasi yang lebih kasar ialah "mbokmu goblok, makmu kiper, dengkulmu sempal, matamu suwek"; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
* "waras" ialah sembuh dari sakit (dalam Bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa)
* "embong" ialah jalan besar / jalan raya (bahasa Jawa standar : "ratan/dalan gedhe")
* "nyelang" arinya pinjam sesuatu
* "parek/carek" artinya dekat
* "ndingkik" artinya mengintip
* "semlohe" artinya sexy (khusus untuk perempuan)
"jancuk" dari kata 'dancuk' dan turunan dari 'diancuk' dan turunan dari 'diencuk' yg artinya 'disetubuhi' ('dientot' bahasa betawinya).
Orang Jawa (golongan Mataraman) pada umumnya menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku dalam kehidupan Arek Suroboyo.
Misalnya dalam berbicara, Wong Jawa menekankan tidak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya Arek Suroboyo, hal tersebut menandakan bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara.
Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Arek-arek Suroboyo apabila telah lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika bertemu kembali pasti ada kata jancuk yang terucap, contoh: "Jancuk! Yok opo khabare, rek. Suwi gak ketemu!" Jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan akan semakin hangat. Contoh: "Yo gak ngunu, cuk, critane, matamu, mosok mbalon gak mbayar".
 
[[Fonem]] {{IPA|/i/}} pada suku kata tertutup berbunyi {{IPA|[ɪ]}}{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=35}} atau {{IPA|[e]}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}} Fonem {{IPA|/i/}} pada [[penultima]] terbuka umumnya juga berbunyi {{IPA|[ɪ]}} atau {{IPA|[e]}} jika [[ultima]] memiliki vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} tertutup.{{Sfn|Krauße|2017|p=13}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=21}}
Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen) dengan menambahkan vokal "u", misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep". Apabila ingin diberikan penekanan yang lebih lagi, vokal "u" dapat ditambah.
 
Fonem {{IPA|/u/}} pada suku kata tertutup berbunyi {{IPA|[ʊ]}}{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=37}} atau {{IPA|[o]}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}} Fonem {{IPA|/u/}} pada penultima terbuka umumnya juga berbunyi {{IPA|[ʊ]}} atau {{IPA|[o]}} jika ultima memiliki vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} tertutup.{{Sfn|Krauße|2017|p=13}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=21}}
* ''Hawane puanas'' (udaranya panas sekali)
{| class="wikitable"
* ''Sambele iku puuuedhes'' (sambal itu sangat sangat pedas sekali)
!Kata
!Bahasa Jawa<br />Standar
!Dialek Arekan
!Arti
|-
|''kirik''
|{{IPA|[ki.rɪʔ]}}
|{{IPA|[kɪ.rɪʔ], [ke.reʔ]}}
|anak anjing
|-
|''kukur''
|{{IPA|[ku.kʊr]}}
|{{IPA|[kʊ.kʊr], [ko.kor]}}
|garuk
|-
|''purik''
|{{IPA|[pu.rɪʔ]}}
|{{IPA|[pʊ.rɪʔ], [po.reʔ]}}
|ambek
|-
|''pikun''
|{{IPA|[pi.kʊn]}}
|{{IPA|[pɪ.kʊn], [pe.kon]}}
|pikun
|}
 
Alofon pada {{IPA|/i/}} dan {{IPA|/u/}} meluas hingga memiliki kesamaan bunyi dengan {{IPA|/e/}} dan {{IPA|/o/}}. Hal ini membuat fonem {{IPA|/e/}} yang berbunyi {{IPA|[e]}} dan {{IPA|/o/}} yang berbunyi {{IPA|[o]}} yang terletak pada penultima dengan ultima {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} tertutup terkadang dipahami sebagai fonem {{IPA|/i/}} dan {{IPA|/u/}}.
Selain itu. salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -''no''. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -''ke''
:{|
|
|''éling''
|{{IPA|[ʔe.lɪŋ]}}
|→ ''iling''
|'ingat'
|-
|
|''kondur''
|{{IPA|[kon.dʊr]}}
|→ ''kundur''
|'pulang'
|}
Fonem {{IPA|/e/}} pada penultima terbuka berbunyi {{IPA|[ɛ]}}, kecuali jika kata tersebut memiliki ultima terbuka dengan vokal {{IPA|/e/}} atau {{IPA|/o/}}{{Sfn|Krauße|2017|p=27}} atau ultima tertutup dengan vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}}.{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}}
{| class="wikitable"
!Kata
!Bahasa Jawa<br />Standar
!Dialek Arekan
!Arti
|-
|''éman''
|{{IPA|[e.man]}}
|{{IPA|[ɛ.man]}}
|sayang
|-
|''béda''
|{{IPA|[be.dɔ]}}
|{{IPA|[bɛ.dɔ]}}
|beda
|-
|''géndhong''{{Efn|Dalam bahasa Jawa, huruf vokal yang terletak sebelum pertemuan antara konsonan sengau dengan konsonan homorganiknya diperlakukan sebagai vokal terbuka meskipun berada dalam suku kata tertutup.}}
|{{IPA|[gen.ɖɔŋ]}}
|{{IPA|[gɛn.ɖɔŋ]}}
|gendong
|-
|''mléngos''
|{{IPA|[mle.ŋɔs]}}
|{{IPA|[mlɛ.ŋɔs]}}
|buang muka
|-
|''pépé''
|{{IPA|[pepe]}}
|{{IPA|[pepe]}}
|jemur
|-
|''péso''
|{{IPA|[peso]}}
|{{IPA|[peso]}}
|pisau
|}
Fonem {{IPA|/a/}} yang berbunyi {{IPA|[ɔ]}} umumnya tetap dibaca {{IPA|[ɔ]}} meski kata tersebut diberi akhiran, kecuali akhiran yang menyebabkan terjadinya [[Sandi (fonologi)|sandi]]. Hal ini menandakan kemungkinan proses terbentuknya fonem {{IPA|/ɔ/}} mandiri yang terpisah dari alofon {{IPA|/a/}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=12, 26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=26-28}}
{| class="wikitable"
!Kata
!Bahasa Jawa<br />Standar
!Dialek Arekan
!Arti
|-
|''kanca''
|{{IPA|[kɔɲtʃɔ]}}
|{{IPA|[kɔɲtʃɔ]}}
|teman
|-
|''kancané''
|{{IPA|[kaɲtʃane]}}
|{{IPA|[kɔɲtʃɔne]}}
|temannya
|-
|''ngancani''
|{{IPA|[ŋaɲtʃani]}}
|{{IPA|[ŋaɲtʃani]}}
|menemani
|-
|''jaga''
|{{IPA|[dʒɔgɔ]}}
|{{IPA|[dʒɔgɔ]}}
|jaga
|-
|''jagaen''
|{{IPA|[dʒaga.nən]}}
|{{IPA|[dʒɔgɔ.ən]}}
|jagalah
|-
|''njagakaké/njagakna''
|{{IPA|[ɲdʒagaʔake]}}
|{{IPA|[ɲdʒagaʔnɔ]}}
|mengandalkan
|}
 
