Peter Sondakh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Woerayraiyan7 (bicara | kontrib)
Syah7 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(74 revisi perantara oleh 39 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{dablink|Ini adalah nama [[Orang Minahasa|Minahasa]], [[Marga Minahasa|marganya]] adalah ''[[Marga Minahasa|Sondakh]]}}
{{Infobox person
| name = Peter Sondakh
<!-- Disembunyikan sebagai komentar: |image = Peter-sondakh.jpg -->| imagesize = 225px
|imagesize caption = 250px
|caption birth_name =
| birth_date = {{birth date and age|1953|0706|23}}
|birth_name =
| birth_place = [[Manado]], [[Sulawesi Utara]], Indonesia
|birth_date = {{birth date and age|1953|07|23}}
|birth_place nationality = [[Manado]], = [[Indonesia]]
| spouse = Evie Yap Moeljohartono
|nationality = {{flag|Indonesia}}
|spouse children = Claudia Sondakh
|children parents =
|parents partner =
| occupation = CEO & Chairman [[Rajawali CorpCorpora]]
| net_worth = {{loss}} [[US$]]1,5 miliar (Desember 2020)<ref name=Forbes>{{cite web|title=Peter Sondakh|url=https://www.forbes.com/profile/peter-sondakh/|website=Forbes|}}</ref>
|religion = [[Kristen]]
|birth_name pre-nominals =
}}
'''Peter Sondakh''' ({{lahirmati|[[Manado]],[[Sulawesi Utara]]|23|076|1953}}) adalah [[pengusaha]] asal [[Indonesia]].
 
== Karier ==
Peter Sondakh lahir pada tahun 1953. Ayahnya memulai bisnis memproduksi minyak kelapa dan mengekspor kayu sejak tahun 1954. Tahun 1954, ayahnya merupakan inspirasi bisnisnya. Setelah ayahnya meninggal, ia mewarisi bisnis kecilnya. Dia, Peter Sondakh, yang baru 20 tahun harus mengambil alih bisnis mencari nafkah untuk keluarga. Dia harus membiayai ibu serta empat orang adiknya.
Setelah kehilangan banyak uang dari transaksi properti, Sondakh menyadari bahwa sudah waktunya untuk memulai cara yang lebih diandalkan dari pendapatan. Dia memperluas bisnis ayahnya dan pada tahun 1984, perusahaan [[Rajawali Corpora|Rajawali Corporation]] menggandeng [[Bambang Trihatmodjo]], putra presiden Indonesia, [[Soeharto]], adalah mitra bisnis pertamanya. Bersama-sama, mereka membangun Grand Hyatt di Jakarta dan kemudian, jaringan televisi swasta pertama di Indonesia Rajawali Citra Televisi Indonesia ([[RCTI]]).
 
Ketika berumur 22 tahun, ia telah mengambil alih bisnis minyak kelapa dan ekspor kayu. Selanjutnya ia mendirikan [[Rajawali Corpora|PT. Rajawali Corpora]]. Melalui Rajawali Corpora, ia memulai bisnis properti sebagai perluasan usaha yang ditekuni ayahnya. Peter mencoba memasuki korporasi besar, berkat keahlian komunikasinya yang dekat dengan banyak pihak.
Seperti burung Rajawali, Peter Sondakh kelihatan tak pernah lelah mengepakkan sayap usahanya. Mata dan penciumannya setajam Rajawali, mampu mengendus peluang bisnis yang layak ditubruk. Tak heran, gebrakannya lewat perusahaan holding yang didirikannya, PT Rajawali Corporation (RC), belakangan kerap mengejutkan.
 
== Rajawali CorporationCorpora ==
Berdasarkan catatan PDBI periode 1976-1996 tadi, ada 13 perusahaan yang diakuisisi dan 6 perusahaan didivestasi. Di sisi lain, grup usaha ini memiliki andil (penyertaan saham) di 13 perusahaan. Adapun total anak usaha dan perusahaan terafiliasi yang dimiliki Peter mencapai 49 perusahaan. Sebagai holding company di lingkungan [[Rajawali Corpora|Rajawali Corporation]].
Seperti burung Rajawali[[rajawali]], Peter Sondakh kelihatan tak pernah lelah mengepakkan sayap usahanya. Mata dan penciumannya setajam Rajawali, mampu mengendus peluang bisnis yang layak ditubrukdikerjakan. Tak heran, gebrakannya lewat perusahaan holding yang didirikannya, PT Rajawali Corporation (RC)Corpora, belakangan kerap mengejutkan.
 
