Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Antoniuszg (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Merapikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(361 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Islands
|name = Jawa
|
|
|
|native_name =<br><span style="font-weight:normal;">{{java|ꦗꦮ}}</span> ([[Aksara Jawa|Jawa]])<br><span style="font-weight:normal;">{{sund|ᮏᮝ}}</span> ([[Aksara Sunda|Sunda]])
|native_name_link =
|location = [[Asia Tenggara]]
|coordinates = {{
|archipelago = [[Kepulauan Sunda Besar]]
|area_km2= 132.114 (sudah termasuk laut)
|rank= ke-13
|highest_mount = [[Gunung Semeru]]
|elevation_m= 3.676
|country = {{flagcountry|Indonesia}}
|country_admin_divisions_title = Provinsi
|country_admin_divisions = {{flagicon|Banten}} [[Banten|Provinsi Banten]]<br />{{flagicon|Daerah Khusus Ibukota Jakarta}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]]<br />{{flagicon|Jawa Barat}} [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]]<br />{{flagicon|Jawa Tengah}} [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]]<br />{{flagicon|Daerah Istimewa Yogyakarta}} [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]<br />{{flagicon|Jawa Timur}} [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]]
|country_largest_city = {{coat of arms|Jakarta}}
|country_largest_city_population = 10.557.810 (2019)
|population
|population_as_of = 2020
|density_km2= 1121
|ethnic_groups = [[Suku Jawa|Jawa]]{{Efn|termasuk [[Orang Banyumasan|Banyumasan]], [[Suku Tengger|Tengger]], [[Suku Osing|Osing]], [[Suku Cirebon|Cirebon]], [[Ajaran Samin|Samin]], dan [[Karimunjawa, Jepara|Karimun]]}}<br />[[Suku Sunda|Sunda]]{{Efn|termasuk [[Suku Banten|Banten]], [[Orang Kanekes|Badui]], dan [[Orang Gelaralam|Gelaralam]]}} <br />[[Suku Madura|Madura]]{{efn|termasuk [[Suku Kangean|Kangean]] dan [[Suku Bawean|Bawean]]}}<br/>[[Suku Betawi|Betawi]]<br />[[Suku Melayu|Melayu]]
}}
[[Berkas:Gunung Merapi 2006-05-14, MODIS.jpg|jmpl|Pulau Jawa dalam citra satelit]]
'''Jawa''' adalah salah satu [[pulau]] di [[Indonesia]] yang terletak di [[Kepulauan Sunda Besar]] dan merupakan [[Daftar pulau menurut luas wilayah|pulau terluas ke-13]] di [[dunia]]. Jumlah penduduk di Pulau Jawa sekitar 150 juta. Pulau Jawa dihuni oleh 60% total populasi Indonesia. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase diakibatkan perpindahan penduduk ([[transmigrasi]]) dari pulau Jawa ke daerah lain di Indonesia. [[Ibu kota]] Indonesia adalah [[Jakarta]] dan terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur [[Pantura]]).
Jawa adalah pulau yang
Banyak kisah sejarah Indonesia berlangsung di pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan [[Hindu]]-[[Buddha]], kesultanan [[Islam]], pemerintahan kolonial [[Hindia
Sebagian besar penduduknya bertutur dalam tiga bahasa utama. [[Bahasa Jawa]]
Pulau ini secara administratif terbagi menjadi
== Etimologi ==
[[Berkas:Relief on Prambanan - Hanuman meeting Sita, Pentas Ramajana, p33.jpg|jmpl|ka|250px|Relief pertemuan [[Hanoman]] dengan [[Sita]] di candi [[Prambanan]].]]
Asal mula nama "Jawa" dapat dilacak dari kronik {{ber|bahasa Sanskerta}} yang menyebut adanya pulau bernama ''yavadvip(a)'' (''dvipa'' berarti "pulau", dan ''yava'' berarti "jelai" atau juga "biji-bijian").<ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3">Raffles, Thomas E.: "The History of Java". Oxford University Press, 1965 . Page 3</ref><ref>{{Cite web|url=http://veda.wikidot.com/malay-words-sanskrit-origin|title=Malay Words of Sanskrit Origin - वेद Veda|website=veda.wikidot.com|access-date=2014-11-25|archive-date=2023-01-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230106074907/http://veda.wikidot.com/malay-words-sanskrit-origin|dead-url=no}}</ref> Apakah biji-bijian ini merupakan [[jawawut]] (''Setaria italica'') atau [[padi]], keduanya telah banyak ditemukan di pulau ini pada masa sebelum masuknya pengaruh India.<ref>Raffles, Thomas E.: " The History of Java". Oxford University Press, 1965. Page 2</ref> Boleh jadi, pulau ini memiliki banyak nama sebelumnya, termasuk kemungkinan berasal dari kata ''jaú'' yang berarti "jauh".<ref name="Raffles, Thomas E. 1965. Page 3" /> ''Yavadvipa'' disebut dalam [[epik]] asal [[India]], [[Ramayana]]. [[Sugriwa]], panglima ''wanara'' (manusia kera) dari pasukan [[Rama|Sri Rama]], mengirimkan utusannya ke Yavadvipa (Pulau Jawa) untuk mencari [[Sita|Dewi Sita]].<ref>{{Cite web|url=https://books.google.co.id/books?id=9ic4BjWFmNIC&pg=PA465&lpg=PA465&dq=Yawadvipa+is+mentioned+in+India%27s+earliest+epic,+the+Ramayana&source=bl&ots=WxBOr6BCNJ&sig=jc4B_jT3nZ4WQS3Ldu_I1Pl-WmA&hl=id&ei=QR0wTbLrL86HrAfOp4GOCQ&sa=X&oi=book_result&ct=result|title=History Of Ancient India (portraits Of A Nation), 1/e|date=18 Apr 2010|publisher=Sterling Publishers Pvt. Ltd|via=Google Books}}</ref> Kemudian berdasarkan kesusastraan India terutama pustaka Tamil, disebut nama Sanskerta ''yāvaka dvīpa'' (''dvīpa'' = pulau).