== Sistem penulisan ==
* "Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!" (Hidupkan lampunya!)
Dialek Arekan umum ditulis menggunakan [[alfabet Latin]] tanpa mematuhi pedoman penulisan bahasa Jawa. Hal ini membuat satu kata dapat memiliki beberapa variasi cara penulisan yang berbeda. Penulisan pada dialek Arekan cenderung mengikuti bunyi pengucapan kata.{{Sfn|Krauße|2017|p=30}}
* "Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!" (Belikan kopi sebungkus!)
 
=== PerbedaanVokal ===
Secara umum, diakritik tidak digunakan pada penulisan huruf vokal{{Sfn|Krauße|2017|p=29-30}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}} dan beberapa alofon direpresentasikan dengan huruf yang mendekati bunyinya. Hal ini membuat satu huruf dapat merepresentasikan beberapa fonem yang berbeda.{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=111}} Pemilihan huruf vokal tidak selalu konsisten, sehingga fonem yang sama dapat ditulis dengan huruf yang berbeda antara satu kata dengan yang lain.
Perbedaan antara bahasa Jawa standar dengan bahasa Jawa Surabaya tampak sangat jelas berbeda dalam beberapa kalimat dan ekspresi seperti berikut :
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
|+
!Fonem
!Bunyi
!Bahasa Jawa<br />Standar{{Sfn|Arifin|2006|p=2}}
! colspan="2" |Dialek Arekan{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=111}}{{Sfn|Krauße|2017|p=29-30}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=5}}
|-
| rowspan="3" |{{IPA|/i/}}
|{{IPA|[i]}}
| rowspan="2" |<nowiki><i></nowiki>
| colspan="2" |<nowiki><i></nowiki>
|-
|{{IPA|[ɪ]}}
| rowspan="2" |<nowiki><i></nowiki>
| rowspan="2" |<e>
|-
|{{IPA|[e]}}
| -{{Efn|Fonem /i/ pada bahasa Jawa Standar tidak memiliki alofon [e].}}
|-
| rowspan="3" |{{IPA|/u/}}
|{{IPA|[u]}}
| rowspan="2" |<nowiki><u></nowiki>
| colspan="2" |<nowiki><u></nowiki>
|-
|{{IPA|[ʊ]}}
| rowspan="2" |<nowiki><u></nowiki>
| rowspan="2" |<o>
|-
|{{IPA|[o]}}
| -{{Efn|Fonem /u/ pada bahasa Jawa Standar tidak memiliki alofon [o].}}
|-
| rowspan="2" |{{IPA|/e/}}
|{{IPA|[e]}}
|<é>
| colspan="2" rowspan="2" |<e>
|-
|{{IPA|[ɛ]}}
|<è>
|-
| rowspan="2" |{{IPA|/o/}}
|{{IPA|[o]}}
| rowspan="2" |<o>
| colspan="2" rowspan="2" |<o>
|-
|{{IPA|[ɔ]}}
|-
| rowspan="2" |{{IPA|/a/}}
|{{IPA|[a]}}
| rowspan="2" |<a>
| colspan="2" |<a>
|-
|{{IPA|[ɔ]}}
| colspan="2" |<o>
|-
|{{IPA|/ə/}}
|{{IPA|[ə]}}
|<e>
| colspan="2" |<e>
|}
 
=== Konsonan ===
Fonem {{IPA|/ɖ/}} dan {{IPA|/ʈ/}}, yang dalam penulisan standar ditulis dengan digraf <dh> dan <nowiki><th>,</nowiki>{{Sfn|Arifin|2006|p=3}} umum ditulis dengan huruf <d> dan <t>.{{Sfn|Krauße|2017|p=30}}{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=111}}
:{|
|
|''thithik''
|{{IPA|[ʈiʈiʔ]}}
|''→ titik''
|'sedikit'
|-
|
|''wedhi''
|{{IPA|[wəɖi]}}
|''→ wedi''
|'pasir'
|-
|
|''dhahar''
|{{IPA|[ɖahar]}}
|''→ dahar''
|'makan'
|}
Fonem {{IPA|/g/}} yang terletak pada akhir kata berbunyi {{IPA|[k]}},{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=62-63}} sehingga konsonan {{IPA|/g/}} pada akhir kata umum ditulis dengan huruf <k>.
:{|
|
|''goblog''
|{{IPA|[gɔblɔk]}}
|''→ goblok''
|'goblok'
|-
|
|''papag''
|{{IPA|[papak]}}
|''→ papak''
|'jemput'
|-
|
|''grudug''
|{{IPA|[grʊdʊk]}}
|''→ gruduk''
|'kerubung'
|}
Fonem {{IPA|/d/}} yang terletak pada akhir kata berbunyi {{IPA|[t]}},{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=52-53}} sehingga konsonan {{IPA|/d/}} pada akhir kata terkadang ditulis dengan huruf <t>.
:{|
|
|''tangled''
|{{IPA|[taŋlət]}}
|''→ tanglet''
|'tanya'
|-
|
|''reged''
|{{IPA|[rəgət]}}
|''→ reget''
|'kotor'
|-
|
|''saged''
|{{IPA|[sagət]}}
|''→ saget''
|'bisa'
|}
Fonem {{IPA|/h/}} yang terletak pada akhir kata dengan ultima bervokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} terkadang tidak ditulis.
:{|
|
|''eruh''
|{{IPA|[ʔərʊh]}}
|''→ ero''
|'tahu'
|-
|
|''nyilih''
|{{IPA|[ɲɪlɪh]}}
|''→ nyele''
|'meminjam'
|-
|
|''misuh''
|{{IPA|[mɪsʊh]}}
|''→ meso''
|'mengumpat'
|}
 