Berdasarkan catatan PDBI periode 1976-1996 tadi, ada 13 perusahaan yang diakuisisi dan 6 perusahaan didivestasi. Di sisi lain, grup usaha ini memiliki andil (penyertaan saham) di 13 perusahaan. Adapun total anak usaha dan perusahaan terafiliasi yang dimiliki Peter mencapai 49 perusahaan. Sebagai holding company di lingkungan [[Rajawali Corpora|Rajawali Corporation]].
Saat peluncuran stasiun televisi [[Rajawali Televisi]] (RTV) pada akhir pekan lalu, publik pun tak kaget lagi. Di stasiun televisi yang semula bernama [[B-Channel]] ini, Peter menjabat sebagai Chief Executive Officer [[Rajawali Corpora|Rajawali Corporation]].<ref>[http://www.tempo.co/read/news/2014/05/05/092575510/Bikin-RTV-Bisnis-Peter-Sondakh-Kian-Menggurita Bikin RTV, Peter Sondakh Kian Menggurita]</ref>
 
== Rajawali Corporation ==
Krismon sempat menenggelamkan nama Peter Sondakh dan Grup Rajawali-nya. Namun, lewat serangkaian aksi jual-beli perusahaan dan fokus pada tiga bidang (properti, pertambangan dan perkebunan), Sang Rajawali siap terbang tinggi menjadi global player yang disegani.
Seperti burung Rajawali, Peter Sondakh kelihatan tak pernah lelah mengepakkan sayap usahanya. Mata dan penciumannya setajam Rajawali, mampu mengendus peluang bisnis yang layak ditubrukdikerjakan. Tak heran, gebrakannya lewat perusahaan holding yang didirikannya, PT Rajawali CorporationCorpora (RC), belakangan kerap mengejutkan.
Tak seperti pebisnis lokal lain yang lebih suka membangun bisnis dari awal, Peter dikenal sebagai sosok pebisnis yang rajin jual-beli perusahaan. Karenanya, ada orang yang lebih suka menyebutnya sebagai investor ketimbang pebisnis.
 
Peter dikenal sebagai sosok pebisnis yang rajin jual-beli perusahaan. Karenanya, ada orang yang lebih suka menyebutnya sebagai investor ketimbang pebisnis. Saat peluncuran stasiun televisi [[Rajawali Televisi|RTV]] pada tanggal [[3 Mei]] [[2014]], publik pun tak kaget lagi.
Tak mudah mengungkap sosok Peter ataupun kiprahnya. Bahkan, RC sendiri sebagai holding company tak memiliki website resmi yang bisa menjelaskan profilnya. Kendati begitu, publik bisnis sudah mengenal putra sulung B.J. Sondakh ini sebagai pemilik berbagai usaha di Tanah Air. Mulai dari bisnis perhotelan, rokok, gedung perkantoran, telekomunikasi dan media, ritel, farmasi, pariwisata, hingga transportasi. Tak heran, tahun 2006, menurut Forbes, ia merupakan orang terkaya nomor 12 di Indonesia. Lalu di tahun 2007 peringkatnya naik menjadi nomor 9 terkaya, dan tahun 2008 sebagai orang terkaya nomor 6 di Tanah Air. Media tersebut mengungkapkan kekayaan pria asal Manado kelahiran Surabaya 58 tahun lalu ini mencapai US$ 1,45 miliar.
 