Dugaan lain ialah bahwa kata "Jawa" berasal dari akar kata dalam [[bahasa Proto-Austronesia]]
Pulau bernama Iabadiu atau Jabadiu disebutkan dalam karya [[Ptolemy]] bernama ''[[Geography (Ptolemy)|Geographia]]'' yang dibuat sekitar 150 masehi di [[Kekaisaran Romawi]]. ''Iabadiu'' dikatakan berarti "pulau jelai", juga kaya akan emas, dan mempunyai kota perak bernama Argyra di ujung barat. Nama ini mengindikasikan Jawa,<ref name="AncientGeo">{{cite book|title=History of Ancient Geography|author=J. Oliver Thomson|publisher=[[Cambridge University Press]]|year=2013|isbn=9781107689923|url =https://books.google.com/books?id=GpP0wKQ1lksC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false|pages=316–317}}</ref> dan kelihatannya berasal dari nama Hindu Yavadvipa (Pulau Jawa).
{{See also|Kerajaan Sabak|Waqwaq}}Berita tahunan dari Songshu dan Liangshu menyebut Jawa sebagai She-po (abad ke-5 M), He-ling (tahun 640–818 M), lalu menyebutnya She-po lagi sampai masa [[Dinasti Yuan]] (1271–1368), di mana mereka mulai menyebut Zhao-Wa (爪哇).<ref name="Nusa Jawa">Lombard, Denys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.</ref>{{Rp|12}} Menurut catatan [[Ma Huan]] (yaitu [[Yingyai Shenglan|Yingya Shenlan]]), orang China menyebut Jawa sebagai Chao-Wa, dan dulunya pulau ini disebut 阇婆 (''She-pó'' atau ''She-bó'')''.''<ref>Mills, J.V.G. (1970). ''Ying-yai Sheng-lan: The Overall Survey of the Ocean Shores [1433]''. Cambridge: Cambridge University Press.</ref>{{Rp|86}} [[Sulaiman al-Tajir al-Sirafi]] menyebutkan dua pulau penting yang memisahkan Arab dan Cina: Yang pertama adalah Al-Rami dengan panjang 800 parasang, yang diidentifikasi sebagai Sumatera, dan yang lainnya adalah Zabaj (bahasa Arab: الزابج, Bahasa Indonesia: [[Kerajaan Sabak|Sabak]]), 400 parasang panjangnya, diidentifikasi sebagai Jawa.<ref name=":12">{{Cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2011|title=Majapahit Peradaban Maritim|location=|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|isbn=978-602-9346-00-8}}</ref>{{Rp|30-31}} Saat John dari Marignolli (1338–1353) pulang dari China ke Avignon, ia singgah di [[Kerajaan Saba]], yang ia bilang memiliki banyak gajah dan dipimpin oleh ratu; nama Saba ini bisa jadi adalah interpretasinya untuk ''She-bó''.<ref>Yule, Sir Henry (1913). ''[https://archive.org/details/cathaywaythither03yule/page/n15/mode/2up?q=saba Cathay and the way thither: being a collection of medieval notices of China vol. III]''. London: The Hakluyt Society.</ref>{{Rp|page=xii, 192–194}} Afanasij Nikitin, seorang pedagang dari Tver (di Rusia), melakukan perjalanan ke India pada tahun 1466 dan mendeskripsikan tanah Jawa di buku hariannya, yang ia sebut шабайте (shabait/šabajte).<ref>Braginsky, Vladimir. 1998. [https://web.archive.org/web/20210520115142/https://www.academia.edu/21785432/Two_Eastern_Christian_Sources_on_Medieval_Nusantara Two Eastern Christian sources on medieval Nusantara]. ''Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde''. 154(3): 367–396.</ref><ref>{{Cite book|last=Zenkovsky|first=Serge A.|year=1974|url=https://archive.org/details/medievalrussiase00zenk/page/346/mode/2up?q=shabait|title=Medieval Russia's epics, chronicles, and tales|location=New York|publisher=Dutton|isbn=0525473637|pages=345-347}}</ref> Kata "Saba" sendiri berasal dari kata [[Bahasa Kawi|bahasa Jawa kawi]] yaitu ''Saba'' yang berarti "pertemuan" atau "rapat". Dengan demikian kata itu dapat diartikan sebagai "tempat bertemu".''<ref>{{Cite book|title=Kamus Jawa Kawi Indonesia|last=Maharsi|first=|publisher=Pura Pustaka|year=|isbn=|location=|pages=|url-status=live}}</ref>'' Menurut Fahmi Basya, kata tersebut berarti "tempat bertemu", "tempat berkumpul", atau "tempat berkumpulnya bangsa-bangsa".''<ref>{{Cite book|title=Indonesia Negeri Saba|last=Basya|first=Fahmi|publisher=Zahira|year=2014|isbn=978-602-1139-48-6|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>''{{Rp|162-172}}
== Aksara ==
[[Berkas:Sugeng Rawuh - Javanese Script.png|jmpl|250px|Contoh tulisan "''Sugeng Rawuh''" dalam bentuk aksara Jawa]]
'''[[Aksara Jawa]]''', dikenal juga sebagai '''''Hanacaraka''''' (ꦲꦤꦕꦫꦏ) dan '''''Carakan''''' (ꦕꦫꦏꦤ꧀), adalah salah satu aksara tradisional [[Nusantara]] yang digunakan untuk menulis [[bahasa Jawa]] dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Sasak]]. Tulisan ini berkerabat dekat dengan [[aksara Bali]].
Berdasar tradisi lisan, aksara Jawa diciptakan oleh [[Aji Saka]], tokoh pendatang dari [[India]], dari suku Shaka (Scythia). Legenda melambangkan kedatangan Dharma (ajaran dan peradaban Hindu-Buddha) ke pulau Jawa. Kini kata Saka masih digunakan dalam istilah dalam bahasa Jawa, ''saka'' atau ''soko,'' yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula. Aji Saka bermakna "raja asal-mula" atau "raja pertama".
[[Berkas:Wilujeng Sumping - Sundanese Script.png|jmpl|250px|Contoh tulisan "''Wilujeng Sumping''" dalam bentuk aksara Sunda]]
Selain aksara Jawa, '''[[Aksara Sunda]]''' (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) merupakan salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis [[bahasa Sunda]] di wilayah bagian barat pulau Jawa{{Efn|meliputi Provinsi [[Jawa Barat]] dan [[Banten]]}}. Aksara ini juga menggantikan Aksara Jawa Modifikasi yang diperuntukkan penggunaan bahasa Sunda dengan nama ''[[Cacarakan]]'' (ꦕꦕꦫꦏꦤ꧀).