=== Pembentukan homograf ===
* Bahasa Jawa Surabaya : He yo'opo kabare rek?
Cara penulisan pada dialek Arekan terkadang membuat kata yang tadinya berbeda menjadi [[homograf]].
* Bahasa Jawa standar : Piye kabare cah?
{| class="wikitable"
* Bahasa Indonesia : Apa kabar kawan?
|+
!Dialek Arekan
!Bahasa Jawa<br />Standar
!Pengucapan
!Arti
|-
| rowspan="2" |''ambek''
|''ambeg''
|{{IPA|[ʔambək]}}
|napas
|-
|''ambèk''
|{{IPA|[ʔambɛʔ]}}
|dengan
|-
| rowspan="2" |''loro''
|''lara''
|{{IPA|[lɔrɔ]}}
|sakit
|-
|''loro''
|{{IPA|[loro]}}
|dua
|-
| rowspan="2" |''embo''
|''embuh''
|{{IPA|[ʔəmbʊh]}}
|tidak tahu
|-
|''imbuh''
|{{IPA|[ʔɪmbʊh]}}
|tambah
|-
| rowspan="2" |''gatel''
|''gatel''
|{{IPA|[gatəl]}}
|gatal
|-
|''gathèl''
|{{IPA|[gaʈɛl]}}
|penis
|-
| rowspan="2" |''wedi''
|''wedi''
|{{IPA|[wədi]}}
|takut
|-
|''wedhi''
|{{IPA|[wəɖi]}}
|pasir
|}
 
== Tata bahasa ==
{{dab|Informasi lebih lanjut mengenai tata bahasa: [[Bahasa Jawa#Tata bahasa|tata bahasa Jawa]]}}
 
=== Pronomina persona ===
Terdapat perbedaan dalam pemilihan kata untuk [[pronomina]] persona pada dialek Arekan. Beberapa kata atau frasa juga biasa digunakan untuk menyatakan bentuk jamak.
{| class="wikitable"
|+
! rowspan="2" |Glos
! colspan="2" |Bentuk Bebas
! rowspan="2" |Awalan
! rowspan="2" |Akhiran
|-
!''[[Kata ngoko|Ngoko]]''
!''[[Kata krama|Krama]]''
|-
|{{gcl|1SG}}<br />'aku, saya'
|''aku''
|''kulo''
|''tak(-)''
|''-ku''
|-
|{{gcl|1PL.EXCL|persona pertama, jamak eksklusif}}<br />'kami'
|''kene''
|''-''
|''-''
|''-''
|-
|{{gcl|1PL.INCL|persona pertama, jamak inklusif}}<br />'kita'
|''awakdewe, kene''
|''-''
|''-''
|''-''
|-
|{{gcl|2SG}}<br />'kamu, Anda'
|''kon, awakmu, peno''
|''sampean'', ''riko''
|''mbok(-)''
|''-mu''
|-
|{{gcl|2PL}}<br />'kalian'
|''kon kabeh''
|''-''
|''-''
|''-''
|-
|{{gcl|3SG}}<br />'dia, ia, beliau'
|''de'e, wonge, areke''
|''piambake, <br />tiange''
|''di-''
|''-ne''
|-
|{{gcl|3PL}}<br />'mereka'
|''de'e kabeh, wonge, <br />arek-arek''
|''-''
|''-''
|''-''
|}
Awalan ''tak(-)'' dan ''mbok(-)'' biasa ditulis sebagai kata terpisah meski penggunaannya tetap sama seperti pada bahasa Jawa Standar.{{Sfn|Krauße|2017|p=35}} ''Piambake'' dan ''tiange'' berasal dari kosakata ''krama'', yaitu ''piyambak'' 'sendiri' (''ngoko'': ''dhéwé'') dan ''tiyang'' 'orang' (''ngoko'': ''wong''), yang ditambahkan akhiran ''ngoko -e'' (''krama'': ''-ipun''). Akan tetapi, gelar lebih sering digunakan untuk menyebut orang ketiga dalam bahasa yang sopan dibandingkan dengan pronomina persona.{{Sfn|Krauße|2017|p=34-35}}
 
=== Demonstrativa ===
Terdapat sedikit berbedaan pada [[Demonstrativa|kata tunjuk]] yang digunakan di dialek Arekan. Hal ini dipengaruhi oleh sistem penulisannya yang tidak mematuhi pedoman penulisan bahasa Jawa.
{| class="wikitable"
!Bahasa Jawa<br />Standar
!Dialek Arekan
!Pengucapan
!Arti
|-
|''(ika)''{{Efn|Kata ''kaé'' lebih umum digunakan dalam percakapan, sedangkan ''ika'' digunakan pada bahasa sastra.}}
|''iko''
|{{IPA|[ʔikɔ]}}
|itu
|-
|''kono''
|''kunu''
|{{IPA|[kono]}}
|situ
|-
|''kana''
|''kono''
|{{IPA|[kɔnɔ]}}
|sana
|-
|''mrono''
|''mrunu''
|{{IPA|[mrono]}}
|ke situ
|-
|''mrana''
|''mrono''
|{{IPA|[mrɔnɔ]}}
|ke sana
|-
|''ngono''
|''ngunu''
|{{IPA|[ŋono]}}
|begitu
|-
|''ngana''
|''ngono''
|{{IPA|[ŋɔnɔ]}}
|begitu (jauh)
|-
|''semono''
|''sakmunu''
|{{IPA|[saʔmono]}}
|sekian itu
|-
|''semana''
|''sakmono''
|{{IPA|[saʔmɔnɔ]}}
|sekian itu (jauh)
|}
Penggunaan huruf <nowiki><u> pada suku kata terbuka untuk menyatakan bunyi </nowiki>{{IPA|[o]}} hanya ditemui pada kata tunjuk. Hal ini menyimpang dari ketentuan bahwa vokal {{IPA|/u/}} pada suku kata terbuka dibunyikan sebagai {{IPA|[u]}}.{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=36}}
 
=== Imbuhan ===
Terdapat beberapa erbedaan pada penggunaan imbuhan antara dialek Arekan dengan bahasa Jawa Standar.
 