Tak jelas benar kapan Peter pertama kali terjun ke dunia usaha. Namun, ia tercatat sebagai pemegang saham PT Bumi Modern sejak 1976. Kala itu, Peter berusia 24 tahun.
== Tanda Kehormatan ==
Cikal bakal [[Rajawali Corpora]] dimulai ketika mantan mahasiswa jarak jauh Universitas La Salle bidang commercial finance ini membesarkan PT Rajawali Wira Bhakti Utama. Perusahaan ini ia miliki sepenuhnya pada akhir 1993. Melalui perusahaan inilah ia menjadi pionir di dunia televisi swasta dan mampu membangun stasiun televisi [[RCTI]], bersama [[Bambang Trihatmodjo]], meskipun saat ini [[RCTI]] tidak lagi di tangan [[Rajawali Corpora]].
* {{Flag|Malaysia}} :
Menurut Pusat Data Business Indonesia (PDBI), periode 1976-1996 Rajawali memiliki lima sektor usaha, yaitu: pariwisata, transportasi, keuangan, perdagangan, dan jasa telekomunikasi. Tak tanggung-tanggung di sektor pariwisata ia memiliki 16 perusahaan perhotelan (mengembangkan jaringan hotel bintang empat dan lima) dan kawasan wisata. Di sektor transportasi punya tiga perusahaan transportasi, yakni: Taxi Express, Rajawali Air Transport (chartered flight), dan pelayaran feri dengan rute Batam-Singapura (baru-baru ini sudah dijual – Red.). Di sektor keuangan, Rajawali memiliki 7 anak usaha, antara lain PT Jardine Fleming Nusantara (sekuritas). Adapun di sektor perdagangan ada 9 perusahaan, misalnya Metro Department Store dan jaringan ritel farmasi Apotek Guardian. Di sektor telekomunikasi, Rajawali pernah memiliki Excelcomindo Pratama, yang dioperasikan sejak 1996 (dan kemudian dijual ke Telekom Malaysia).
** [[File:Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) Ribbon bar.png|70px]] [[Darjah Yang Mulia Setia Mahkota Malaysia|Panglima Setia Mahkota]] (PSM) - '''Tan Sri''' (2009)<ref>{{cite web|url=https://www.istiadat.gov.my/wp-content/uploads/2020/08/senarai_dkbpp_2009.pdf|title=Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 2009|website=www.istiadat.gov.my}}</ref>
Bisnis Peter yang tak kalah penting sebenarnya juga ada di luar lima sektor tadi. Antara lain, ia merambah industri kimia yang memproduksi polyester chip dan PET film dengan mendirikan PT Rajawali Polindo. Ia juga memasuki industri rokok dengan mendirikan PT Bentoel.
Rajawali ikut pula membangun Plaza Indonesia bersama Bimantara, Ometraco dan Grup Sinar Mas. Bahkan, Peter memiliki andil di PT Gemanusa Perkasa (perdagangan umum), PT Gemawidia Statindo Komputer (distributor komputer), PT Asiana Imi Industries (produsen stuff toys), dan PT Japfa Comfeed Indonesia (sahamnya di sini akhirnya dilepas) .
Berdasarkan catatan PDBI periode 1976-1996 tadi, ada 13 perusahaan yang diakuisisi dan 6 perusahaan didivestasi. Di sisi lain, grup usaha ini memiliki andil (penyertaan saham) di 13 perusahaan. Adapun total anak usaha dan perusahaan terafiliasi yang dimiliki Peter mencapai 49 perusahaan. Sebagai holding company di lingkungan Grup Rajawali, selain PT Rajawali Corporation adalah PT Danaswara Utama.
Toh, perjalanan bisnis Peter tak selalu berbuah manis. Seperti konglomerat yang lain, krismon tahun 1997-1998 ikut memukul bisnisnya. Alhasil, ia menanggung utang yang luar biasa besar kepada BPPN sebesar Rp 2,1 triliun yang berasal dari 17 anak perusahaannya. Tak jelas dari mana Peter kemudian bisa membayar utangnya. Kabar yang kemudian dilansir media, pada 2000 semua utang tersebut dinyatakan lunas.
Yang pasti, Peter kemudian diketahui sudah melepaskan kepemilikan sahamnya di Apotek Guardian, RCTI, dan Lombok Tourism. Adapun bank miliknya, Bank Pos, dibekukan akibat kesulitan likuiditas diterjang krismon.
Ternyata Peter masih mampu melewati krismon – di kala beberapa konglomerat lainnya ada yang gulung tikar. Setelah restrukturisasi grup usahanya, aksi menonjol yang pertama kali dilakukan adalah mendirikan NetToCyber Indonesia – bergerak di bidang jasa Broadband Internet, Virtual Private Network, Internet Data Centre, dan Network Integration – pada 2001. Sayangnya, kiprah perusahaan ini tak begitu terdengar. Setelah itu, kabar mengenai kiprah bisnis Peter mendadak sepi.
