Oei Tiong Ham: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Pengusaha Indonesia menjadi Wirausahawan Indonesia |
||
(29 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
| name = Oei Tiong Ham
| image = Oei Tiong Ham.jpg
| alt = Orang Tionghoa yang mengenakan jas
| caption = Oei Tiong Ham
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|1866|11|19}}<ref name="Semaran Photo Archives">{{cite web|last1=Liem|first1=Thian Joe|title=Oei Tiong Ham Unpublished History of Kian Gwan|url=http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-history-kian-gwan.html|publisher=Semaran Photo Archives|accessdate=13 May 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20161025021151/http://www.semarang.nl/oei-tiong-ham/oei-tiong-ham-history-kian-gwan.html|archive-date=25 October 2016|url-status=dead}}</ref>
| birth_place = [[Semarang]], [[Keresidenan Semarang]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1924|6|6|1866|11|19}}
| death_place = [[Singapura]], [[Negeri-Negeri Selat]]
| nationality = Hindia Belanda
| other_names =
| occupation = {{hlist|[[Pengusaha]]|[[filantropis]]}}
| known_for = Chairman [[Kian Gwan|Oei Tiong Ham Concern]]
| notable_works =
| father = [[Oei Tjie Sien]]
| module = {{infobox chinese|child=yes|hide=no
| c = 黄仲涵
| p = huáng zhònghán
| w = huang chung han
| poj = Ûiⁿ Tiōng-hâm
}}
}}
'''Oei Tiong Ham,''' <small>Majoor-titulair der Chinezen</small> ({{lang-zh|黄仲涵|''Huáng Zhònghán''}}; {{lahirmati|[[Semarang]]|19|11|1866|[[Singapura]]|6|06|1924}}) adalah pengusaha Hindia Belanda berdarah [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] yang merupakan putra dari [[Oei Tjie Sien]],<ref>{{zh|t=黃志信|p=Huáng Zhìxìn|poj=Ûiⁿ Chìsìn}}</ref> pendiri perusahaan perdagangan multinasional [[Kian Gwan]]. Lahir di [[Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]] (kini [[Indonesia]]), ia menjadi orang terkaya di Hindia Belanda dan Timur Jauh pada awal abad ke-20. Berjuluk "Sang Raja Gula", kekayaannya bertumpu pada industri gula. Ia juga mengabdi sebagai ''[[Kapitan Cina|Luitenant der Chinezen]]'' dalam pemerintahan kolonial di Semarang dan memiliki pangkat ''Majoor'' sampai purna tugasnya.<ref>{{Cite web|date=2020-06-16|title=Si Manis dan Letnan Tionghoa|url=https://historia.id/ekonomi/articles/si-manis-dan-letnan-tionghoa-vZXpZ|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2022-03-09}}</ref>
Di [[Singapura]], tempatnya ia berpindah untuk menghindari pajak dan masalah hukum waris di Hindia Belanda, ada jalan bernama Oei Tiong Ham sebagai tanda penghargaan. Taman di dekat [[Holland Road, Singapore|Holland Road]], juga diberikan nama Oei Tiong Ham sebagai penghargaan.<ref>[http://sg.pagenation.com/sin/Oei%20Tiong%20Ham%20Park_103.792_1.3153.map Oei Tiong Ham Park is a place in Singapore on the Map of Singapore<!-- Bot generated title -->]</ref> Julukan lainnya, "Manusia 200 Juta", berasal dari kekayaannya yang berhasil mencapai 200 juta gulden saat kematiannya pada 1924 di Singapura.