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Jawa}}
[[Berkas:Pithecanthropus-erectus.jpg|jmpl|kiri|Tiga fosil utama [[Manusia Jawa]] yang ditemukan pada tahun 1891–92: tengkorak, gigi geraham, dan tulang paha, masing-masing dilihat dari dua sudut berbeda.]]
Pulau
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309–312|id=}}; {{cite journal|last=Pope|first=G|authorlink=|coauthors=|title=Evidence on the Age of the Asian Hominidae|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=80|issue=16|pages=4,988–4992|date=August 15, 1983|doi= 10.1073/pnas.80.16.4988|pmid=6410399|pmc=384173 }}
cited in
{{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309|id=}};
{{cite journal|last=de Vos|first=J.P.|coauthors=P.Y. Sondaar,|title=Dating hominid sites in Indonesia|journal=Science Magazine|volume=266|issue=16|pages=4,988–4992|date=9 December 1994|url=http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf|format=PDF|doi=10.1126/science.7992059|accessdate=|archive-date=2009-09-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20090929225215/http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf|dead-url=no}}
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309 }}</ref> Situs [[Sangiran]] adalah situs prasejarah yang penting di Jawa. Beberapa struktur [[megalitik]] telah ditemukan di
Pulau Jawa yang sangat subur dan bercurah hujan tinggi memungkinkan berkembangnya budidaya padi di lahan basah, sehingga mendorong terbentuknya tingkat kerjasama antar desa yang semakin kompleks. Dari aliansi-aliansi desa tersebut, berkembanglah kerajaan-kerajaan kecil. Jajaran pegunungan vulkanik dan dataran-dataran tinggi di sekitarnya yang membentang di sepanjang
Diperkirakan suatu sistem perhubungan yang terdiri dari jaringan jalan, jembatan permanen, serta pos pungutan cukai telah terbentuk di Pulau Jawa setidaknya pada pertengahan abad ke-17. Para penguasa lokal memiliki kekuasaan atas rute-rute tersebut, musim hujan yang lebat dapat pula mengganggu perjalanan, dan demikian pula penggunakan jalan-jalan sangat tergantung pada pemeliharaan yang terus-menerus. Dapatlah dikatakan bahwa perhubungan antarpenduduk Pulau Jawa pada masa itu adalah sulit.<ref>Ricklefs (1991), p. 15.</ref>
{{multiple image
| align = right
| total_width = 220
| direction = horizontal
| image1 = MET DP158751.jpg
| image2 = MET 2001 433 526 O2.jpg
| footer = Patung-patung pendekar perunggu, Jawa, sekitar tahun 500 SM–300 M.
}}
Munculnya peradaban di Pulau Jawa sering dikaitkan dengan kisah [[Aji Saka]] yang datang ke Jawa pada tahun 78 Masehi. Meskipun Aji Saka dikatakan sebagai pembawa peradaban di Jawa, kisah Aji saka mendapatkan beberapa sanggahan dan bantahan dari sumber-sumber sejarah lainnya. [[Ramayana]] karya Valmiki, yang dibuat sekitar 500 SM, mencatat Jawa sudah memiliki organisasi pemerintahan kerajaan jauh sebelum kisah itu:<blockquote>"Yawadwipa dihiasi tujuh kerajaan, pulau emas dan perak, kaya akan tambang emas, dan disitu terdapat Gunung Cicira (dingin) yang menyentuh langit dengan puncaknya."<ref>{{Cite book|title=Rekonstruksi Sedjarah Indonesia. Zaman Hindu, Yavadvipa, Srivijaya, Sailendra|last=Sastropajitno|first=Warsito|date=1958|publisher=PT. Pertjetakan Republik Indonesia|isbn=|location=Yogyakarta|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|page=6}}</blockquote>Menurut catatan China ''[[Sejarah Ming|Míng Shǐ]]'', kerajaan Jawa didirikan pada 65 SM, atau 143 tahun sebelum kisah Aji Saka dimulai.<ref>Groeneveldt, Willem Pieter (1876). "[https://archive.org/details/notes-on-the-malay-archipelago/page/n7/mode/2up?q= Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Sources]". Batavia: W. Bruining.</ref>{{Rp|page=39}}
Kisah Saka atau Aji Saka merupakan kisah Jawa Baru. Kisah ini belum ditemukan relevansinya dalam teks Jawa Kuno. Kisah ini menceritakan peristiwa di kerajaan Medang Kamulan di Jawa pada masa lalu. Pada saat itu, Raja Medang Kamulan Prabu Dewata Cengkar digantikan oleh Aji Saka. Kisah ini dianggap sebagai kiasan masuknya bangsa India ke Jawa. Merujuk pada informasi dinasti Liang, kerajaan Jawa terbelah menjadi dua: Kerajaan prapenerapan Hinduisme dan kerajaan setelah menerapkan tradisi Hindu yang dimulai tahun 78 masehi.<ref name=":12" />{{Rp|page=5 dan 7}}
=== Masa kerajaan Hindu-Buddha ===
[[Kerajaan Taruma]] dan [[Kerajaan Sunda]] muncul di Jawa Barat, masing-masing pada abad ke-4 dan ke-7, sedangkan [[Kerajaan Medang]] adalah kerajaan besar pertama yang berdiri di Jawa Tengah pada awal abad ke-8. Kerajaan Medang menganut agama [[Hindu]] dan memuja [[Dewa]] [[Siwa]], dan kerajaan ini membangun beberapa [[candi]] Hindu yang terawal di Jawa yang terletak di [[Dataran Tinggi Dieng]]. Di [[Dataran Kedu]] pada abad ke-8 berkembang [[Wangsa Sailendra]], yang merupakan pelindung agama [[Buddha Mahayana]]. Kerajaan mereka membangun berbagai candi pada abad ke-9, antara lain [[Borobudur]] dan [[Prambanan]] di Jawa Tengah.