Tinggalkan gelanggangkah Peter? Ternyata tidak. Dalam sepinya, tampaknya Sang Rajawali mempersiapkan langkah kebangkitannya. Memasuki tahun 2005, Peter membuat kejutan. Aksi korporat yang atraktif adalah ketika ia menjual 27,3% sahamnya di Excelcomindo – yang sebenarnya termasuk salah satu bintang industri telekomunikasi nasional – kepada Telekom Malaysia Group pada 2005. Nilai saham tadi setara dengan US$ 314 juta.
Langkah divestasi ini berlanjut pada 2007 ketika Rajawali melepaskan 15,97% sahamnya di Excelcomindo senilai US$ 438 juta kepada Etisalat (perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab). Dana dari penjualan saham ini kemudian digunakan untuk membeli 24,9% saham PT Semen Gresik senilai US$ 337 juta dari Cemex (Cementos Mexicanos) pada 2006.
Kepakan sayap Rajawali terus berlanjut, dengan memasuki industri perkebunan dan pertambangan. Pada 2006, Rajawali terjun ke bisnis perkebunan sawit yang beroperasi di Kalimantan Timur dan Sumatera yang dalam sub-holding PT Jaya Mandiri Sukses Group. Sementara itu, industri pertambangan di Kalimantan dirambah grup usaha ini tahun 2007 melalui PT International Prima Coal. Lalu tahun 2008, melalui PT Tandan Sawita Papua, Rajawali membuka perkebunan kelapa sawit seluas 26.300 hektare di Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom.
Aksi korporatnya yang lebih menghebohkan lagi ketika pada pertengahan 2009, Peter telah melepaskan 56,96% sahamnya di Bentoel senilai Rp 3,35 triliun kepada British American Tobacco (BAT). “Rajawali sebagai investment company ingin memfokuskan perhatian pada bidang properti, pertambangan, dan perkebunan,” kata Darjoto Setyawan, Direktur Pengelola Pengembangan Bisnis Grup Rajawali, dalam siaran persnya, waktu itu (17/6/2009). Dengan ketiga pilar bisnis inilah tampaknya Rajawali ingin menjadi global player yang disegani.
Pernyataan itu memang dibuktikan dengan agresifnya Grup Rajawali memperluas jaringan hotelnya di kawasan Indonesia seperti jaringan hotel bintang lima Sheraton di Bali, Lampung, Bandung dan Lombok, serta di Kuala Lumpur dan Langkawi. Masih ditambah dengan pengembangan Hotel Saint Regis (Bali) dan Novotel (Lombok).
Bisnis pertambangan pun makin diseriusi Rajawali. Pada 2009, Rajawali mengakuisisi 37% saham Archipelago Resources (yang mengelola tambang emas) seharga US$ 60 juta. Kemudian, Rajawali membentuk perusahaan patungan dengan PT Bukit Asam di Kal-Tim.
Walaupun mengaku ingin fokus pada tiga sektor, kelompok usaha ini sempat diberitakan mengincar saham PT Garuda Indonesia. Akhirnya memang batal dan Rajawali memilih join dengan Pemerintah Kamboja mendirikan national airlines sebagai flag carrier di negara itu.
Ya, dengan segudang dana tunai hasil penjualan sahamnya di perusahaan-perusahaan bonafide itu, Peter memang bisa lebih leluasa kembali mengepakkan sayap bisnisnya. Terutama guna memantapkan ambisinya menguasai tiga bidang andalan baru itu.
Di mata [[Philip Purnama]], Direktur Spinnaker Capital, [[Rajawali Corpora]] dinilainya sebagai kelompok usaha yang smart dan oportunistis. Mereka sangat jeli melihat peluang bisnis dan sangat ahli dalam hal akuisisi aset-aset industri yang potensial, ujarnya. Bahkan, Philip berani menilai, komandan grup usaha ini, Peter Sondakh, lebih baik dari [[Warren Buffett]]. Seakan semua yang disentuhnya berubah jadi emas, seperti Raja Midas.
 
== Referensi ==
{{reflist}}<nowiki>http://www.rajawali.com</nowiki>
 
https://www.forbes.com/profile/peter-sondakh/
 
http://www.theedgemarkets.com/article/cover-story-peter-sondakh-%E2%80%94-mastermind-behind-eagle-high
 
http://market.bisnis.com/read/20150401/192/418176/ini-sebab-peter-sondakh-meloncat-jadi-orang-tajir-ke-6-di-ri
 
https://bisnis.tempo.co/read/575510/bikin-rtv-bisnis-peter-sondakh-kian-menggurita
 
https://www.thestar.com.my/business/business-news/2015/06/23/sondakh-unplugged/
 
{{DEFAULTSORT:Sondakh, Peter}}
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Tokoh dari Manado]]
[[Kategori:Wirausahawan Indonesia]]
[[Kategori:Marga Sondakh]]