Akhiran ''-no''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar ditulis ''-na''.}} {{IPA|[nɔ]}} menggantikan seluruh penggunaan akhiran ''-aké''.
:{|
|
|''lali''
|{{IPA|[lali]}}
|'lupa'
| + ''N-/-no''
|''→ nglalekno''
|{{IPA|[ŋlalɛʔnɔ]}}
|'melupakan'
|-
|
|''tuku''
|{{IPA|[tuku]}}
|'beli'
| + ''N-/-no''
|''→ nukokno''
|{{IPA|[nukɔʔnɔ]}}
|'membelikan'
|-
|
|''jodo''
|{{IPA|[dʒoɖo]}}
|'jodoh'
| + ''tak(-)/-no''
|''→ tak jodokno''
|{{IPA|[taʔ dʒɔɖɔʔnɔ]}}
|'kujodohkan'
|-
|
|''gowo''
|{{IPA|[gɔwɔ]}}
|'bawa'
| + ''di-/-no''
|''→ digawakno''
|{{IPA|[digawaʔnɔ]}}
|'dibawakan'
|-
|
|''dewe''
|{{IPA|[ɖewe]}}
|'sendiri'
| + ''di-/-no''
|''→ didewekno''
|{{IPA|[diɖɛwɛʔnɔ]}}
|'disendirikan'
|}
Akhiran ''-e'' diwujudkan dengan [[alomorf]] ''-ne'' jika dipasangkan pada kata dengan akhir vokal.{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=404-405}} Akan tetapi, alomorf ''-e'' terkadang dapat juga digunakan.
:{|
|
|''bojo''
|{{IPA|[bodʒo]}}
|'suami/istri'
| + ''-e''
|''→ bojoe''
|{{IPA|[bodʒo.e]}}
|'pasangannya'
|-
|
|''mlaku''
|{{IPA|[mlaku]}}
|'berjalan'
| + ''-e''
|''→ mlakue''
|{{IPA|[mlaku.e]}}
|'jalannya'
|-
|
|''mburi''
|{{IPA|[mburi]}}
|'belakang'
| + ''-e''
|''→ mburie''
|{{IPA|[mburi.e]}}
|'belakangnya'
|}
Awalan ''sak-'' menggantikan seluruh penggunaan awalan ''sa-'' serta alomorf ''se-'', kecuali yang terdapat pada angka.{{Efn|Awalan ''sa-'' beserta alomorfnya terdapat pada angka ''sepuluh'' 'sepuluh', ''sewelas'' 'sebelas', ''selikur'' 'dua puluh satu', ''selawe'' 'dua puluh lima', ''seket'' 'lima puluh', ''suwidak'' 'enam puluh', ''satus'' 'seratus', dan ''sewu'' 'seribu'.}}
:{|
|
|''piring''
|{{IPA|[pɪrɪŋ]}}
|'piring'
| + ''sak-''
|''→ sakpiring''
|{{IPA|[saʔpɪrɪŋ]}}
|'sepiring'
|-
|
|''penak''
|{{IPA|[pɛnaʔ]}}
|'enak'
| + ''sak-/-e''
|''→ sakpenake''
|{{IPA|[saʔpɛnaʔe]}}
|'seenaknya'
|-
|
|''omah''
|{{IPA|[ʔomah]}}
|'rumah'
| + ''sak-''
|''→ sakomah''
|{{IPA|[saʔomah]}}
|'serumah'
|}
Sisipan ''-u-'' digunakan untuk memberikan penekanan dengan makna ‘sangat’ pada suatu kata.{{Sfn|Krauße|2017|p=41}} Sisipan ini berbeda dengan [[Diftong|pendiftongan]] pada bahasa Jawa Standar yang memiliki fungsi serupa,{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=145}} karena sisipan ''-u-'' tidak menghasilkan diftong dan tidak terbatas pada [[kata sifat]]. Pada kata yang diawali vokal, sisipan ''-u-'' diletakkan di awal kata dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'', ''-w-'', atau ''-uw-''. Pada kata yang diawali konsonan, sisipan ''-u-'' diletakkan sebelum vokal pada suku kata pertama dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'' atau ''-uw-''. Jika vokal yang mengikuti sisipan adalah {{IPA|/u/}}, sisipan selalu diwujudkan dengan alomorf ''-uw-''.
:{|
|
|''akeh''
|{{IPA|[ʔa.kɛh]}}
|'banyak'
| + ''-u-''
|''→ uakeh''
|{{IPA|[ʔu.a.kɛh]}}
|'sangat banyak'
|-
|
|''adoh''
|{{IPA|[ʔa.dɔh]}}
|'jauh'
| + ''-w-''
|''→ wadoh''
|{{IPA|[wa.dɔh]}}
|'sangat jauh'
|-
|
|''enak''
|{{IPA|[ʔɛ.naʔ]}}
|'enak'
| + ''-uw-''
|''→ uwenak''
|{{IPA|[ʔu.wɛ.naʔ]}}
|'sangat enak'
|-
|
|''lapo''
|{{IPA|[la.pɔ]}}
|'sedang apa'
| + ''-u-''
|''→ luapo''
|{{IPA|[lu.a.pɔ]}}
|'sedang apa (heran)'
|-
|
|''ngguyu''
|{{IPA|[ŋgu.ju]}}
|'tertawa'
| + ''-uw-''
|''→ ngguwuyu''
|{{IPA|[ŋgu.wu.ju]}}
|'tertawa terbahak-bahak'
|}
 
== Penggunaan ==
Salah satu ciri khas dialek Arekan adalah tutur kata yang dianggap lugas, tegas, dan kasar, dibandingkan dengan [[Bahasa Jawa Surakarta|bahasa Jawa Standar]] yang cenderung halus, lembut, dan secara jelas [[Bahasa Jawa#Tingkat tutur|menunjukkan tata krama]]. Hal ini muncul dari perbedaan nada bicara dan jarangnya penggunaan kosa kata dengan tingkat tutur tinggi.{{Butuh rujukan}} Berikut ini merupakan beberapa contoh kalimat percakapan dalam dialek Arekan dan bahasa Jawa Standar:
{| class="wikitable"
!Dialek Arekan
!Bahasa Jawa Standar
!Bahasa Indonesia
|-
|''Yo'opo kabare, rek?''
|''Piyé kabaré, cah?''
|Apa kabar, kawan?
|-
|''Arek iki tambah mbois ae cok!''
|''Cah ki tambah bagus waé pèh!''
|Anak ini semakin keren saja ya!
|-
|''Rek, koen kabeh gak mangan a?''
|''Cah, kowé ra padha madhang toh?''
|Kawan, apa kalian tidak makan?
|-
|''Cak, njaluk tolong jukukno montor nang bengkel.''
|''Mas, njaluk tulung jupukaké montor ning bingkil.''
|Bang, minta tolong ambilkan mobil di bengkel.
|-
|''Pak, sampean kajenge teng pundi?''
|''Pak, panjenengan badhé dhateng pundi?''
|Pak, Anda hendak ke mana?
|}
Dialek Arekan juga digunakan sebagai bahasa pengantar oleh media-media lokal setempat.{{Butuh rujukan}}
 
== Kosakata ==
* Bahasa Jawa Surabaya : Rek, koen gak mangan ta?
<!--Diakritik pada tabel ini hanya sebagai petunjuk untuk menghindari abiguasi pembacaan dan beberapa diakritik bukan merupakan diakritik yang digunakan dalam penulisan latin bahasa Jawa. Huruf dengan diakritik beserta bunyinya adalah sebagai berikut: <é> untuk [e], <è> untuk [e], <ó> untuk [o], <ò> untuk [o], <ḍ> untuk [ɖ], <ṭ> untuk [ʈ], dan <ḳ> untuk [k] sebagai koda (konsonan di akhir suku kata).-->
* Bahasa Jawa standar : Cah, kowe ra podho maem to?
* Bahasa Indonesia : Kalian tidak makan?
 