[[Berkas:Stupa Borobudur.jpg|
Sekitar abad ke-10, pusat kekuasaan bergeser dari tengah ke timur
[[Raden Wijaya]] mendirikan [[Majapahit]], dan kekuasaannya mencapai puncaknya
=== Masa kerajaan Islam ===
Pada akhir abad ke-16,
Tercatat kerajaan islam pertama di Jawa adalah Kerajaan Demak atau Kesultanan [[Kesultanan Demak|Demak Bintoro]]. Kerajaan Demak ini dipimpin oleh salah satu keturunan Majapahit yang beragama islam yaitu Raden Patah. Dalam masa ini, kerajaan-kerajaan Islam mulai berkembang dari [[Kesultanan Pajang|Pajang]], [[Kasunanan Surakarta|Surakarta]], [[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Banten|Banten]] membangun kekuasaannya.
[[Kesultanan Mataram]] pada akhir abad ke-16 tumbuh menjadi kekuatan yang dominan dari bagian tengah dan timur Jawa. Para penguasa Surabaya dan Cirebon berhasil ditundukkan di bawah kekuasaan Mataram, sehingga hanya Mataram dan Banten lah yang kemudian tersisa ketika datangnya bangsa Belanda pada abad ke-17.
Beberapa kerajaan warisan islam di jawa masih dapat kita temukan di beberapa kota misalnya Surakarta terdapat dua kerajaan yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran, di Yogyakarta ada dua kerajaan yaitu Kasultanan dan Pakualaman, dan di Cirebon ada tiga kerajaan yaitu Kasepuhan, Kacirebonan dan Kasepuhan.
=== Masa kolonial ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Thee-kweekbedden zonder afdak Java TMnr 10011931.jpg|
Hubungan Jawa dengan kekuatan-kekuatan kolonial Eropa dimulai pada tahun 1522, dengan diadakannya [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|perjanjian]] antara [[Kerajaan Sunda]] dan Portugis di [[Malaka]]. Setelah kegagalan perjanjian tersebut, [[Bangsa Portugis di Indonesia|kehadiran Portugis]] selanjutnya hanya terbatas di Malaka dan di pulau-pulau sebelah timur nusantara saja. Sebuah ekspedisi di bawah pimpinan [[Cornelis de Houtman]] yang terdiri dari empat buah kapal pada tahun 1596, menjadi awal dari hubungan antara Belanda dan Indonesia.<ref>{{cite book|title=The Globe Encompassed: The Age of European Discovery, 1500-1700|url=https://archive.org/details/globeencompassed0000ames|author=Ames, Glenn J.|year=2008|page=[https://archive.org/details/globeencompassed0000ames/page/99 99]}}</ref> Pada akhir abad ke-18, Belanda telah berhasil memperluas pengaruh mereka terhadap kesultanan-kesultanan di pedalaman
Di awal masa kolonial, Jawa memegang peranan utama sebagai daerah penghasil [[beras]]. Pulau-pulau penghasil rempah-rempah, misalnya [[
Inggris sempat [[Perang Jawa Britania-Belanda|menaklukkan Jawa]] pada tahun 1811. Jawa kemudian menjadi bagian dari [[Imperium Britania|Kerajaan Britania Raya]], dengan Sir [[Thomas Stamford Bingley Raffles|Stamford Raffles]] sebagai [[Daftar Penguasa Hindia
Penduduk
}}</ref>
Kehadiran truk dan kereta api sebagai sarana transportasi bagi masyarakat yang sebelumnya hanya menggunakan kereta dan kerbau, penggunaan sistem telegraf, dan sistem distribusi yang lebih teratur di bawah pemerintahan kolonial; semuanya turut mendukung terhapusnya kelaparan di Jawa, yang pada gilirannya meningkatkan pertumbuhan penduduk. Tidak terjadi bencana kelaparan yang berarti di Jawa semenjak tahun 1840-an hingga [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|masa pendudukan Jepang]] pada tahun 1940-an.<ref name="Taylor 2003, hlm. 254">Taylor (2003), hlm. 254.</ref> Selain itu, menurunnya usia awal pernikahan selama abad ke-19, menyebabkan bertambahnya jumlah tahun di mana seorang perempuan dapat mengurus anak.<ref name="Taylor 2003, hlm. 254"/>
=== Masa kemerdekaan ===
Nasionalisme Indonesia mulai tumbuh di Jawa pada awal abad ke-20 (lihat [[Kebangkitan Nasional Indonesia]]), dan [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan]] setelah Perang Dunia II juga berpusat di Jawa. [[Gerakan 30 September|Kudeta G 30 S PKI]] yang gagal dan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|kekerasan anti-komunis selanjutnya]] pada tahun 1965-66 sebagian besar terjadi di pulau ini. Jawa saat ini mendominasi kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia, yang berpotensi menjadi sumber kecemburuan sosial. Pada tahun 1998 terjadi [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan besar]] yang menimpa etnis [[Tionghoa-Indonesia]], yang merupakan salah satu dari berbagai kerusuhan berdarah yang terjadi tidak berapa lama sebelum runtuhnya pemerintahan Presiden Soeharto yang telah berjalan selama 32 tahun.<ref>{{cite news|
Pada tahun 2006, [[Gunung Merapi]] meletus dan diikuti oleh [[Gempa bumi Yogyakarta 2006|gempa bumi]] yang melanda [[Yogyakarta]]. Jawa juga sempat terkena sedikit dampak wabah [[H5N1|flu burung]], serta merupakan lokasi bencana [[Banjir lumpur panas Sidoarjo|semburan lumpur panas Sidoarjo]].
== Geografi dan Geologi ==
[[Berkas:Semeru Bromo Temple.JPG|
{{tambah referensi bagian}}
=== Geografi ===
Jawa bertetangga dengan [[Sumatra]] di sebelah barat, [[Bali]] di timur, [[Kalimantan]] di utara, dan [[Pulau Natal]] di selatan. Pulau Jawa merupakan [[Daftar pulau menurut luas wilayah|pulau ke-13 terbesar di dunia]]. Perairan yang mengelilingi pulau ini ialah [[Laut Jawa]] di utara, [[Selat Sunda]] di barat, [[Samudra Hindia]] di selatan, serta [[Selat Bali]] dan [[Selat Madura]] di timur.
