Wayang golek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 180.252.17.67 (bicara) ke revisi terakhir oleh Dwi Yenie
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(139 revisi perantara oleh 64 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
[[Berkas:Wayang Golek Sunda PRJ 1.jpg|right|180px|thumb|Wayang Golek Sunda]]
{{Main|Wayang}}
'''Wayang Golek''' adalah suatu seni tradisional [[sunda]] pertunjukan [[wayang]] yang terbuat dari boneka kayu, yang terutama sangat populer di wilayah [[Sunda|Tanah Pasundan]], Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek.
{{Infobox performing art
| name = Wayang golek
| image = [[File:Wayang golek SF Asian Art Museum.JPG|257px]]
| image_upright =
| caption =
| medium =
| types = Pertunjukan wayang
| ancestor = [[Suku Jawa]], [[Suku Sunda]]
| descendant =
| culture = [[Indonesia]]
| era =
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Dalang.jpg|257px]]
| Caption = Seorang [[Dalang|dalang]] yang memainkan cerita [[Gatotkaca]] di panggung wayang golek
| ICH = Wayang
| State Party = Indonesia
| Type =
| Criteria = pertunjukan seni
| ID = 063
| Region = APA
| Year = 2008
| Session = ke-3
| List = Daftar Representatif
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/wayang-puppet-theatre-00063
| Below = [[File:Unesco Cultural Heritage logo.svg|100px]]
| Note = [[Wayang Kulit]], [[Wayang Golek]], [[Wayang Golek|Wayang Klithik]]
}}
'''Wayang golek''' ([[Aksara Sunda|Bahasa Sunda]]: {{Sund|ᮝᮚᮀ ᮍᮧᮜᮦᮊ᮪}}; {{IPA-su|wajaŋ ɡolɛk}}) merupakan salah satu aliran dari kesenian [[wayang]]. Umumnya wayang ini dipentaskan di wilayah [[Parahyangan]], [[Jawa Barat]] dengan menggunakan [[Bahasa Sunda]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=5EIb_YWd_UIC&pg=PA247&dq=%22wayang+golek+purwa%22+sunda&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjQ_uXCjPDkAhWv73MBHRXFBPAQ6AEIMzAB#v=onepage&q=%22wayang%20golek%20purwa%22%20sunda&f=false|title=Power Plays: Wayang Golek Puppet Theater of West Java|last=Weintraub|first=Andrew Noah|date=2004|publisher=Ohio University Press|isbn=9780896802407|language=en|access-date=2023-01-31|archive-date=2023-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230419161333/https://books.google.co.id/books?id=5EIb_YWd_UIC&pg=PA247&dq=%22wayang+golek+purwa%22+sunda&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjQ_uXCjPDkAhWv73MBHRXFBPAQ6AEIMzAB#v=onepage&q=%22wayang%20golek%20purwa%22%20sunda&f=false|dead-url=no}}</ref> Namun wayang ini juga dipentaskan di luar wilayah tersebut seperti di [[Kabupaten Brebes|Brebes]] dan [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] di [[Jawa Tengah]].<ref>{{Cite web|url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/63396/bahasa-sunda-diharapkan-jadi-muatan-lokal|title=Bahasa Sunda Diharapkan Jadi Muatan Lokal|website=Suara Merdeka|access-date=2019-09-27|archive-date=2019-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20190927052059/https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/63396/bahasa-sunda-diharapkan-jadi-muatan-lokal|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/121569/pagelaran-wayang-golek-mengobati-kerinduan-warga|title=Pagelaran Wayang Golek Mengobati Kerinduan Warga|website=Suara Merdeka|access-date=2019-09-27|archive-date=2019-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20190927052055/https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/121569/pagelaran-wayang-golek-mengobati-kerinduan-warga|dead-url=yes}}</ref> Lakon yang dimainkan dalam wayang Golek Purwa adalah kisah [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]].<ref>{{Cite web|url=https://sportourism.id/history/sejarah-singkat-wayang-golek-sunda|title=Sejarah Singkat Wayang Golek Sunda|website=Sportourism.id|language=id|access-date=2019-09-27}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Aliran wayang golek ini diperkirakan mulai berkembang di [[Jawa Barat]] sejak abad ke-19 M, dipelopori oleh Bupati [[Kabupaten Bandung|Bandung]] [[Wiranatakusumah III]].<ref name=":0">{{Cite web|url=https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-wayang-golek|title=Sejarah Wayang Golek dari Sunda, Jawa Barat|last=Badriya|first=Yaya|date=2016-10-08|website=IlmuSeni.com|language=id|access-date=2019-09-27|archive-date=2019-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20190927043558/https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-wayang-golek|dead-url=no}}</ref> Pagelarannya di waktu itu dikhususkan untuk kaum [[menak]] (bangsawan), sebelum akhirnya menyebar luas di kalangan masyarakat [[Suku Sunda|Sunda]].<ref name=":0" />
 
Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.
[[Berkas:Cepot-sunda.jpg|jmpl|Cepot atau Astrajingga dalam Wayang sunda]]
 
Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
== Wayang ==
[[Berkas:Pengrajin wayang.jpg|thumb|right|150px| Pengrajin wayang golek]]
[[Wayang]] adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di [[pulau Jawa]] dan [[Bali]]. Orang sering menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan [[wayang kulit]] yang memakai layar, dimana muncul bayangan-bayangan. Di [[Jawa Barat]], selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah [[Wayang golek]] . Istilah ''golek'' dapat merujuk kepada dua makna, sebagai kata kerja kata ''golek'' bermakna 'mencari', sebagai kata benda ''golek'' bermakna boneka kayu.<ref>{{cite web|url=http://nasional.kompas.com/read/2009/10/08/15282789|title=Tari Golek Ikon Perpaduan Dua Budaya |author=CH Dwi Anugrah|publisher=Kompas.com|accessdate=23 December 2013}}</ref> Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali [[wayang orang]] yang merupakan bentuk seni tari-drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan mengatur lagu dan lain-lain.
 