Dialek Arekan memiliki penggunaan kosakata yang berbeda dari bahasa Jawa Standar. Perbedaan kosakata ini dapat berupa penggunaan suatu kata baku yang lebih sering dibanding sinonimnya, kata yang pengucapannya sedikit berbeda, kata yang maknanya telah bergeser atau meluas, atau kata yang khas dan tidak ada padanannya di bahasa Jawa Standar. Beberapa contoh di antaranya ada di tabel berikut:
{| class="wikitable"
!Dialek Arekan{{Efn|Penulisan huruf pada contoh kata di bawah merupakan penulisan yang umum ditemui. Pada penulisan dialek Arekan, umumnya diakritik tidak digunakan. Diakritik pada tabel ini hanya sebagai petunjuk untuk menghindari abiguasi pembacaan dan beberapa diakritik bukan merupakan diakritik yang digunakan dalam penulisan latin bahasa Jawa. Huruf dengan diakritik beserta bunyinya adalah sebagai berikut: <é> untuk [e], <è> untuk [e], <ó> untuk [o], <ò> untuk [o], <ḍ> untuk [ɖ], <ṭ> untuk [ʈ], dan <ḳ> untuk [k] sebagai koda (konsonan di akhir suku kata).}}
!Bahasa Jawa Baku
!Bahasa Indonesia<ref>{{cite web|author=<!--Not stated-->|title=KBBI Daring|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/|website=kbbi.kemdikbud.go.id|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan}}</ref>
|-
|''aé''
|''waé''
|saja
|-
|''aḍaknò'', ''ḍaḍaknò''
|''jebulé'', ''tibané''
|ternyata
|-
|''akas''
| -
|tangkas
|-
|''ambèk''
|''karo''
|dengan, bersama
|-
|''ambèkan''
|''agèkan'', ''lagiyan''
|lagi pula
|-
|''ancèn''
|''pancèn''
|memang
|-
|''aṭék'', ''athik''
|''nganggo''
|memakai (untuk melakukan sesuatu), dengan
|-
| rowspan="2" |''arèk'', ''rèk''{{Efn|Umum digunakan sebagai panggilan untuk persona ketiga jamak, 'kawan-kawan'.}}
|''bocah''
|anak
|-
|''wong''
|orang yang berasal dari suatu daerah tertentu
|-
|''awakdéwé''
|''awaké dhéwé''
|kita
|-
|''awakmu'', ''kon''
|''kowé''
|kamu
|-
| rowspan="3" |''bacut'', ''kebacut''
|''kebacut''
|terlambat, telanjur
|-
|''kebanjur''
|terlewat
|-
| -
|keterlaluan
|-
|''barèk''
|''karo''
|dengan, bersama
|-
|''barèkan''
|''agèkan'', ''lagiyan''
|lagi pula
|-
|''bah'', ''bahno'', ''babah'', ''babahno'', ''barno''
|''jar'', ''jarké'', ''umbarké'', ''bèn''
|masa bodoh, membiarkan
|-
|''béntó''
|''goblog''
|bodoh
|-
|''beròk''
|''bengok''
|berteriak
|-
|''biḍeg'', ''mbiḍeg''
|''meneng''
|diam, membisu
|-
|''blègèḍès'', ''mblègèḍès''
| -
|berantakan (rupa)
|-
|''bòk'', ''mbòk'', ''mòk''
|''kok'', ''tok''
|persona kedua agen kata kerja pasif, kau-
|-
|''bòncèl''
|''bocèl''
|lecet
|-
|''brai''
|''dandan''
|solek, dandan
|-
|''brasak'', ''mbrasak''
|''nembus'', ''trabas''
|menerobos
|-
|''bròsòt'', ''mbròsòt''
|''mrosot''
|merosot
|-
| rowspan="2" |''bulet'', ''mbulet''
|''bulet''
|kusut
|-
|''ruwed''
|rumit, bertele-tele
|-
|''cacak'', ''cak''
|''mas'', ''kakang''
|kakak (lelaki)
|-
|''caḳceḳ''
| -
|tangkas
|-
|''cangkruk''
|''mlangkring''
|tongkrong, menongkrong
|-
|''cangkrukan''
|''angkringan'', ''wédangan''
|tongkrongan (tempat)
|-
|''carek''
|''cedhak'', ''cerak''
|dekat
|-
|''cawé'', ''cawé-cawé''
|''mèlu-mèlu''
|ikut campur
|-
|''cawik''
|''céwok''
|cebok
|-
|''ceḍek'', ''ciḍek''
|''cedhak'', ''cerak''
|dekat
|-
|''cèk'', ''cék'', ''cékbèn''
|''supaya'', ''bèn''
|agar, supaya
|-
|''celaṭu'',{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''clathu'' memiliki arti 'berbicara'.}}
|''senèn''
|memarahi
|-
|''cèmòng''
|''cémot''
|cemong, belepotan, kotor
|-
|''còngòk{{Efn|''Congok'' berasal dari gabungan kata ''kacong'' ([[bahasa Madura]]) dan ''goblok''}}''
|''mendho''
|bodoh
|-
| rowspan="2" |''còngòr''
|''congor'', ''cingur'', ''moncong''
|jungur, moncong
|-
|''antem''
|pukul
|-
|''còp'', ''còpan'', ''còp-còpan''
|''kontakan''
|stopkontak
|-
|''cuklèk''
|''tugel'', ''putung''
|patah
|-
|''dè'é'', ''dè é''
|''dhèké'', ''dhèwèké''
|dia
|-
|''delok''
|''deleng''
|lihat
|-
|''dilep''
| -
|[[dismenorea]]
|-
| rowspan="2" |''dobol''
|''silit''
|dubur (kata makian)
|-
|''goblog''
|bodoh
|-
|''dulin'', ''dolén''
|''dolan''
|bermain
|-
|''dhukur''
|''dhuwur''
|atas
|-
|''èmbòng''
|''ratan''
|jalan raya
|-
|''emòk'', ''mòk''
|''wegah'', ''gah'', ''emoh'', ''moh''
|tidak ingin
|-
| rowspan="2" |''emplòk''
|''emplok''
|memasukkan sesuatu ke mulut
|-
|''untal''
|telan
|-
|''ènḍèl'', ''kemènḍèl''
| -
|genit, centil
|-
|''engkók''
|''mengko''
|nanti
|-
|''eró'', ''eróh'', ''róh''
|''weruh''
|tahu, paham
|-
|''gak'', ''nggak'', ''enggak'', ''ògak''
|''ora''
|tidak
|-