Jawa memiliki luas sekitar
Hampir keseluruhan wilayah Jawa pernah memperoleh dampak dari aktivitas [[gunung berapi]]. Terdapat tiga puluh delapan [[gunung]] yang terbentang dari timur ke barat pulau ini, yang kesemuanya pada waktu tertentu pernah menjadi gunung berapi aktif. Gunung berapi tertinggi di Jawa adalah [[Gunung Semeru]] (3.676 m) dan gunung tertinggi kedua [[Gunung Slamet]] (3.432 m), sedangkan gunung berapi paling aktif di Jawa dan bahkan di Indonesia adalah [[Gunung Merapi]] (2.968 m) serta
|last =Ricklefs|first =M.C.|authorlink =|coauthors =|title =A History of Modern Indonesia since c.1300 (2nd edition)|publisher =MacMillan|year =1991|location =London|pages =15|url =|doi =|isbn = 0-333-57690-X }}</ref> Jawa adalah tempat pertama penanaman [[Kopi Indonesia|kopi]] di Indonesia, yaitu sejak tahun 1699. Kini, [[kopi arabika]] banyak ditanam di Dataran Tinggi Ijen baik oleh para petani kecil maupun oleh perkebunan-perkebunan besar.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De weg van Buitenzorg naar de Preanger Regentschappen TMnr 3728-429c.jpg|
Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 22 °C sampai 29 °C, dengan
Titik terdingin (suhu rata-rata) di pulau Jawa berada di [[Gunung Slamet]], meski bukan merupakan titik tertinggi pulau ini. [[Musim hujan]] berawal pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan April, di mana hujan biasanya turun di sore hari, dan pada bulan-bulan selainnya hujan biasanya hanya turun sebentar-sebentar saja. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan-bulan bulan Januari dan Februari. Wilayah dengan curah hujan tertinggi berada di [[Ketenger, Baturaden, Banyumas|Ketenger, Banyumas]] yaitu 8.134,00 mm per tahun.<ref>{{Cite web|title=Curah Hujan Ketenger|url=https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|website=banyumaskab.bps.go.id|access-date=2022-10-18|archive-date=2022-10-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20221030083259/https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|dead-url=no}}</ref> Sedangkan curah hujan terendah berada di wilayah pantai utara Jawa Timur hanya 900 mm per tahun.
Luas kawasan hutan di Pulau Jawa mencapai 30.791,28 km² atau mencapai 24% dari luas Pulau Jawa sebesar 128.297 km². Dari 24% hutan atau dari 30.791,28 km² hutan yang ada di pulau Jawa, 19% di antaranya merupakan kawasan tutupan hutan dan 5% di antaranya merupakan kebun raya.<ref name=PR-20-JUL>{{cite news | first1 = Mochamad Iqbal | last1 = Maulud | title = Program Hutan Sosial Harus Terus Dikawal | work = [[Pikiran Rakyat]] | date = 20 Juli 2022 | pp = 1}}</ref> 400 ribu hektar lahan hutan tersebut berstatus sangat kritis dan 600 ribu lahan hutan di antaranya berstatus hampir kritis.<ref name = PR-20-JUL-PP10>{{cite news | first1 = Mochamad Iqbal | last1 = Maulud | title = Program Hutan Sosial Harus Terus Dikawal| work = [[Pikiran Rakyat]] | date = 20 Juli 2022 | pp = 10}}</ref>
=== Geologi ===
Pemerian geologi Jawa paling lengkap diungkap dalam [[Rein van Bemmelen|van Bemmelen]] (1949).<ref>Bemmelen, R.W van. 1949. ''The Geology of Indonesia''. The Hague. Government Printing Office.</ref> Sebagai pulau, Jawa secara geologi relatif muda. Pembentukan dimulai dari periode [[Tersier]]. Sebelumnya, [[kerak bumi]] yang membentuk pulau ini berada di bawah permukaan laut. Aktivitas orogenis yang intensif sejak kala [[Oligosen]] dan [[Miosen]] mengangkat dasar laut sehingga pada kala [[Pliosen]] dan [[Pleistosen]] wujud Pulau Jawa sudah mulai terbentuk. Sisa-sisa dasar laut masih tampak, membentuk fitur sebagian besar kawasan [[karst]] di selatan pulau ini.
Van Bemmelen membagi Pulau Jawa dalam tujuh satuan fisiografi sebagai berikut.
# '''[[Pegunungan Sewu|Pegunungan Selatan]]''', merupakan zona [[gamping]] bercampur sisa aktivitas vulkanis dari kala Miosen yang mengalami beberapa pengangkatan hingga periode [[Kuarter]].
# '''Zona vulkanis''' dari periode Kuarter, dengan gunung-gunung api tinggi,
# '''Depresi Tengah''', membentuk poros cekungan sebagai poros utama pulau, dengan dua depresi besar: depresi Bandung dan depresi Solo
# '''Zona antiklinal Tengah''', terdiri dari endapan-endapan kala Miosen sampai Pleistosen, dimulai dari [[Gunung Karang]] terus ke timur melewati Bogor, lembah Serayu, lalu Pegunungan Kendeng, terus sampai ke pantai utara [[Karesidenan Besuki|Besuki]].
# '''Depresi Randublatung''', merupakan depresi kecil memanjang di utara [[Pegunungan Kendeng]], terbentuk dari endapan laut dan daratan.
# '''Antiklinorium Rembang-Madura''', merupakan formasi perbukitan [[gamping]] di pantai utara Jawa Timur dan membentuk hampir semua bagian [[Pulau Madura]]
# '''Dataran aluvial''' pesisir utara ([[Jalur Pantura]]) yang terbentuk dari delta dan endapan lumpur, merupakan daratan paling muda.