== Riwayat Hidup ==
=== Kehidupan awal ===
Oei Tiong Ham dilahirkan pada 19 November [[1866]] di [[Semarang]], [[Jawa Tengah]] sebagai anak kedua dari delapan orang anak di dalam keluarganya. Ayahnya, [[Oei Tjie Sien]], adalah seorang pengusaha [[totok]] yang berasal dari daerah [[Tong An]] di [[Fujian]], [[Dinasti Qing|Tiongkok]]. Walaupun mapan, keluarga Oei bukanlah bagian dari kalangan ''[[Cabang Atas]]'' Peranakan, yang adalah elite tradisional Tionghoa di Hindia Belanda..<ref name="Semaran Photo Archives" /><ref name="Rush (2007)">{{cite book|last1=Rush|first1=James R.|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=SE6EbKaCR2gC&q=%22oei+tjie+sien%22|title=Opium to Java: Revenue Farming and Chinese Enterprise in Colonial Indonesia, 1860-1910|location=Singapore|publisher=Equinox Publishing|isbn=9789793780498|language=en|accessdate=30 July 2017}}</ref> Ibunya, Tjan Bien Nio, adalah seorang [[Orang Peranakan|Peranakan]] kelahiran Jawa dari keluarga menengah.<ref name="Rush (2007)" />
Oei Tiong Ham melakukan ekspansi bisnis ayahnya, Kian Gwan, menjadi Oei Tiong Ham Concern (OTHC), perusahaan konglomerat terbesar di Asia Tenggara pada awal abad ke-20.<ref name="Rush (2007)" />
=== Karier ===
OTHC merupakan kelanjutan dari perusahaan perdagangan Kian Gwan yang dibentuk 1863 oleh Oei Tjie Sien, ayahnya.<ref name="Rush (2007)" /><ref name="Coppel (1989)">{{cite journal|last1=Coppel|first1=Charles A.|date=September 1989|title=Liem Thian Joe's Unpublished History of Kian Gwan(Oei Tiong Ham Concern: The First Business Empire of Southeast Asia)|url=https://repository.kulib.kyoto-u.ac.jp/dspace/bitstream/2433/56365/1/KJ00000131514.pdf|journal=Southeast Asian Studies|volume=27|issue=2|pages=177–187|accessdate=30 July 2017}}</ref>
Pada 1893, Oei mengambil alih usaha Kian Gwan dari ayahnya, dan kemudian berkembang menjadi '''Handel Maatschappij Kian Gwan'''.<ref name="Rush (2007)" /> Di bawah Oei, perusahaan ini mengalami diversifikasi bisnis dan menjadi perusahaan besar di Asia Tenggara. Pada saat Oei mengambil alih Kian Gwan, perusahaan itu berfokus pada perdagangan khususnya [[kapuk]], [[karet]], [[gambir]], [[tapioka]], dan [[kopi]]. Tambahannya lagi perusahaan ini juga menyelenggarakan jasa gadai, pos, penebangan, dan juga yang paling menguntungkan, perdagangan [[opium]]. Diperkirakan antara 1890 dan 1904, Kian Gwan meraup untung sekitar 18 juta gulden dari perdagangan opium yang menjadi peletak dasar pendirian kerajaan bisnis itu.
==== Berkembang ====
Strategi awal Oei adalah membangun dominasi pasar opium yang menjanjikan jelang akhir abad ke-19.<ref name="The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life (1991)">{{cite book|last1=Joint Committee on Southeast Asia|date=1991|url=https://books.google.com/books?id=Ki1wAAAAMAAJ&q=%22oei+tiong+ham%22|title=Indonesia: The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life : Proceedings of the Symposium Held at Cornell University in Conjunction with the Southeast Asian Studies Summer Institute, July 13-15, 1990|location=Ithaca|publisher=Cornell Southeast Asia Program|language=en|accessdate=30 July 2017}}</ref><ref name="Wahid (2013)">{{cite book|last1=Wahid|first1=Abdul|date=2013|url=https://dspace.library.uu.nl/bitstream/1874/285030/2/wahid.pdf|title=From Revenue Farming to State Monopoly: The Political Economy of Taxation in Colonial Indonesia, Java c. 1816-1942|location=Utrecht|publisher=Utrecht University|accessdate=30 July 2017}}</ref> Prestasi ini menjadi luar biasa mengingat monopoli perdagangan opium semula dikontrol oleh perusahaan yang lebih tua dan mapan serta dekat dengan Cabang Atas.<ref name="Rush (2007)" /> Kebangkrutan salah satu perusahaan itu pada 1889 membuat Pemerintah Kolonial turun tangan melelang petani candu baru.<ref name="The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life (1991)" /><ref name="Wahid (2013)" />