| rowspan="2" |''gaé'', ''gawé''
|''gawé''
|membuat, pekerjaan
|-
|''kanggo''
|untuk
|-
|''gaplèk'', ''gaplèki'', ''nggaplèki''
| -
|menjengkelkan
|-
|''gasak''
|''antem''
|pukul, terjang
|-
|''gaṭèl''
|''gathèl''
|penis (kata makian)
|-
|''gaṭèli'', ''nggaṭèli''
| -
|menjengkelkan (kata makian)
|-
|''gebes'', ''nggebes''
|''silir'', ''sumilir''
|sepoi
|-
|''gebrès''
|''wahing''
|bersin
|-
|''gedabrus'', ''nggedabrus''
|''gumunggung''
|membual, sok tahu, omong kosong
|-
|''gègèr''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''gègèr'' memiliki arti 'huru-hara'.}}
|''gelut''
|berkelahi
|-
|''gèk''
|''dang'', ''agé'', ''cepet''
|lekas (perintah)
|-
|''gènèh''
|''wèh'', ''wènèh''
|beri
|-
|''gòcik''
| -
|penakut, pengecut
|-
|''gòmbòr''
|''kombor''
|longgar (pakaian)
|-
|''grawuk'', ''krawuk''
|''kruwek''
|mencakar
|-
|''guduk''
|''dudu''
|bukan
|-
|''gurung''
|''durung''
|belum
|-
|''isòk''
|''bisa''
|bisa
|-
| rowspan="2" |''iwak''
|''iwak''
|ikan
|-
|''lawuh''
|lauk
|-
|''jagòng'',{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''jagong'' memiliki arti 'mendatangi perayaan'.}} ''jagòngan''
|''mlangkring''
|tongkrong, menongkrong
|-
|''jambrèt''
| -
|jambret (kata makian)
|-
|''jamput'', ''damput'', ''hamput''
|''amput''
|bersetubuh (kata makian)
|-
|''[[jancok|jancók]]'', ''jancuk'', ''cók'', ''cuk''
|''gancok''
|bersetubuh (kata makian)
|-
|''jangkrék''
|''jangkrik''
|jangkrik (kata makian)
|-
|''jarag'', ''jaraḳ'', ''njarag'', ''njaraḳ''
|''ganggu''
|jail
|-
|''jarem'', ''njarem''
|''kram''
|kram
|-
| rowspan="3" |''jebus''
|''jebus''
|tembusan (jalan)
|-
|''pungkasan''
|ujung
|-
|''jebulé''
|ternyata
|-
|''jeglèḳ'', ''njeglèḳ''
| -
|padam seketika (listrik)
|-
|''jék''
|''isih''
|masih, sedang (melakukan sesuatu hal)
|-
| rowspan="2" |''jekètèk'',{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''jekèthèk'' memiliki arti 'umum, mudah dijumpai'.}} ''njekètèk''
|''dumadakan''
|mendadak, tiba-tiba
|-
| -
|ternyata (konotasi negatif)
|-
|''jembek'', ''jembrek''
| -
|muak
|-
|''jèmbrèt''
| -
|belepotan
|-
|''jerih''
|''ajrih''
|takut, pengecut
|-
|''jukuk''
|''jupuk''
|ambil
|-
|''jungkrak''
| -
|mendorong hingga jatuh
|-
| rowspan="2" |''kaét'', ''kaèt'', ''kèt''
|''kawit''
|sejak
|-
|''mentas''
|baru saja
|-
|''kancrit''
| -
|tertinggal, terbelakang
|-
|''kaplòk''
|''tempiling'', ''tapuk''
|tampar
|-
|''karèk'', ''garèk''
|''kari''
|tersisa
|-
|''katé'', ''kapé'', ''até'', ''apé''
|''arep''
|akan, hendak
|-
|''kathuken''
|''kadhemen'', ''katisen''
|kedinginan
|-
| rowspan="2" |''katok''
|''kathok''
|celana pendek
|-
|''clana''
|celana
|-
|''kebek''
|''kebak''
|penuh
|-
|''kecèk''
| -
|genangan air
|-
|''kèk''
|''wèh'', ''wènèh''
|beri
|-
|''kluyuran''
|''ngluyur'', ''kluyur-kluyur''
|berkeluyuran, bepergian tanpa tujuan
|-
| rowspan="2" |''kemalan''
|''kemalan''
|membual
|-
| -
|sok, berlagak
|-
|''kemaruk'', ''maruk''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''maruk'' memiliki arti 'bernafsu makan besar'.}}
|''srakah''
|serakah
|-
|''kemènyèk''
| -
|berlebihan, sok, berlagak
|-
| rowspan="2" |''kemu''
|''kemu''
|berkumur
|-
| -
|mengulum, menahan dalam mulut
|-
|''kenèk opo''
|''ngapa''
|mengapa, kenapa
|-
| rowspan="2" |''kerjo''
|''kerja'', ''manjing''
|bekerja (profesi)
|-
|''nglakoni'', ''nindakaké''
|berkegiatan, melakukan
|-
|''kèri''
|''kari''
|tertinggal
|-
|''kètòk''
|''katon''
|terlihat
|-
|''klòmbòr''
|''kombor''
|longgar (pakaian)
|-
|''kòn'', ''kòen''
|''kowé''
|kamu
|-
|''kòra'', ''kòra-kòra'', ''kòrah-kòrah''
|''umbah'', ''umbah-umbah''
|cuci (peralatan dapur)
|-
|''kòrèt''
| -
|sisa
|-
|''kósró'', ''kósróh''
|''kisruh''
|asal, sembarangan
|-
|''kòwa-kòwò'', ''kòwah-kòwòh''
|''plonga-plongo''
|kebingungan (ekspresi)
|-
|''kutang''
|''kotang''
|kutang, beha
|-
|''lagèk'', ''gèk''
|''lagi''
|baru saja
|-
|''lagèkan''
|''agèkan'', ''lagiyan''
|lagi pula
|-
| rowspan="2" |''lapò''
|''lagi apa''
|sedang apa
|-
|''ngapa'', ''kenapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''lapò'ò'', ''lapò ò''
|''ngapa'', ''kenapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''lèk'', ''lak''
|''yèn''
|kalau, jika
|-
|''lék''
|''lik''{{Efn|Singkatan dari kata ''cilik'' dalam bahasa Jawa Standar yang berarti 'kecil'.}}
|paklik, bulik
|-
|''lèyèh''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''lèyèh'' memiliki arti 'bersandar'.}}, ''lèyèh-lèyèh''
| -
|bersantai-santai