== Demografi ==
=== Pemerintahan ===
Secara administratif pulau Jawa terdiri atas enam pemerintahan dalam tingkat [[provinsi]] yaitu Banten, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.<ref>{{Cite book|last=Sosilawati, dkk.|date=2017|url=https://bpiw.pu.go.id/uploads/publication/attachment/Buku_1Jawa.pdf|title=Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018-2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Jawa|publisher=Pusat Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR|isbn=978-602-61190-5-6|editor-last=Handayani, A., dan Nababan, M. L.|pages=2|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2023-07-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230702225949/https://bpiw.pu.go.id/uploads/publication/attachment/Buku_1Jawa.pdf|dead-url=no}}</ref> [[Ibu kota]] [[Banten|Provinsi Banten]] adalah [[Kota Serang]].<ref>{{Cite book|last=Ridwan, I., dkk.|date=November 2021|url=https://eprints.untirta.ac.id/6638/1/LAYOUT%20BUKU%20STUBAN%20LENGKAP.pdf|title=Studi Kebantenan dalam Catatan Sejarah|location=Tangerang|publisher=Media Edukasi Indonesia|isbn=978-623-6497-50-0|editor-last=Muhibah|editor-first=Siti|pages=18|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2023-07-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230702225130/https://eprints.untirta.ac.id/6638/1/LAYOUT%20BUKU%20STUBAN%20LENGKAP.pdf|dead-url=no}}</ref> Ibukota Provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]] di [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]].<ref>{{Cite book|last=Kusuma|first=Arya Aji|date=Februari 2022|url=https://jakpuskota.bps.go.id/publication/2022/02/25/c609651e46568d34090e4022/kota-jakarta-pusat-dalam-angka-2022.html|title=Kota Jakarta Pusat dalam Angka 2022|location=Jakarta Pusat|publisher=BPS Kota Jakarta Pusat|editor-last=Sucipto|editor-first=Agus|pages=5|issn=0215-4137|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2022-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20220403162009/https://jakpuskota.bps.go.id/publication/2022/02/25/c609651e46568d34090e4022/kota-jakarta-pusat-dalam-angka-2022.html|dead-url=no}}</ref> Ibu kota [[Jawa Barat|Provinsi Jawa Barat]] di [[Kota Bandung]].<ref>{{Cite book|last=Yulianto, E., dkk.|date=November 2020|url=https://www.bi.go.id/id/bi-institute/publikasi/Documents/Buku_Sejarah_KPwBI_BANDUNG.pdf|title=Geliat Kota Bandung: Dari Kota Tradisional Menuju Modern|location=Jakarta|publisher=Bank Indonesia Institute|isbn=978-979-8086-60-1|editor-last=Achdian|editor-first=Andi|pages=110|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2021-05-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20210519132700/https://www.bi.go.id/id/bi-institute/publikasi/Documents/Buku_Sejarah_KPwBI_BANDUNG.pdf|dead-url=no}}</ref> Ibu kota [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]] di [[Kota Semarang]].<ref>{{Cite book|last=Susatyo|first=Rachmat|date=2006|url=https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/penguasaan_tanah_dan_ketenagakerjaan.pdf|title=Penguasaan Tanah dan Ketenagakerjaan di Karesidenan Semarang pada Masa Kolonial|location=Bandung|publisher=Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial|isbn=978-979-17075-7-2|pages=6|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2023-07-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20230702230405/https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/12/penguasaan_tanah_dan_ketenagakerjaan.pdf|dead-url=no}}</ref> Ibu kota Provinsi [[Daerah Istimewa Yogyakarta]] di [[Kota Yogyakarta]].<ref>{{Cite book|last=Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik|date=2018|url=https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2018/08/16/ec8403f8694d2ff343d36d88/provinsi-daerah-istimewa-yogyakarta-dalam-angka-2018.html|title=Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2018|location=Yogyakarta|publisher=Badan Pusat Statistik Propinsi D.I. Yogyakarta|pages=21|issn=0215-2185|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2023-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604144501/https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2018/08/16/ec8403f8694d2ff343d36d88/provinsi-daerah-istimewa-yogyakarta-dalam-angka-2018.html|dead-url=no}}</ref> Ibu kota [[Jawa Timur|Provinsi Jawa Timur]] di [[Kota Surabaya]].<ref>{{Cite book|last=Brahmanta|first=Arya|date=2017|url=https://dspace.hangtuah.ac.id/xmlui/bitstream/handle/dx/626/MONOGRAF%20GAMBARAN%20SEFALOMETRI%20SKELETAL%2C%20DENTAL%20DAN%20JARINGAN%20LUNAK%20OK%20UPLOAD.pdf?sequence=6&isAllowed=y|title=Gambaran Sefalometri Skeletal, Dental dan Jaringan Lunak: Pasien Fase Geligi Pergantian di Kelurahan Sukolilo yang Datang Berobat ke RSGM FKG UHT|location=Surabaya|publisher=Penerbit Kartika Mulya|isbn=978-602-9167-26-9|editor-last=Revianti|editor-first=Syamsulina|pages=1|url-status=live|access-date=2023-06-04|archive-date=2022-12-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20221205221407/https://dspace.hangtuah.ac.id/xmlui/bitstream/handle/dx/626/MONOGRAF%20GAMBARAN%20SEFALOMETRI%20SKELETAL%2C%20DENTAL%20DAN%20JARINGAN%20LUNAK%20OK%20UPLOAD.pdf?sequence=6&isAllowed=y|dead-url=no}}</ref>
=== Penduduk ===
Dengan populasi sebesar 150 juta jiwa<ref name="JKTPOS">{{Cite web |url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/23/population-growth-%E2%80%98good-papua%E2%80%99.html |title=Salinan arsip |access-date=2011-03-16 |archive-date=2010-08-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100824053746/http://www.thejakartapost.com/news/2010/08/23/population-growth-%E2%80%98good-papua%E2%80%99.html |dead-url=yes }}</ref> Jawa adalah pulau yang menjadi tempat tinggal lebih dari 50% atau hampir 60% populasi Indonesia.<ref name="JKTPOS"/> Dengan kepadatan 1.317 jiwa/km²,<ref name="JKTPOS"/> pulau ini juga menjadi salah satu pulau di dunia yang paling dipadati penduduk. Sekitar 42% penduduk Indonesia berasal dari etnis Jawa.<ref>{{Cite web|url=https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html|title=East Asia/Southeast Asia :: Indonesia—The World Factbook - Central Intelligence Agency|website=www.cia.gov|access-date=2011-03-16|archive-date=2008-12-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20081210041527/https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html|dead-url=yes}}</ref> Walaupun demikian sepertiga bagian barat pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan Jakarta) memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1.500 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="JKTPOS"/>
Sejak tahun 1970-an hingga kejatuhan
Penduduk Pulau Jawa perlahan-lahan semakin berciri urban, dan kota-kota besar serta kawasan industri menjadi pusat-pusat kepadatan tertinggi. Berikut adalah 10 kota besar di Jawa berdasarkan jumlah populasi tahun 2005.<ref>{{cite web|url=http://www.citypopulation.de/Indonesia-Mun.html|title=Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities|work=City Population|accessdate=2010-04-28|archive-date=2018-03-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20180313085022/http://www.citypopulation.de/Indonesia-Mun.html|dead-url=no}}</ref>
[[Berkas:Population density map of Java and Madura by subdistrict (kelurahan) (2022).svg|jmpl|ka|450px|Peta kepadatan penduduk Pulau Jawa dan Madura di tingkat kelurahan (2022)]]
[[Berkas:Java Transportation Network id.svg|jmpl|ka|450px|Jaringan Transportasi Jawa pada tahun [[2015]]]]
{|class="wikitable sortable"
|-
!Urutan!!Kota, Provinsi!!Populasi
Baris 169 ⟶ 198:
|align=center|2||'''[[Kota Surabaya|Surabaya]]''', [[Jawa Timur]]||2.611.506
|-
|align=center|3||'''[[Kota Bandung|Bandung]]''', [[Jawa Barat]]||2.