Pelelangan itu pun menjadi ajang kompetisi, sebagaimana disebutkan oleh pujangga [[Boen Sing Hoo]] dalam ''Boekoe Sair Binatang'' (terbit 1895) sebagai "peperangan diantara radja-radja".<ref name="The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life (1991)" /><ref name="Wahid (2013)" /> Hal ini memberikan Oei dan Kian Gwan peluang membangun dirinya sendiri sebagai pemain utama. Puisi Boen menyebut capaian Oei, sebagai ''Anak Sapi'', berhasil mengalahkan kemitraan dengan Batavia yang dipimpin [[Loa Tiang Hoei|Kapitein Loa Tiang Hoei]] (''Boeaja Emas'') dan [[Oey Hok Tjiang|Kapitein Oey Hok Tjiang]].<ref name="The Role of the Indonesian Chinese in Shaping Modern Indonesian Life (1991)" /><ref name="Wahid (2013)" />
==== Menjadi konglomerat ====
Kian Gwan pun berpindah dari perdagangan opium ke industri gula.<ref name="Rush (2007)" /><ref name="Wahid (2013)" /> Tak seperti orang Tionghoa sezamannya, Oei banyak menggunakan penandatanganan kontrak bisnis. Meski tidak populer di kalangan Tionghoa, model bisnisnya dapat memberikan perlindungan hukum untuk memperoleh jaminan atas pinjaman yang ia berikan. Debiturnya kebanyakan pemilik pabrik gula di Jawa Timur. Bila pabrik-pabrik itu tak mampu melunasi pinjamannya akibat krisis gula pada dekade 1880-an, ia menggunakan haknya sebagai kreditur. Ia pun mengakuisisi lima pabrik gula. Gula menjadi tulang punggung Kian Gwan selama berpuluh-puluh tahun.
Kian Gwan juga mengintegrasikan ladang tebu, pabrik gula, jalur pelayaran, bank, dan perusahaan terkait.<ref name="Rush (2007)" /> Jejaring terintegrasi ini menurut [[James R. Rush]], berbeda dengan kerajaan bisnis opium, dan juga perusahaan Tionghoa lainnya, karena pesaing utamanya bukanlah sesama Tionghoa melainkan perusahaan dagang Eropa.<ref name="Rush (2007)" /> Perusahaan Oei juga menjadi peletak batu pertama dalam mempekerjakan orang-orang profesional, daripada merekrut anggota keluarga Tionghoa sebagai pegawai. Keluarganya hanya mengelola kepemilikan perusahaan Kian Gwan.<ref name="Rush (2007)" />
Selama periode 1890-an hingga 1920-an, OTHC tumbuh dan berkembang dengan pesat. Punya cabang di London, Amsterdam, Singapura, Bangkok, dan New York, mendirikan bank dan perusahaan pelayaran dan juga ritel. Dari semua konglomerasi Tionghoa di Asia praperang, OTHC adalah yang terbesar, bahkan lebih besar daripada "Lima Besar" perusahaan dagang Belanda yang mendominasi perdagangan internasional di Hindia Belanda. OTHC juga kuat dalam perdagangan internasional, khususnya di Tiongkok. Strateginya adalah memberikan keuntungan bagi pasar dunia dari komoditas buatan Hindia Belanda.
Pada 1912, Kian Gwan, cabang dagang dari konglomerasi tersebut kemudian disuntik modal 15 juta gulden, dua kali lipatnya dari perusahaan Belanda [[Internatio]].
Pascaperang Dunia I, permintaan pasar dunia untuk gula pasir Jawa sangat tinggi, dan memberikan kesempatan bagi pemilik dan pialang industri gula, tetapi keuntungan yang didapat anjlok selama beberapa hari. Oei mengikuti kebijakan yang hati-hati selama masa-masa ledakan itu. Ia tidak banyak berspekulasi dan mengambil langkah untuk meningkatkan administrasi keuangannya. Oei banyak merekrut akuntan profesional untuk mengelola keuangan pabrik gula. Dengan strateginya yang waspada dan independen, perusahaan ini berhasil bertahan dari krisis gula, sedangkan perusahaan Tionghoa lainnya justru binasa.