|-
|''lugur'', ''lógór''
|''tiba''
|jatuh
|-
|''lòngòr''
|''goblog''
|bodoh
|-
| rowspan="2" |''macak''
|''dandan'', ''paès''
|solek, dandan
|-
| -
|bergaya (menyerupai sesuatu), bersikap (seolah-olah)
|-
|''maem''
|''mangan''
|makan
|-
|''maeng''
|''mau'', ''wau''
|tadi, baru saja
|-
|''mari''
|''rampung'', ''bubar'', ''bar''
|sudah, selesai
|-
|''masiò'', ''mbasiò'', ''masi'', ''mbasi''
|''senajan'', ''sanadyan'', ''masiya''
|meskipun
|-
|''matèk''
|''mati''
|mati
|-
|''mayak''
| -
|kurang ajar
|-
|''mèk''
|''mung''
|hanya, cuma
|-
|''mèlòk''
|''mèlu''
|ikut
|-
|''mené''
|''sésuk''
|besok
|-
|''metangkring''
|''plangkring'', ''mlangkring''
|bertengger
|-
|''metantang''
| -
|membusungkan dada
|-
|''metantang-metèntèng''
| -
|berlagak
|-
|''metèntèng''
| -
|berayun
|-
|''metingkrang''
| -
|duduk dengan kaki terangkat
|-
|''mésó'', ''mésóh''
|''misuh'', ''ngipat''
|mengumpat, memaki
|-
|''mléngsé'', ''méngslé''
| -
|miring, tidak lurus
|-
|''mléṭé''
| -
|menjengkelkan
|-
| rowspan="3" |''muluk''
|''puluk'', ''muluk''
|makan dengan tangan kosong
|-
|''muluk'', ''muluk-muluk''
|meninggi, terbang, hal yang tinggi (tidak tercapai)
|-
| -
|mengepal
|-
| rowspan="2" |''néng''
|''nang'', ''ing''
|di
|-
|''nang'', ''menyang''
|ke
|-
| rowspan="2" |''nèk'', ''nak''
|''nang'', ''ing''
|di
|-
|''nang'', ''menyang''
|ke
|-
|''nèk''
|''yèn''
|kalau, jika
|-
|''ndang'', ''lang''
|''dang'', ''agé'', ''cepet''
|lekas (perintah)
|-
|''ndaniò''
| -
|apalagi jika
|-
|''nḍék'', ''nḍik'', ''ndhik''
|''ing''
|di
|-
|''ndhèk''
|''mau''
|tadi
|-
|''ngecembeng'', ''ngecembòng''
| -
|menggenang
|-
|''ngembung''
| -
|menggenang
|-
| rowspan="2" |''ngeres''
|''reged''
|kotor
|-
| -
|kotor (pikiran)
|-
|''nglamak'', ''ngamak''
| -
|kurang ajar
|-
|''nglèsòt'', ''nglòsòt''
|''klèsèd'', ''nglèsèd'', ''lèsèh''
|leseh, berlesehan
|-
|''ngòwòh''
|''mlongo''
|menganga
|-
|''òpò'ò'', ''òpòò''
|''ngapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''pancet''
|''panggah''
|tetap
|-
|''patèk''
|''sepira'', ''patia''
|(tidak) seberapa
|-
|''pencét'', ''pencit''
| -
|mangga muda
|-
|''pèrèk''
|''sundel''
|sundal
|-
|''petèk''
|''pencèt''
|pencet
|-
| rowspan="2" |''pòl''
|''pol''
|batas ujung, maksimal
|-
|''men'', ''temen''
|sangat
|-
|''pòlaé''
|''marga''
|karena, sebab
|-
|''pòngòr''
|''antem''
|pukul
|-
|''rasan'', ''rasan-rasan''
|''rasanan''
|gosip, bergosip
|-
|''rèken''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''rèken'' memiliki arti 'menghargai' atau 'menyadari'.}}
| -
|gubris, peduli
|-
|''ròtuh''
|''runtuh''
|runtuh
|-
| rowspan="2" |''rusuh''
|''rusuh''
|rusuh, kotor
|-
|''ribut''
|ribut
|-
|''sak''
|''sa-'', ''se-''
|se- (bentuk terikat, awalan)
|-
|''sakper''{{Efn|''Sakper'' berasal dari gabungan kata ''sak'' dan pertandingan.}}
| -
|satu kali
|-
| rowspan="3" |''sék''
|''sik'', ''dhisik''
|terlebih dahulu
|-
|''sik'', ''mengko dhisik''
|tunggu sebentar (perintah)
|-
|''isih''
|masih
|-
|''sampèan'', ''samèan'', ''samèn'', ''pèan''
|''sampéyan''
|kamu, Anda
|-
|''sampèk''
|''nganti''
|sampai, hingga
|-
|''santap''
| -
|hajar
|-
|''selang''
|''silih''
|pinjam
|-
|''semlóhé''
|''montok''
|seksi (tubuh)
|-
|''sèmpaḳ''
|''kathok''
|celana dalam
|-
|''senep''
|''mules''
|mulas (perut)
|-
|''séng''
|''sing'', ''kang''
|yang
|-
|''soalé''
|''marga''
|karena, sebab
|-
|''ta'', ''a''
|''toh''
| -kah (digunakan untuk mengukuhkan pertanyaan)
|-
| rowspan="2" |''temen'', ''temenan'', ''nemen''
|''temen'', ''tenan'', ''tenanan''
|benar, sungguh, sangat
|-
| -
|keterlaluan
|-
|''tèk'', ''gòtèk'', ''nèk''
|''wèk'', ''duwèk''
|milik
|-
| rowspan="2" |''tenger-tenger''
|''mlangkring''
|bertengger
|-
| -
|bersantai-santai
|-
| rowspan="2" |''tòntòk'', ''dòntòk'', ''nòntòk'', ''ndòntòk''
|''tonton''
|menonton, memerhatikan
|-
|''deleng''
|melihat
|-
| rowspan="2" |''tuwuk''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''tuwuk'' memiliki arti 'kenyang'.}}
|''kerep'', ''asring''
|acap, sering
|-
|''cukup''
|cukup, puas
|-
|''uman'', ''kuman'', ''kumanan''
|''komanan'', ''keduman''
|kebagian
|-
|''umeḳ''
| -
|banyak bergerak, gelisah (perilaku)
|-
|''umum''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''umum'' memiliki arti 'umum'.}}
| -
|wajar
|-
| rowspan="2" |''waras''
|''waras''
|sehat (jasmani/rohani)
|-
|''mari''
|sembuh
|-
|''yòk òpò'', ''yò'òpò'', ''yòk nòpò''
|''kepriyé'', ''kepiyé'', ''piyé''
|bagaimana
|}
 