|-
|align=center|4||'''[[Kota Bekasi|Bekasi]]''', [[Jawa Barat]]||1.
|-
|align=center|5||'''[[Kota Tangerang|Tangerang]]''', [[Banten]]||1.451.595
|-
|align=center|6||'''[[Kota Semarang|Semarang]]''', [[Jawa Tengah]]||1.
|-
|align=center|7||'''[[Kota Depok|Depok]]''', [[Jawa Barat]]||1.
|-
|align=center|8||'''[[Kota Bogor|Bogor]]''', [[Jawa Barat]]||891.467
|-
|align=center|9||'''[[Kota Malang|Malang]]''', [[Jawa Timur]]||
|-
|align=center|10||'''[[Kota
|}
=== Etnis dan budaya ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een jonge Javaan te Semarang Java TMnr 10002811.jpg|
Mitos asal usul
Empat wilayah budaya utama terdapat di pulau ini
Jawa merupakan tempat berdirinya banyak kerajaan yang berpengaruh di kawasan Asia Tenggara,<ref>Lihat puisi Wallace Stevens" [[:en:Tea (poem)|Tea]]" yang menampilkan suatu kiasan dalam menghargai budaya Jawa.</ref> dan karenanya terdapat berbagai karya sastra dari para pengarang Jawa. Salah satunya ialah kisah ''[[Ken Arok]] dan [[Ken Dedes]]'', yang merupakan kisah anak yatim yang berhasil menjadi raja dan menikahi ratu dari kerajaan Jawa kuno; dan selain itu juga terdapat berbagai terjemahan dari ''[[Ramayana]]'' dan ''[[Mahabharata]]''. [[Pramoedya Ananta Toer]] adalah seorang penulis kontemporer ternama Indonesia, yang banyak menulis berdasarkan pengalaman pribadinya ketika tumbuh dewasa di Jawa, dan ia banyak mengambil unsur-unsur cerita rakyat dan legenda sejarah Jawa ke dalam karangannya.
=== Bahasa ===
[[Berkas:
Tiga bahasa utama yang dipertuturkan di Jawa adalah [[bahasa Jawa]], [[bahasa Sunda]], dan [[bahasa Madura]]. Bahasa-bahasa lain yang dipertuturkan meliputi [[bahasa Betawi]] (suatu dialek lokal dari rumpun [[bahasa Melayu]] di wilayah Jakarta), [[
=== Agama dan kepercayaan ===
Jawa adalah kancah pertemuan dari berbagai agama dan budaya. Pengaruh [[Asia Selatan|budaya India]] adalah yang datang pertama kali dengan agama [[agama Hindu|Hindu]]-[[Siwa]] dan [[agama Buddha|Buddha]], yang menembus secara mendalam dan menyatu dengan tradisi adat dan budaya masyarakat Jawa.<ref name="kroef1961">{{cite journal|first=Justus M.|last=van der Kroef|title=New Religious Sects in Java|url=https://archive.org/details/sim_far-eastern-survey_1961-02_30_2/page/18|journal=Far Eastern Survey|volume=30|issue=2|year=1961|pages=18-15|doi=10.1525/as.1961.30.2.01p1432u|jstor=3024260}}</ref> Para [[brahmana]] kerajaan dan [[pujangga]] istana mengesahkan kekuasaan raja-raja Jawa, serta mengaitkan [[kosmologi Hindu]] dengan susunan politik mereka.<ref name="kroef1961"/> Meskipun kemudian agama [[Islam]] menjadi agama mayoritas, kantong-kantong kecil pemeluk Hindu tersebar di seluruh pulau. Terdapat populasi Hindu yang signifikan di sepanjang pantai timur dekat
Sekumpulan batu nisan Muslim yang berukiran halus dengan tulisan dalam bahasa Jawa
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Indonesië TMnr 10016740.jpg|
Saat ini hampir 100% suku Madura, Betawi, Bawean, & Sunda, serta sekitar 95 persen suku Jawa menganut agama Islam. Agama Islam sangat kental memberi pengaruh pada suku Betawi, Banten, Cirebon dan Sunda. Muslim suku Jawa dapat dibagi menjadi ''[[abangan]]'' (lebih sinkretis) dan ''[[santri]]'' (lebih agamais). Dalam sebuah [[pesantren|pondok pesantren]] di Jawa, para [[kyai]] sebagai pemimpin agama melanjutkan peranan para resi pada masa Hindu. Para santri dan masyarakat di sekitar pondok umumnya turut membantu menyediakan kebutuhan-kebutuhannya.<ref name="kroef1961"/> Tradisi pra-Islam di Jawa juga telah membuat pemahaman Islam sebagian orang cenderung ke arah mistis. Terdapat masyarakat Jawa yang berkelompok dengan tidak terlalu terstruktur di bawah kepemimpinan tokoh keagamaan, yang menggabungkan pengetahuan dan praktik-praktik pra-Islam dengan ajaran Islam.<ref name="kroef1961"/>
Agama [[Katolik Roma]] tiba di Indonesia pada saat kedatangan Portugis dengan perdagangan rempah-rempah.<ref name="infocathuslib">cf. Bunge (1983), chapter [https://web.archive.org/web/20110805071154/http://countrystudies.us/indonesia/38.htm Christianity].</ref> Agama Katolik mulai menyebar di Jawa Tengah ketika [[Frans van Lith]], seorang imam dari Belanda, datang ke [[Muntilan, Magelang|Muntilan]], Jawa Tengah pada tahun 1896. [[Kristen Protestan]] tiba di Indonesia saat dimulainya kolonialisasi [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) pada abad ke-16. Kebijakan VOC yang melarang penyebaran agama Katolik secara signifikan meningkatkan persentase jumlah penganut Protestan di Indonesia.<ref name="rbhgoh">Goh, Robbie B.H.. ''Christianity in Southeast Asia''. Institute of Southeast Asian Studies. Hlm. 80. ISBN 981-230-297-2. OCLC 61478898.</ref> Komunitas Kristen terutama terdapat di kota-kota besar, meskipun di beberapa daerah di Jawa tengah bagian selatan terdapat pedesaan yang penduduknya memeluk Katolik. Terdapat kasus-kasus intoleransi bernuansa agama yang menimpa umat Katolik dan kelompok Kristen lainnya.<ref name="Christians refuse to cancel Christmas">{{cite journal|first=Konradus|last=Epa|title=Christians refuse to cancel Christmas|journal=UCA News|url=http://www.ucanews.com/2010/12/23/christians-refuse-to-cancel-christmas/|access-date=2012-03-13|archive-date=2013-08-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20130820165900/http://www.ucanews.com/2010/12/23/christians-refuse-to-cancel-christmas/|dead-url=no}}</ref>