== Pola pagelaranEtimologi ==
[[Berkas:Pengrajin wayang.jpg|jmpl|ka|150px| Pengrajin wayang golek]]
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di [[pulau Jawa]] dan [[Bali]]. Berdasarkan sebuah Naskah Jawa Kuno – yang kemudian diterbitkan Pradnya Paramita pada tahun 1981 – mengatakan bahwa wayang bermula dari khayalan ataupun gagasan tentang bayangan manusia yang dapat ditonton. Wayang sendiri berasal dari kata wayangan yang artinya adalah bayangan yang memiliki maksud mempertontonkan sebuah lakon lewat bayangan. Pada mulanya, wayang hanya merupakan hasil khayalan ataupun gagasan yang dilukiskan dalam sebuah daun Tal (''ron Tal'') yang kemudian mempertontonkan hasil lukisan tersebut lewat bayangan. Mempertontonkan lewat bayangan dilakukan dengan memantulkan lukisan tersebut di atas kain putih dan hanya diterangi lampu. Hal ini membuat orang lain dapat melihat lukisan tersebut dalam bentuk bayangan.<ref>Wayang Indonesia.[http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/wayang-indonesia/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230131081232/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/wayang-indonesia/|date=2023-01-31}}</ref> Di [[Jawa Barat]], selain dikenal wayang kulit, yang paling populer adalah Wayang golek . Istilah ''golek'' dapat merujuk kepada dua makna, sebagai kata kerja kata ''golek'' bermakna 'mencari', sebagai kata benda ''golek'' bermakna boneka kayu.<ref>{{Cite news|url=http://nasional.kompas.com/read/2009/10/08/15282789|title=Tari Golek Ikon Perpaduan Dua Budaya|author=CH Dwi Anugrah|publisher=Kompas.com|accessdate=23 December 2013|work=[[Kompas.com]]|archive-date=2013-12-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20131224110143/http://nasional.kompas.com/read/2009/10/08/15282789|dead-url=yes}}</ref> Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali [[wayang orang]] yang merupakan bentuk seni tari drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawagu dan lain-lain.<ref name="History and Etymology for Wayang">{{Cite web|title=History and Etymology for Wayang|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/wayang|access-date=22 Juli 2021|work=Merriam-Webster|archive-date=2022-01-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20220110100545/https://www.merriam-webster.com/dictionary/wayang|dead-url=no}}</ref><ref>Mair, Victor H. ''Painting and Performance: Picture Recitation and Its Indian Genesis''. Honolulu: University of Hawaii Press, 1988. hal. 58.</ref>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Wayang Islam.jpeg|thumb|150px|Tokoh wayang Walangsungsang dan Rara Santang yang menyebarkan agama [[Islam]] di Tanah Sunda]]Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabarata]] dengan menggunakan [[bahasa Sunda]] dengan iringan [[gamelan Sunda]] (salendro), yang terdiri atas dua buah [[saron]], sebuah [[peking]], sebuah [[selentem]], satu perangkat [[boning]], satu perangkat [[boning rincik]], satu perangkat [[kenong]], sepasang [[gong]] (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat [[kendang]] (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), [[gambang]] dan [[rebab]].
 
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya kadang-kadang saja dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal diantaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, [[Asep Sunandar Sunarya]], Cecep Supriadi, [[ki dalang IIN wahyu iskandar]] dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut;
# Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
# Babak unjal, paseban, dan bebegalan
# Nagara sejen
# Patepah
# Perang gagal
# Panakawan/goro-goro
# Perang kembang
# Perang raket
# Tutug
 
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat ([[ruwat]]), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:
# Wunggal (anak tunggal)
# Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia)
# Suramba (empat orang putra)
# Surambi (empat orang putri)
# Pandawa (lima putra)
# Pandawi (lima putri)
# Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)
# Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
 
Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari keberadaan wayang kulit, penyebaran wayang di Jawa Barat dimulai pada masa pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan [[Kabupaten Demak|Demak]], kemudian disebarluaskan para [[Wali Sanga|Wali Songo]]. Termasuk Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1568 memegang kendali pemerintahan di Kasultanan Cirebon. Beliau memanfaatkan pergelaran wayang kulit sebagai media dakwah untuk
== Sejarah perkembangan ==
penyebaran agama Islam.
[[Berkas:Cepot Wayang.jpg|right|150px|thumb|Wayang Golek si Cepot]]
Pada awal kemunculannya, kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah pesisir utara pulau Jawa pada awal abad ke-17 dimana kerajaan Islam tertua di [[Pulau Jawa]] tumbuh disana, dengan menggunakan [[Bahasa Sunda]] dalam dialognya. Menurut legenda yang berkembang, [[Sunan Kudus]] menggunakan bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam di masyarakat.
 
Baru sekitar tahun 1584 Masehi di Jawa Tengah salah satu Sunan dari Dewan Wali Songo menciptakan Wayang Golek, tidak lain adalah Sunan Kudus yang menciptakan Wayang Golek Pertama. Dalam perjalanan sejarahnya, pergelaran wayang golek mula-mula dilaksanakan oleh kaum bangsawan. Terutama peran penguasa terutama para bupati di Jawa Barat, mempunyai pengaruh besar terhadap berkembangnya wayang golek tersebut. Pada awalnya pertunjukan wayang golek diselenggarakan oleh para priyayi (kaum bangsawan Sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten untuk kepentingan pribadi maupun untuk keperluan umum.<ref>Warisan Tak Benda.[https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=76] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230131104913/https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=76|date=2023-01-31}}.</ref>
Kesenian wayang golek berbahasa Sunda diperkirakan mulai berkembang di Jawa Barat pada masa ekspansi [[Kesultanan Mataram]] pada abad ke-17, meskipun sebenarnya beberapa pengaruh warisan budaya Hindu masih bertahan di beberapa tempat di Jawa Barat sebagai bekas wilayah [[Kerajaan Sunda]] [[Pajajaran]]. Pakem dan jalan cerita wayang golek sesuai dengan versi wayang kulit Jawa, terutama kisah wayang purwa (Ramayana dan Mahabharata), meskipun terdapat beberapa perbedaan, misalmya dalam penamaan tokoh-tokoh punakawan yang dikenal dalam versi Sundanya. Adapun kesenian wayang kayu berbahasa Jawa saat ini dapat dijumpai bentuk kontemporernya sebagai [[Wayang Menak]] di wilayah [[Kudus]] dan [[Wayang Cepak]] di wilayah [[Cirebon]], meski popularitasnya tidak sebesar wayang golek di wilayah Priangan.
 
Di daerah Cirebon disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak.
Pertunjukan seni wayang golek mulai mendapatkan bentuknya yang seperti sekarang sekitar abad ke-19. Saat itu kesenian wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang dipagelarkan di desa atau kota karesidenan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.
 