== Lihat pula ==
* Bahasa Jawa Surabaya : Ton(nama orang), celukno Ida(nama orang) po'o
* Bahasa Jawa standar : Ton, undangke Ida
* Bahasa Indonesia : Ton, panggilkan Ida dong
 
* [[Bahasa Jawa Surabaya]]
== Logat Doudoan ==
* [[Bahasa Jawa Malangan]]
Logat Doudoan merupakan sempalan dari Dialek Surabaya, yang seperti pada logat [[Bawean]] merupakan akulturasi dari beberapa bahasa. Ditengarai logat Doudoan ini dipengaruhi selain Dialek Surabaya juga oleh Dialek Pantura Jawa Timur, Dialek Madura, dan lain-lain.
* [[Bahasa Osing]]
* [[Bahasa Tengger]]
* [[Budaya Jawa]]
 
== Rujukan ==
Beberapa kosakata yang membedakan dari Dialek Surabaya:
=== Catatan ===
* ''pangot'' atau ''ongot'' alih-alih kata ''lading'' yang berarti pisau (ditengarai berasal dari Dialek Pantura Jawa Timur)
{{notelist}}
* ''kèpiyé'' atau ''piyé'' alih-alih kata ''yaapa'' atau ''kěkapa'' yang berarti bagaimana (dari Bahasa Jawa standar)
=== Referensi ===
* ''thethek'' alih-alih kata '''mentor''' yang berarti kacang mete
{{reflist}}
dan sebagainya
=== Daftar Pustaka ===
 
* {{Cite book|last=Arifin|first=Syamsul|year=2006|url=https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Konten/BahasaSastra/26|title=Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan|location=Yogyakarta|publisher=Balai Bahasa Yogyakarta|isbn=9792111999|ref=harv|url-status=live}}
Kemudian, ada beberapa kata dalam bahasa Jawa (baik Dialek Surabaya maupun [[Bahasa Jawa]] standar) yang diucapkan berbeda, antara lain:
* {{Cite journal|last=Hoogervorst|first=Tom G.|year=2014|title=The sociolinguistics of East Javanese slang|url=https://www.researchgate.net/publication/277615331_Youth_culture_and_urban_pride_The_sociolinguistics_of_East_Javanese_slang|journal=Wacana|publisher=[[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia]]|volume=15|issue=1|pages=104-131|doi=10.17510/wjhi.v15i1.107|ref=harv}}
* Penggunaan suku kata berakhiran ''-ěh'' dan ''-oh'' menggantikan ''-ih'' dan ''-uh''. Contoh: ''putih'' menjadi ''putěh'', ''uruh'' (busa) menjadi ''uroh'', dsb.
* {{Cite thesis|last=Krauße|first=Daniel|year=2017|title=A Description of Surabayan Javanese with Special Reference to its Linguistic Etiquette|degree=Master|publisher=[[Universitas Goethe Frankfurt|Goethe-Universität Frankfurt am Main]]|url=https://www.researchgate.net/publication/319186073_A_Description_of_Surabayan_Javanese_with_Special_Reference_to_its_Linguistic_Etiquette|doi=10.13140/RG.2.2.27512.14086/1|ref=harv}}
* Penggunaan i jejeg dan u jejeg pada beberapa suku kata yang harusnya dibaca i miring dan u miring. Contoh: cilik (kecil) menjadi ciliyk, kisut (keriput) menjadi kisuwt, dsb.
* {{Cite book|last=Wedhawati, dkk|year=2001|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/16353/|title=Tata Bahasa Jawa Mutakhir|location=Jakarta|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|isbn=9796851415|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Yannuar|first=Nurenzia|last2=Hoogervorst|first2=Tom|last3=Klamer|first3=Marian|year=2022|title=Examining Javanese Phonology through Word Reversal Practices|url=https://www.researchgate.net/publication/357694789_Examining_Javanese_Phonology_through_Word_Reversal_Practices|journal=Oceanic Linguistics|publisher=[[Universitas Hawaii|University of Hawai'i Press]]|volume=61|issue=1|doi=10.1353/ol.2021.0029|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==
Namun sebagian besar kosakata logat ini hampir sama dengan Dialek Surabaya sehingga dapat dimasukkan ke dalam golongan Dialek Surabaya.
 
* [https://henrinurcahyo.wordpress.com/2007/09/29/kamus-dialek-suroboyo-abjad/ Kamus Dialek Suroboyo]
* [http://catatan-primata.blogspot.com/2013/12/mengenal-lebih-dekat-bahasa-surabaya.html Mengenal lebih dekat Bahasa Surabaya]
* [http://dbloggersuroboyo.blogdetik.com/2011/09/30/belajar-dialeg-suroboyoan-yuk/ Belajar Dialeg Suroboyoan Yuk] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130828140754/http://dbloggersuroboyo.blogdetik.com/2011/09/30/belajar-dialeg-suroboyoan-yuk/|date=2013-08-28}}
* [https://bambangpriantono.wordpress.com/2012/12/17/catatan-bahasa-perbandingan-beberapa-dialek-bahasa-jawa/ Perbandingan beberapa dialek bahasa Jawa]
{{bahasa Jawa}}
 
{{DEFAULTSORT:Arekan}}
[[Kategori:Dialek bahasa Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]
[[Kategori:Kota Surabaya]]{{DEFAULTSORT:Surabaya, Bahasa Jawa}}
[[Kategori:Jawa Timur]]
[[Kategori:Rumpun bahasa yang tidak memiliki kode Glottolog]]