Di samping menggunakan persetujuan tertulis dan sistem akuntansi modern, praktik bisnis Oei juga berbeda dengan bisnis Tionghoa lainnya pada saat itu. Alih-alih menggunakan keluarganya untuk menjalankan bisnis, ia justru memilih pihak lain seperti dewan direksi, manajer, dan teknisi berkebangsaan Belanda untuk menjalankan usahanya.
==== Di Singapura ====
Pada 1912, Oei membeli saham [[Heap Eng Moh Steamship Co|Heap Eng Moh Steamship Company Limited]]. Salah satu karyawannya adalah [[Lee Hoon Leong]], kakek [[Perdana Menteri Singapura]] pertama [[Lee Kuan Yew]]. Oei juga menjadi pemegang saham pengendali Samarang Stoomvaart Maatschappij (SSM).<ref name="Rush (2007)" /><ref name="Oei Tiong Ham">{{cite web|last1=Hwee Hoon|first1=Lee|title=Oei Tiong Ham|url=http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1410_2009-01-06.html|website=Singapore Infopedia|publisher=Singapore National Library Board|accessdate=9 May 2015}}</ref>
Pada 1920, Oei pindah dari [[Semarang]] ke Singapura guna menghindari pajak dari Pemerintah Kolonial. Memiliiki delapan istri sah dan 26 anak (13 putra dan 13 putri) dari perkawinan sah, warisan menjadi masalah penting. Ia pun membagi-bagi kekayaannya kepada putri-putri dan juga beberapa putranya. Delapan orang putranya adalah pewaris yang sah dan mereka mendapatkan masing-masing 200 juta gulden. Karena hanya dua yang sudah beranjak dewasa, Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw, suksesi sepertinya tidak menjadi masalah.
Di Indonesia, OTHC justru berakhir karena Pengadilan Niaga menyita dan menasionalisasi seluruh aset OTHC di Indonesia termasuk pabrik gula dan ladang tebu. Untuk mengelola aset tersebut, Pemerintah membentuk badan usaha milik negara yang bernama PT PPEN [[Rajawali Nusantara Indonesia]]. Cabang-cabang di luar Indonesia berubah menjadi perusahaan independen yang dijalankan oleh putra-putra Oei.
== Kematian ==
Pada 1924, Oei meninggal mendadak di Singapura dan jenazahnya dibawa ke Semarang.<ref>{{cite book|last1=Rush|first1=James R.|date=2007|title=Opium to Java : Revenue Farming and Chinese Enterprise in Colonial Indonesia, 1860-1910|location=Jakarta|publisher=Equinox Publishing (Asia) Pte Ltd|isbn=978-9793780498|edition=1st Equinox}}</ref>
[[Oei Hui-lan]] (kemudian bernama Madame Wellington Koo karena menikah dengan [[V.K. Wellington Koo]]), putri kedua Oei dari istri kedua, menduga bahwa ayahnya diracun sampai meninggal oleh Lucy Ho, gundiknya saat kematiannya. Jasad Oei dikapalkan ke Semarang dan dimakamkan di samping makam ayahnya.
== Kehidupan pribadi ==
Menurut autobiografi Oei Hui-lan, ''No Feast Lasts Forever'', Goei Bing Nio ({{zh|c=魏明娘|p=Wèi Míngniáng}}) dipilih oleh ibu Oei Tiong Ham sebagai istrinya dan menikah pada usia 15 tahun. Dari pernikahannya itu, lahir dua putri, Oei Tjong-lan dan Oei Hui-lan. Oei Tiong Ham juga memiliki 18 gundik yang diakui.