Salmun (1986) menyebutkan baru pada tahun 1583 Masehi, Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun `wayang purwo` sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Sejak [[1920-an]], selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya [[Upit Sarimanah]] dan [[Titim Patimah]] sekitar tahun [[1960-an]].
 
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, tetap disebut sebagai wayang golek.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek.
 
Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) dari Cirebon wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan [[Rama]] dan [[Shinta]], tokoh wayang terkenal seperti [[Arjuna]], [[Srikandi]], dan [[Krishna]], serta tokoh [[Punakawan]] seperti [[Semar]] dan [[Cepot]]. Kerajinan wayang golek ini dijadikan sebagai dekorasi, hiasan atau benda pajangan interior ruangan. Adapun di zaman modern ini [[Wayang golek purna]] kreasi sudah mulai di kembangkan oleh para pengrajin wayang muda,yang tetap tidak menghilangkan pakem dari Wayang golek purwa, di ataranya ada pengarajin Cahya Medal ,Wayang Golek Evolution,Caraka Wayang Indonesia (CWI) dan lain-lain.
 
Pementasan wayang golek di tanah [[Parahyangan]] dimulai sejak [[Kesultanan Cirebon]] berada di tangan [[Panembahan Ratu]] (1540-1650) yang juga merupakan cicit dari [[Sunan Kudus]]. Yang dipertunjukan saat itu adalah [[wayang cepak cirebon|wayang cepak]] (atau wayang golek papak), disebut demikian karena memiliki bentuk kepala yang datar.
Pada tahun 2015 perkembangan wayang golek sudah semakin berkembang, salah satu pencetus perkembangan wayang golek di kota kembang adalah [https://wayanggolektechno.wordpress.com/perihal/ Yayasan Citra Dangiang Seni]. Yayasan tersebut mempunyai fungsi sebagai lembaga pengembangan dan pelestarian seni budaya tradisional khususnya yang berada di tradisi seni sunda atau Jawa Barat. [https://wayanggolektechno.wordpress.com/perihal/ Yayasan Citra Dangiang Seni] ini mengembangkan wayang golek sebagai media pembelajaran bagi anak-anak sekolah guna meningkatkan pemahaman tentang seni budaya tradisional serta salah satu bentuk untuk mengenali dan mencintai budaya sendiri. Wayang golek tersebut mengalami metamorfosis mengikuti perkembangan zaman, pengembangan dari wayang tersebut diberi nama oleh [https://wayanggolektechno.wordpress.com/perihal/ Yayasan Citra Dangiang Seni] tersebut sebagai [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"].
 
Selanjutnya ketika kekuasaan [[Kesultanan Cirebon]] diteruskan oleh [[Pangeran Girilaya]] (1650-1662), [[wayang cepak]] semakin populer dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita, yang tentunya masih sarat dengan muatan agama Islam.
[https://wayanggolektechno.wordpress.com/perihal/ Yayasan Citra Dangiang Seni] ini akan melaunchingkan salah satu produk unggulan mereka mengenai pengembangan dari seni budaya tradisional tersebut. Produk unggulan tersebut adalah [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"]. [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] ini akan dicoba di tampilkan di RRI Bandung tepatnya di Gedung Auditorium "LOKANTARA BUDAYA" RRI Bandung yang beralamat di jl. Dipenogoro No.61 Bandung, untuk di pertunjukan kepada siswa-siswi SMP se-Kota Bandung untuk sesi perdana mereka sebagai model / media pembelajaran penumbuhkembangan karakter melalui mata pelajaran seni budaya dan bahasa sunda (mulok). Konser tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 9 Maret s/d 13 April 2015.
 
===Perkembangan Wayang Golek di Tanah Pasundan===
[https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] adalah sebuah seni pertunjukan wayang golek kontemporer yang mengedepankan teknologi di dalam pertunjukannya. Seni pertunjukan wayang golek techno ini adalah sebuah maha karya yang inovatif dan atraktif dari sebuah pengembangan seni budaya tradisional yang di kemas semenarik mungkin supaya dapat di terima oleh semua lapisan masyarakat.
 
Perkembangan wayang golek melaju pesat, kesenian wayang golek berbahasa jawa mulai digeser ketenaranya dengan kesenian wayang golek berbahasa sunda, bisa dibuktikan dominasi wayang golek berbahasa sunda pada abad ke-17 pada masa ekspansi Kesultanan Mataram.
[[Berkas:Https://wayanggolektechno.files.wordpress.com/2015/02/feat-cleb-bisnis6kf0h-copy.jpg|jmpl|Ki Dalang Asep Aceng Amung Sutarya sebagai Dalang Wayang Golek Techno]]
[[Berkas:Https://scontent-b-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xap1/v/t1.0-9/1920557 10201964347068867 4528537028595302660 n.jpg|jmpl|Cecep Dadi Setiadi, S.Pd sebagai Ketua Yayasan Citra Dangiang Seni]]
Pagelaran [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] ini pertama kali di pertunjukan di Kota Bandung untuk di konsumsi oleh siswa-siswi SMP dengan tujuan untuk memperkenalkan pentingnya pendidikan seni budaya tradisional yaitu dengan media wayang golek. [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] ini akan di pertunjukan oleh [https://www.facebook.com/asep.a.sutarya Ki Dalang Asep Aceng Amung Sutarya] sebagai salah satu seniman binaan [https://wayanggolektechno.wordpress.com/perihal/ Yayasan Citra Dangiang Seni] yang dipelopori oleh [https://www.facebook.com/cecep.cds Cecep Dadi Setiadi, S.Pd.]
 
Pertunjukan seni wayang golek yang kala itu masih bertahan mewarisi beberapa pengaruh Hindu sebagai bekas wilayah kerajaan Sunda Pajajaran. Pakem dan jalan ceritanya sesuai dengan versi jawa meskipun terdapat beberapa perbedaan nama tokoh, yang kemudian dalam pertunjukan wayang golek berbahasa sunda dikenal pula sebagai wayang golek purwa.
Dalam pertunjukan ,[https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] tidak jauh berbeda dengan pertunjukan wayang golek lainnya, baik dalam lakon (judul), dan di iringi musik sepanjang pertunjukan.Yang membuat [https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/03/apa-itu-wayang-golek-techno/ "WAYANG GOLEK TECHNO"] berbeda adalah pertunjukan dalam adegan per adegan wayang tersebut menggunakan multimedia dari pengemasan layar latar belakang dengan animasi latar tempat sesuai adegan, serta di imbangi oleh lighting dan sinar laser pada setiap adegan ceritanya, selain itu juga yang membedakan pertunjukan wayang ini adalah menggunakan sound sytem disertai sound effect yang mendukung adegan pertunjukan wayang golek tersebut.
 