Tahun 1956, Kantor Departemen Agama di [[Yogyakarta]] melaporkan bahwa terdapat 63 sekte [[aliran kepercayaan]] di Jawa yang tidak termasuk dalam agama-agama resmi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 35 berada di [[Jawa Tengah]], 22 di [[Jawa Barat]] dan 6 di [[Jawa Timur]].<ref name="kroef1961"/> Berbagai aliran kepercayaan (juga disebut ''[[kejawen]]'' atau ''[[aliran kebatinan|kebatinan]]'') tersebut, di antaranya yang terkenal adalah [[Subud]], memiliki jumlah anggota yang sulit diperkirakan karena banyak pengikutnya mengidentifikasi diri dengan salah satu agama resmi pula.<ref name="Beatty">Beatty, Andrew, ''Varieties of Javanese Religion: An Anthropological Account'', Cambridge University Press 1999, ISBN 0-521-62473-8</ref>
==
{{further|Mata pencaharian orang Jawa}}[[Berkas:Rice plantation in Java.jpg|
Awalnya, perekonomian Jawa sangat
Selama masa penjajahan, Belanda memperkenalkan budidaya berbagai tanaman komersial seperti [[tebu]], [[kopi]], [[karet]], [[teh]], [[kina]], dan lain-lain. Di beberapa wilayah Jawa dibuka lahan perkebunan dalam skala besar dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Beberapa komoditas berhasil dikembangkan di Jawa salah satunya adalah Kopi. Kopi Jawa bahkan mendapatkan popularitas global di awal ke-19 dan abad ke-20, sehingga nama ''Java'' telah menjadi sinonim untuk kopi.
Pulau Jawa telah menjadi pulau paling berkembang di Indonesia sejak era Hindia Belanda hingga saat ini. Jaringan transportasi jalan yang telah ada sejak zaman kuno dipertautkan dan disempurnakan dengan dibangunnya [[Jalan Raya Pos|Jalan Raya Pos Jawa]] oleh [[Daendels]] di awal abad ke-19. Kebutuhan transportasi produk-produk komersial dari perkebunan di pedalaman menuju pelabuhan di pantai, telah memacu pembangunan jaringan kereta api di Jawa. Saat ini, industri, bisnis dan perdagangan, juga jasa berkembang di kota-kota besar di Jawa, seperti [[Jakarta]], [[Surabaya]], [[Semarang]], dan [[Bandung]], sedangkan kota-kota kesultanan tradisional seperti [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], dan [[Cirebon]] menjaga warisan budaya keraton dan menjadi pusat seni, budaya dan pariwisata. Kawasan industri juga berkembang di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa, terutama di sekitar [[Cilegon]], [[Tangerang]], [[Bekasi]], [[Karawang]], [[Gresik]], dan [[Sidoarjo]].
Jaringan [[jalan tol]] dibangun dan diperluas sejak masa pemerintahan [[Soeharto]] hingga sekarang, yang menghubungkan pusat-pusat kota dengan daerah sekitarnya, di berbagai kota-kota besar seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Cirebon]], [[Semarang]], [[Solo]] dan [[Surabaya]]. Selain jalan tol tersebut, di pulau ini juga terdapat 16 jalan raya nasional. Dari segi perkeretaapian, Pulau Jawa mempunyai jaringan jalur kereta api sejak abad ke–19 semenjak [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) membangun jalur kereta api pertama di Indonesia, tepatnya di petak [[Stasiun Samarang]]–[[Stasiun Tanggung|Tanggoeng]] pada tanggal 17 Juni 1864 yang mendukung kelancaran perekonomian Pulau Jawa dari segi mobilitas maupun logistik. Keempat jalur utama kereta api tersebut adalah:
* Jalur utara Jawa: Jakarta–Cirebon–Semarang–Surabaya
* Jalur tengah Jawa: Jakarta–Cirebon–Yogyakarta–Surabaya
* Jalur selatan Jawa: Bandung–Tasikmalaya–Yogyakarta–Surabaya
* Jalur kereta cepat Jakarta–Bandung: Jakarta–Bandung
==
*[[Kepulauan Nusantara]]
*[[Daftar pulau di Indonesia]]
== Catatan ==
{{Notelist}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.javaindonesia.org/ Segala hal mengenai pulau Jawa]
* {{id}} [http://www.sidoharjo.com/id-wisata/ Objek wisata di Pulau Jawa]
* (Inggris) Project Gutenberg Library: Monumental Java [http://www.gutenberg.org/ebooks/42405 Monumental Java] dan mesin pencarian untuk kata 'Java' [http://www.gutenberg.org/ebooks/search/?query=Java&go=Go Books: Java (sorted by popularity)]
{{pulau utama Indonesia}}
Baris 237 ⟶ 272:
[[Kategori:Jawa| ]]
[[Kategori:Kepulauan Sunda Besar]]
[[Kategori:Pulau di Indonesia]]
[[Kategori:Pulau]]
|