Pada waktu kabupaten-kabupaten di Jawa Barat ada dibawah pemerintahan Mataram, ketika masa pemerintahan Sultan Agung (1601-1635), penggemar seni pewayang meningkat, bukan hanya dari kalangan biasa bahkan banyak bangsawan sunda yang datang ke Mataram untuk mepelajari bahasa jawa dalam konteks kepentingan pemerintahan, dalam penyebaranya wayang golek tumbuh dengan membebaskan pemakaian bahasa masing-masing. Hasilnya seni pewayangan berkembang dan menjangakau seluruh daerah Jawa Barat.
==Tokoh Wayang Golek==
Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para [[Dalang]] yang terus mengembangkan seni tradisional ini, diantaranya H.Cecep Supriyadi yang legendaris dari Karawang, Ki H. [[Asep Sunandar Sunarya]] yang telah memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti perkembangan zaman, salah satu kreativitasnya yaitu si [[Cepot]] dimana di tangan beliau kini wayang golek tidak hanya seni yang dikatakan jadul , tapi seni tradisional yang harus dikembangkan di era modern sekarang ini.
 
Menurut penjelasan Dr. Th. Pigeaud, bahwa seorang bupati Sumedang mendapat gagasan untuk membuat wayang golek yang bentuknya menyerupai wayang kulit dalam lakon Ramayana dan mahabharata. Perubahan dari bentuk wayang kulit menjadi golek terjadi secara berangsur-angsur, hal ini terjadi sekitar abad 18-19. hal ini diamini dengan adanya berita bahwa pada abad ke-18 atau sekitar tahun 1794-1829 Dalem bupati Bandung (Karanganyar), menugaskan Ki Darman seorang pegiat wayang kulit asal Tegal Jawa tengah yang berdomisili di Cibiru, Jawa Barat untuk membuat wayang golek purwa.
=
Nama Tokoh-Tokoh Wayang Golek
=
Sejarah Ringkas......
Seni rupa sandiwara boneka berkayu atau lebih lazim jenengan - namanya
Wayang Golek, tindak-tanduknya memang kelihatan seperti lagi ngagulitik
<nowiki> </nowiki>atau menggolek, asal muasalnya di dataran tinggi Priangan Jawa Barat
yang kerajaan buddha Pajajaran masih misésa atau menguasai pada abad XV
<nowiki> </nowiki>M., tatkala itu, Sunan Giri, salah satu dari sembilan Wali Songo yang
<nowiki> </nowiki>mendatangi pulau Jawa dari perbagai negeri ufuk timur seperti Persia,
Turki, Mesir dan Cina untuk beruluk salam sambil mencanangkan kawibawan
<nowiki> </nowiki>firman Allah, dipercaya memperkenalkan seni ini kepada penduduk
setempat.
 
Kemudian pada abad ke-20 perubahan-perubahan bentuk wayang golek menjadi semakin baik dan sempurna. Hasilnya dapat dilihat pada perkembangan wayang golek yang sering kita jumpai pada masa sekarang ini, wayang golek yang akrab kita temui tersebut adalah penyempurnaan bentuk dari wayang golek purwa sunda. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, pagelaran wayang golek mula-mula ekslusif dilaksanakan oleh kaum bangsawan, terutama para penguasa seperti bupati di Jawa Barat mempunyai cukup andil dalam perkebangan kesenian wayang golek di Jawa Barat.
Itu lambat-laun terjungkar-jangkir sepanjang daerah Priangan, bergabung
<nowiki> </nowiki> sama adat istiadat pra-Islam dan budaya khayalak ramai. Pada
hakekatnya, ini dilantarankan aspeknya yang sudah merecup dalam benak
masyarakat awam, tasmat menggalang faham-faham hikmah filsafat, akhlak
atau malahan bermuatan kasad propaganda. Bahwasanya, setiap babak
pementasan adalah bidang permata atau ibarat tematis filsafat tertentu,
<nowiki> </nowiki>dengan menyirat makna tersendiri bagi penilik yang berlatar belakang
undak-usuk atau tingkat pendidikan berbeda-beda. Berisikan serancaman
cerita murni adapun pertikaian kebajikan melawan kedurjanaan dan segala
<nowiki> </nowiki>nista kepasikan yang akhirnya cuang-caing. Tidak pelak lagi, bukannya
<nowiki> </nowiki>menyerupai selangkas buah papaya bahwa Seni Wayang Golek telah
menghaturkan sumbangsih yang cukup berarti dalam hal mencagarkan
kesinabungan warisan khazanah budaya tamaddun sunda zaman pra-islam.
 
Pada awalnya pertunjukan wayang golek diselenggarakan oleh para kaum priyayi (kaum bangsawan sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten baik untuk kepentingan pribadi ataupun keperluan umum. Fungsi pertujukan pada kala itu masih bergantung pada permintaan para bangsawan. pagelaran seni wayang golek memiliki tujuan bermacam-macam, dari mulai yang sifatnya ritual, ataupun dalam rangka tontonan atau hiburan semata. Pertunjukan yang bersifat ritual sudah jarang dipentaskan, misalnya saja pada upacara sedekah laut atau sedekah bumi, yang biasanya hanya diadakan setahun sekali.
'''1. Anoman'''
 
Pementasan yang masih bertahan sampai sekarang adalah pertunjukan seni wayang golek untuk hiburan, bisanya diselenggarakan untuk memeriahkan acara peringatan kabupaten, hari kemerdekan Indonesia, Syukuran, hajatan, dan lainnya. Walaupun demikian, tak berarti esensi yang mengandung nilai tuntunan sudah hilang, dalam penuturan lakon setiap tokoh pewayangan nilai-nilai pembelajaran selalu ada.<ref>Sejarah Wayang Golek dari Sunda.[https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-wayang-golek] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230131102726/https://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-wayang-golek|date=2023-01-31}}</ref>
Anoman Perbancana Suta, atau Hanoman, kera berbulu putih putra Batara Guru dari dewi Anjani.
 
'''Jenis-jenis Wayang Golek'''
Ia pernah menjabat sebagai senapati kerajaan Mahespati, mengabdi kepada Batara Rama dalam kisah Ramayana.
 
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, d
Ia juga memiliki umur yang sangat panjang, karena mempunyai tugas
wayang golek menak, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan cerita babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa dengan cerita Ramayana Mahabrata. Wayang golek menak dengan cerita Amir Hamzah. Sedangkan, wayang golek modern adalah wayang golek kreasi baru dengan menggabungkan teknologi modern dalam pertunjukan seperti asap, pencahayaan warna warni dll.
menyimpan sukma Rahwana di dalam cupunya. Itu menurut Pustaka Rajah
Purwa Ramayana, yang berbeda dengan versi Ramayana dari India.
 
Beberapa jenis Wayang Golek yang populer:
Anoman memiliki beberapa ajian. Aji Pancasona, kekuatan menerima bacokan
<nowiki> </nowiki> musuh. Bayu Bajra, pukulan dengan tenaga ratusan kali sehingga bisa
menjepit gunung sonara-sonara untuk menjepit tubuh dasamuka. Pancanaka,
<nowiki> </nowiki>kuku ibu jarinya yang bisa digunakan sebagai senjata pembunuh yang
hebat. Bayu Rota, kekuatan atau kecepatan secepat angin. Sirna Bobot,
aji untuk meringankan tubuh saat terbang atau pun loncat.
 
1. Wayang golek gaya Sunda dengan cerita purwa
'''2. Arjuna'''
 
2. Wayang golek gaya Cirebon dengan cerita purwa, cepak dan menak
''' '''
Arjuna adalah putra Pandu yang ketiga dari ibu Dewi Kunti. Disebut juga panengah Pandawa.
 
3. Wayang golek gaya Yogyakarta dengan cerita menak
Tinggal di Madukara, bagian dari kerajaan Amarta.
 
4. Wayang golek gaya Surakarta dengan cerita menak
Berparas tampan, banyak disukai wanita.
 
5. Wayang golek gaya Kebumen dengan cerita menak
Memiliki senjata pusaka keris Pancaroba, Ali-ali Ampal dan panah Pasopati.
 
6. Wayang golek gaya Tegal dengan cerita purwa dan menak
Arjuna sangat taat kepada gurunya, yaitu Resi Drona dari kerajaan Astina.
 
'''Kerumitan Pembuatan Wayang Golek'''
Memilika putra salah satunya adalah Abimanyu.
 
Wayang golek lebih rumit pembuatannya dibanding wayang kulit. Selain karena bentuknya yang 3 dimensi memerlukan tingkat presisi pengukiran yang lebih mumpuni dan lama.
'''3. Aswatama'''
 
Selain juga harus mampu membuat perangkat pakaian tokoh wayang dengan manik-manik dan mahkota tokoh wayang dengan beragam warna-warni yang harmonis.
 
Hanya pengrajin dengan kehalusan jiwa dan tingkat seni yang tinggilah yang bisa memadukan karakter tokoh dengan desain baju yang tepat seperti itu.
Aswatama adalah putra Resi Drona (guru Pandawa dan Kurawa). Putra
satu-satunya, menjadikan Aswatama sangat disayang oleh ayahnya.
 
Wayang golek terbuat dari kayu Albasia atau kayu Lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko.
'''4. Bambang Kaca'''
 
Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.
''' '''
Bambang Kaca adalah putra Gatotkaca.
 
Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak bisa dilepaskan dari peran [[Wiranata Koesoemah III]] (Bupati Bandung ke-6). Beliau sangat menggemari wayang, tetapi ia menginginkan suatu pertunjukan yang lebih menarik dan memiliki nilai-nilai keSunda-an. Akhirnya ia meminta salah seorang pengrajin [[wayang kulit]] bernama Ki Darman (pegiat wayang kulit asal [[Tegal]]) di daerah [[Cibiru]], [[Ujungberung]], [[Bandung]] untuk membuat bentuk wayang golek yang lebih menarik dengan bentuk kepala / rupa yang benar-benar menyerupai manusia. Maka lahirlah bentuk '''Wayang Golek Sunda''' seperti yang kita lihat sekarang.
Setelah masa Bratayuda, Astina kembali dikuasai pihak Pandawa.
Parikesit, cucu Arjuna, menjadi raja saat itu. Sedangkan Bambang Kaca
menjadi benteng pertahanan negara Astina.
 
Wayang golek semakin populer, tidak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tapi masyarakat biasa pun mulai menggemari wayang golek ini. Wayang golek pun semakin menyebar ke segala penjuru [[Jawa Barat]] setelah dibukanya [[Jalan Raya Pos|De Grote Postweg]] (Jalan Raya Daendels) yang menghubungkan daerah-daerah di [[Jawa Barat]].
Mengenakan pakaian Kre Antakusuma (milik ayahnya). Suaranya pun mirip sekali dengan ayahnya.
 
Dari paparan diatas maka di tanah [[Parahyangan]] bermula muncul wayang-wayang klasik seperti wayang golek papak, wayang golek purwa dan wayang golek Pakuan. Wayang Golek Papak masih dipertontonkan di daerah [[Cirebon]], dengan kisah babad yang menggunakan [[bahasa Cirebon]].
'''5. Bambang Sumantri'''
 
Wayang Golek Purwa, memainkan kisah [[Mahabharata]] dan [[Ramayana]] menggunakan campuran [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Sunda]]. Wayang golek pakuan, kisah yang ditampilkan adalah kisah-kisah legenda Priangan seperti [[Sangkuriang]], [[Mundinglaya Dikusumah]], [[Lutung Kasarung]] dan lain-lain.
 
'''Nilai Budaya'''
Bambang Sumantri adalah keponakan Rama Bergawa. Dia mempunyai adik bernama Sokrasana yang buruk rupa.
 
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan '''"Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat".'''
Dia pernah dihukum oleh Arjuna Sasrabahu karena ingin menikahi calon
istri Arjuna Sasrabahu, yaitu diperintah untuk memindahkan Taman
Sriwedari ke alun-alun kota. Berkat bantuan adiknya taman itu bisa
dipindahkan. Namun karena malu punyak adik buruk rupa akhirnya secara
tidak sengaja Sokrasana terbunuh oleh kakaknya sendiri.
 
Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut :
Sumantri mati oleh Sokrasana yang menjelma menjadi buaya ketika Sumantri berkelahi dengan Rahwana.
 
'''Satu:''' Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
'''6. Batara Bayu'''
 
'''Dua:''' Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi contoh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
 
'''Tiga:''' Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat.
Bayu berarti angin. Batara Bayu adalah Dewa yang menguasai angin. Dia tinggal di Kahyangan Pangwalung.
 
'''Empat:''' Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah.
Ayahnya bernama Batara Guru. Ibunya bernama Dewi Uma. Istrinya bernama Dewi Sumi
 
'''Lima:''' Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat.
Nama lain dari Batara Bayu adalah Batara Pawana Guru, Batara Prabancana, Batara Maruta.
 
'''Enam:''' Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa.
Batara Bayu memiliki beberapa ajian. Salah satunya adalah Aji Bayubajra.
<nowiki> </nowiki> Yakni bisa mengeluarkan angin puting beliung untuk menyerang lawannya.
 
'''Tujuh:''' Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.
 
== Perkembangan ==
Kesenian wayang golek ber[[bahasa Sunda]] mulai berkembang di [[Jawa Barat]] sejak kejayaan Kesultanan Cirebon, terutama kisah [[wayang purwa]] ([[Ramayana]] dan [[Mahabharata]]), meskipun terdapat beberapa perbedaan, misalnya dalam penamaan tokoh-tokoh [[Punakawan]] yang dikenal dalam versi Sundanya. Adapun kesenian wayang kayu ber[[bahasa Jawa]] saat ini dapat dijumpai bentuk kontemporernya sebagai [[Wayang Menak]] di wilayah [[Kudus]] dan [[Wayang Cepak Cirebon|Wayang Cepak]] di wilayah [[Cirebon]], meski popularitasnya tidak sebesar wayang golek di wilayah [[Parahyangan]].
 
Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan [[Rama]] dan [[Shinta]], tokoh wayang terkenal seperti [[Arjuna]], [[Srikandi]], dan [[Krishna]], serta tokoh [[Punakawan]] seperti [[Semar]] dan [[Bagong]] (atau Cepot/Bawor). Kerajinan wayang golek ini dijadikan sebagai dekorasi, hiasan atau benda pajangan interior ruangan. Adapun pada zaman modern ini Wayang golek purna kreasi sudah mulai di kembangkan oleh para pengrajin wayang muda,yang tetap tidak menghilangkan pakem dari Wayang golek purwa.{{cite web|url=https://wayanggolektechno.wordpress.com/2015/02/09/sejarah-perkembangan-wayang-golek/|title=Sejarah Perkembangan Wayang Golek|publisher=Wayang Techno CDS|accessdate=31 Desember 2018}}<nowiki></ref></nowiki>
Dia memiliki beberapa murid. Anoman (monyet putih) dan Bima (Pandawa
yang ke-2). Mereka memiliki Kuku Pancanaka, yakni senjata pada kuku ibu
<nowiki> </nowiki>jarinya. Coba perhatikan pada kuku jempolnya (Batara bayu, Anoman,
Bima).
 
== Pola pagelaran ==
'''7. Batara Guru'''
 
Batara Guru adalah putra Sanghyang Tunggal.
 
[[Berkas:Wayang Islam.jpeg|jmpl|150px|Tokoh wayang Walangsungsang dan Rara Santang yang menyebarkan agama [[Islam]] di Tanah Sunda]]Sebagaimana alur cerita pewayangan umumnya, dalam pertunjukan wayang golek juga biasanya memiliki lakon-lakon baik galur maupun carangan. Alur cerita dapat diambil dari cerita rakyat seperti penyebaran agama Islam oleh Walangsungsang dan Rara Santang maupun dari epik yang bersumber dari cerita [[Ramayana]] dan [[Mahabarata]] dengan menggunakan [[bahasa Sunda]] dengan iringan [[gamelan Sunda]] (salendro), yang terdiri atas dua buah [[saron]], sebuah [[peking]], sebuah [[selentem]], satu perangkat [[boning|bonang]], satu perangkat [[boning rincik|bonang rincik]], satu perangkat [[kenong]], sepasang [[gong]] (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat [[kendang]] (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), [[gambang]] dan [[rebab]].
Merajai 3 alam. Alam Marcapada, alam Madyapada, dan alam Mayapada.
 
Dalam pertunjukan wayang golek, lakon yang biasa dipertunjukan adalah lakon carangan. Hanya saja terdakang dipertunjukan lakon galur. Hal ini seakan menjadi ukuran kepandaian para dalang menciptakan lakon carangan yang bagus dan menarik. Beberapa dalang wayang golek yang terkenal di antaranya Tarkim, R.U. Partasuanda, Abeng Sunarya, Entah Tirayana, Apek, Ade Kosasih Sunarya, [[Asep Sunandar Sunarya]], Cecep Supriadi, dll.
Pola pengadegan wayang golek adalah sebagai berikut;
# Tatalu, dalang dan sinden naik panggung, gending jejer/kawit, murwa, nyandra, suluk/kakawen, dan biantara;
# Babak unjal, paseban, dan bebegalan
# Nagara sejen
# Patepah
# Perang gagal
# Panakawan/goro-goro
# Perang kembang
# Perang raket
# Tutug
 
Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat adalah ngaruat ([[ruwat]]), yaitu membersihkan dari kecelakaan (marabahaya). Beberapa orang yang diruwat (sukerta), antara lain:
'''8. Batara Kresna'''
# Wunggal (anak tunggal)
# Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia)
# Suramba (empat orang putra)
# Surambi (empat orang putri)
# Pandawa (lima putra)
# Pandawi (lima putri)
# Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri)
# Samudra hapit sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya.
 
== Tokoh Wayang Golek ==
Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini, salah satunya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
 
Lewat tangan terampilnya dalam memainkan wayang kayu, Asep ditanggap hingga ke mancanegara. Tidak sekali dua kali Asep Sunandar Sunarya tampil di luar negeri, tetapi berkali-kali dalang ini membawa kesenian wayang golek go internasional.
Batara Kresna adalah raja kerajaan Dwarawati dan merupakan titisan Dewa
<nowiki> </nowiki>Wisnu, ditugaskan untuk menyelesaikan segala macam permasalahan yang
terjadi di muka bumi.
 
Tahun 1993, Abah Asep juga diundang menjadi dosen kehormatan di Institut International de La Marionnette di Charleville, Prancis. Sebagai dosen luar biasa selama dua bulan dan diberi gelar profesor oleh masyarakat akademis Perancis.
Mempunyai senjata Gambar Lopian yang bisa melihat keadaan di seluruh belahan penjuru dunia.
 
Setahun kemudian, Abah Asep kembali membawa wayang golek keliling Eropa. Abah diminta menampilkan pertunjukan wayang golek di benua Eropa
 
1982-1985 Asep Sunandar Sunarya rekaman kaset oleh SP Record dan Wisnu Record.
'''9. Batara Rama'''
 
1986, Asep Sunandar Sunarya mendapat mandat dari pemerintah sebagai duta kesenian, untuk terbang ke Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, 1986, Dian Record mulai merekam karya-karya Asep Sunandar dalam bentuk kaset pita.
''' '''
Batara Rama atau Sri Rama atau Ramawijaya adalah raja dari kerajaan Ayodya. Putra prabu Dasarata.
 
Pada tahun 1989, Abah Asep berkunjung ke Amerika dalam rangka pementasan wayang golek. Tahun 1992 Abah juga mengikuti Festival Wayang (Teater Boneka) di Prancis.
Beristerikan Dewi Shinta, setelah memenangkan sayembara menarik Busur Pusaka Kerajaan Mantili.
 
Tahun 1994, Asep Sunandar Sunarya mulai pentas di luar negeri, antara lain di Inggris, Belanda, Swiss, Perancis, dan Belgia, setelah itu, yakni 1995, ia mendapat penghargaan bintang Satya Lencana Kebudayaan.
Semasa muda bernama Raden Regawa. Mendapat nama Rama setelah berhasil mengalahkan Rama Bergawa.
 
UNESCO pada tanggal 7 November 2003, menetapkan Wayang sebagai Warisan Budaya Dunia sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan.
 
Dalam lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, wayang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ditetapkan dalam daftar '''''Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanitiy.'''''
'''10. Bima'''
 
Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda kerajinan adalah tokoh pasangan Rama dan Shinta, tokoh wayang terkenal seperti Arjuna, Srikandi, dan Kresna, serta tokoh Punakawan seperti Semar dan Cepot. [[Berkas:Cepot-sunda.jpg|jmpl|Cepot atau Astrajingga dalam Wayang Golek.]]
 
==Peran==
Bima adalah putra Pandu yang kedua dari ibu Dewi Kunti. Menikah dengan Arimbi. Bima adalah ayahanda Gatotkaca.
=== Hiburan ===
 
[[Berkas:Wayang golek indra swara.jpg|ka|200px|jmpl|wayang golek grup [[Indra Swara]] México]]
Memiliki kuku pancanaka.
Dalam dunia hiburan, wayang golek muncul dalam berbagai acara televisi. Salah satu acara yang populer menampilkan wayang golek, [[Bukan Sekedar Wayang]] di [[NET.]] yang ditayangkan sejak 2014 hingga sekarang. Pemerannya adalah [[Sule]] yang juga populer di acara [[Opera Van Java]] dan [[PAS Mantab]]. Dia juga sebagai pembawa acara [[Ini Talkshow]] di [[NET.]].
 
Ada seekor ular di lehernya. Jika Bima berbohong maka ular tersebut akan
<nowiki> </nowiki> menggigit lehernya. Sehingga Bima dikenal dengan karakter yang tidak
pernah berbohong.
 
 
'''11. Cepot'''
 
 
Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir dari
saung). Wataknya humoris, suka banyol ngabodor, tak peduli kepada siapa
<nowiki> </nowiki>pun baik ksatria, raja maupun para dewa. Kendati begitu lewat humornya
<nowiki> </nowiki>dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.
 
Lakonnya biasanya dikeluarkan oleh dalang di tengah kisah. Selalu
menemani para ksatria, terutama Arjuna, Ksatria Madukara yang jadi
majikannya. Cepot digunakan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas
<nowiki> </nowiki>bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik maupun petuah dan
sindiran yang tentu saja disampaikan sambil guyon.
 
Dalam berkelahi atau perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata
bedog alias golok. Dalam pengembangannya Cepot juga punya senjata panah.
<nowiki> </nowiki> Para denawa (raksasa/buta) biasa jadi lawannya.
 
Sastrajingga merupakan tokoh panakawan putra Semar Badranaya.
 
Sastra adalah tulisan. Jingga adalah merah. Si Cepot adalah gambaran
tokoh wayang yang mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang
mempunyai rapot merah.
 
Namun demikian ia sangat setia mengikuti Semar kemana saja dia pergi.
 
Kehadirannya dalam setiap pagelaran wayang golek sangat dinanti-nanti
karena kekocakannya. Asep Sunandar Sunarya menjadikan si Cepot sebagai
kokojo / tokoh unggulan pada setiap pagelaran. Bahkan tanda tangan Asep
<nowiki> </nowiki>Sunandar ditulis atas nama Cepot.
 
 
'''12. Dawala'''
 
 
Dawala adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Semar
Badranaya dan Sutiragen. Sangat setia menemani kakaknya Cepot kemana pun
<nowiki> </nowiki> pergi.
 
 
'''13. Denawa Acung'''
 
 
 
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi
<nowiki> </nowiki> bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa
melihat oleh matanya sendiri.
 
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut
juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri,
merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
 
Denawa acung maksudnya wayang dengan karakter bertubuh kecil bersuara
kecil. Biasanya dibawakan sebagai karakter yang mudah marah.
 
 
'''14. Denawa Calangap'''
 
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi
<nowiki> </nowiki> bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa
melihat oleh matanya sendiri.
 
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut
juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri,
merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
 
Denawa calangap maksudnya wayang ini mulutnya bisa menganga. Biasanya
oleh para dalang digunakan sebagai sebuah karakter yang hanya bisa
mengucap vokal "A" saja. Contoh: "saya akan ka jakarta jalan pajajaran
lantas tabrakan sama randa."
 
 
'''15. Denawa Huntu'''
 
 
Denawa. Biasa disebut bangsa buta. Buta itu adalah tidak melihat. Tetapi
<nowiki> </nowiki> bangsa buta atau bangsa denawa bukan berarti bangsa yang tidak bisa
melihat oleh matanya sendiri.
 
Maksudnya adalah buta akan petunjuk-petunjuk agama, atau bisa disebut
juga buta hati. Sehingga prilaku bangsa denawa biasanya mencuri,
merampok, membunuh, dan prilaku jahat lainnya.
 
Denawa huntu maksudnya wayang dengan karakter giginya besar. Huntu artinya gigi.
 
 
'''16. Dewi Drupadi'''
 
 
Dewi Drupadi adalah istri Prabu Yudistira atau Darmakusuma, raja Amarta. Memiliki satu putra bernama Pancawala.
 
Pada masa Pandawa dihukum selama 12 tahun ditambah satu tahun oleh
kurawa diperintahkan untuk menyamar, Dewi Drupadi menyamar menjadi
pelayan di kerajaan Wirata bernama Malini. Patih kerajaan Wirata bernama
<nowiki> </nowiki> Kicaka menyukai Malini / Dewi Drupadi dan ingin dijadikan istrinya.
Tapi Malini mengaku sudah punya suami dari bangsa jin dan meminta Kicaka
<nowiki> </nowiki> untuk membunuh jin itu. Kicaka menyanggupi. Durpadi minta tolong
kepada Bima untuk membereskan masalahnya. Kicaka mati di tangan Bima
yang mengaku suami Malini dari bangsa jin.
 
Dewi Drupadi dikisahkan dalam cerita "Pandawa Tutas Nyamur".
 
 
'''17. Gareng'''
 
 
Gareng adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Semar
Badranaya dan Sutiragen. Gareng biasanya selalu di rumah saja membantu
ibu Sutiragen melakukan berbagai pejkerjaan rumah.
'''<br>
'''
'''18. Gatot Kaca'''
 
 
Gatotkaca, salah seorang tokoh dari epos Mahabharata. Putra Arya Bima & Arimbi. Bima memberi nama anaknya itu Jabang Tutuka.
 
Gatotkaca sakti mandraguna dengan segala ilmu dan aji-aji pamungkasnya
seperti Brajamusti, Krincing Wesi, Bajingiring, Garuda Ngapak dan
sebagainya.
 
Dipercaya menjadi panglima perang negara Pringgadani. Dikenal dengan julukan otot kawat, tulang baja, daging besi.
 
Lebih dari itu dia pun memiliki jiwa seni yang tinggi. Dikenal pula sebagai pembuat arca, patung-patung dari batu.
 
Gatot kaca sendiri memiliki banyak nama pemberian dewa. Namun yang
dipakai adalah nama Gatotkaca, nama pemberian dari Batara Guru saat di
sawarga maniloka.
 
Saat umur 3 tahun, Jabang Tutuka diutus Batara Guru untuk melawan Naga
Percona. Tapi sayang, Tutuka mati di tangan Naga Percona setelah ia
menendang mata Naga Percona hingga buta sebelah matanya.
 
Untuk itu Batara Guru memerintahkan Batara Narada dan Batara Bayu untuk
<nowiki> </nowiki>memasukan jasad Tutuka ke kawah Candradimuka. Tutuka dicetak ulang
berganti wujud menjadi Gatotkaca.
 
'''19. Nakula'''
 
 
Nakula adalah putra Pandu yang keempat. Disebut juga Pandawa yang ke-empat. Memiliki saudara kembar yaitu Sadewa.
 
'''20. Sadewa'''
 
''Sadewa ada di sebelah kanan''
 
 
Sadewa adalah putra Pandu yang kelima. Disebut juga Pandawa yang kelima. Memiliki saudara kembar yaitu Nakula.
 
'''21. Yudhistira'''
 
 
Yudistira adalah putra Pandu yang pertama dari ibu Dewi Kunti.
 
Ia adalah raja Amarta.
 
Ialah yang memegang pusaka sakti Layang Jamus Kalimusada.
 
'''22. Semar Badranaya'''
 
Semar Badranaya adalah penjelmaan dewa, yakni Batara Ismaya. Istrinya
bernama Sutiragen putra Raja dari kerajaan Sekarnumbe. Anaknya bernama
Cepot, Dewala dan Gareng.
 
Di Sawarga Maniloka dia mempunyai anak yaitu Batara Surya (dewa matahari).
 
Ia adalah tokoh wayang yang paling sakti dari semua tokoh wayang.
 
Semar berkulit hitam, (seperti buah manggis / manggu yang telah hitam
berarti telah matang) melambangkan telah dewasa atau matang baik dalam
mental dan pemikiran.
Berwajah putih. Wajah adalah cerminan dari hati. Semar berhati putih, suci, bersih.
 
Berkantong kosong. Semar kosong atau bersih dari sifat sirik pidik jail
<nowiki> </nowiki>kaniaya iren panastren dudumpak rurumpak ngupat sumuat ujug riya
takabur nyaci maki siksik belik teu kaopan teu payaan bedegong
buntangul buraong kedul dan lain sebagainya. Intinya kosong dari
sifat-sifat buruk manusia.
 
Mempunyai bentuk unik. Disebut pria tapi berbuah dada dan berbokong
besar. Disebut wanita tapi berjakun. Disebut masih anak-anak atau muda
tetapi berkulit keriput. Disebut berdiri tapi duduk disebut duduk tetapi
<nowiki> </nowiki>terlihat berdiri. Disebut sudah tua tetapi berkuncung di kepalanya.
Bermakna setiap manusia baik pria, wanita, orang tua atau anak-anak
muda seharusnya berhati bersih, suci seperti putihnya wajah semar.
 
== Referensi ==
Baris 401 ⟶ 198:
 
== Rujukan ==
* [[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
 
== Pranala luar ==
* [http://www.wayanggolek.net WayangGolek.Net] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060202132238/http://wayanggolek.net/ |date=2006-02-02 }}, galeri dan uraian tokoh-tokoh pewayangan.
* [https://wayanggolektechno.wordpress.com Wayang Techno CDS]
*Aries Munandi: [https://www.sebogor.com/sejarah-wayang-golek-di-jawa-barat/ Sejarah Wayang Golek]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
== Lihat pula ==
Baris 412 ⟶ 211:
* [[Wayang Kulit]]
* [[Wayang Orang]]
 
{{Wayang}}
 
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
[[Kategori:Jawa Barat]]
[[Kategori:Budaya Sunda]]
[[Kategori:BudayaWayang Jawa Baratkayu|Golek]]
[[Kategori:Wayang|GolekKesenian Sunda]]
 
 
{{Sunda-stub}}