Salah satu saudara perempuan Goei Bing-nio tidak mampu menghasilkan keturunan sehingga ia mengangkat dua anak perempuan dari saudara laki-laki suaminya. Anak-anak itu menjadi gundik Oei Tiong Ham. Yang paling muda, Lucy Ho (atau Hoo Kiem Hoa), pindah ke Singapura bersama Oei Tiong Ham sampai akhir hayatnya. Salah satu putra Oei Tiong Ham dari Lucy Ho menikah dengan cucu Oei Tiong Ham (putri Oei Tjong-swan, salah satu putra Oei Tiong Ham yang tidak lahir dari rahim Lucy Ho).
Oei Tiong Ham Park, jalan di [[Bukit Timah]], dinamai berdasarkan namanya.
=== Keluarga ===
{| class="wikitable"
!Istri
!Anak perempuan
!Anak laki-laki
|-
|Goei Bing Nio
|Oei Tjong-lan (Madame Kan Teng Liang)<ref>{{cite web|last1=Kan|first1=S.Y.|title=Teng-Liang Kan » Stamboom Kan, Han en Tan » Genealogie Online|url=https://www.genealogieonline.nl/stamboom-kan-han-en-tan/I470.php|website=Genealogie Online|language=nl|accessdate=28 February 2018}}</ref> [[Oei Hui-lan]] (atau Madame Wellington Koo).
| -
|-
|The Khiam Nio
|Oei Djoe Nio
| -
|-
|The Tjik Nio
|Oei Hwan Nio
Oei Oen Nio
Oei Liang Nio
Oei Siok Kiong Nio
|Oei Tjong Tee (menikah dengan Lauw Im-Nio)
Oei Tjong Swan
Oei Tjong Yoe (menikah dengan Fientje Dunk)
Oei Tjong Tiong (menikah dengan Lim Chit-Geck)
Oei Tjong Liam (menikah dengan Lie Pian-Nio)
|-
|Ong Tjiang Tjoe Nio
|Oei Sioe Kiong Nio
Oei Bien Nio (Mrs. Yeap Hock-Hoe)
| -
|-
|Ong Mie Hoa Nio
|Oei Swat Nio
|Oei Tjong Hauw (menikah dengan Bhe Hien-Nio)
Oei Tjong Tjiat (menikah dengan Berdina Van Betuwe)
Oei Tjong Yan
Oei Tjong Ik (menikah dengan Leonie Antoinette Livain)
|-
|Njoo Swat Ting Nio
|Oei Siok Ing Nio
| -
|-
|Ho Kiem Hoa Nio (alias Lucy Ho);
pindah ke Singapura bersama Oei hingga Oei meninggal.
|Oei Twan Nio
|Oei Tjong Ie (menikah dengan Maria Suzanna Mathysen)
Oei Tjong Bo
Oei Tjong Hiong
[[Oei Tjong Tjay]] (menikah dengan Mariamme Lisette Blanc)
|-
|Tan Sien Nio
|Oei Siang Nio
| -
|}
<ref name="Oei Tiong Ham"/>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar pustaka ==
* K. Yoshihara, ''The Rise of Ersatz Capitalism in South East Asia'', (Singapore: Oxford University Press, 1988)
*Ong Hok Ham, ''The thugs, the curtain thief, and the sugar lord: power, politics, and culture in colonial Java'', Metafor, Jakarta (2003), ISBN 979-3019-11-5 ISBN 978-979-3019-11-6
* Wellington Koo, Isabella Taves, ''No feast lasts forever '' , Quadrangle-New York Times Book Co., [1975], ISBN 0-8129-0573-3 ISBN 978-0-8129-0573-1
== Pranala luar ==
* [http://www.semarang.nl/index.html Oei Tiong Ham, the man of 200 million] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180518223612/http://www.semarang.nl/index.html |date=2018-05-18 }} - Look under section 'people'.
* [http://e-publishing.library.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1106972019 Claudine Salmon, "A Critical View of the Opium Farmers as Reflected in a 'Syair' by Boen Sing Hoo (Semarang,1889)"; in 'Indonesia', Special Issue (July 1991), pp.34,37,50,51 (PDF file, pp.10,13,26,27)]
{{Authority control}}
{{Keluarga Majoor Oei Tiong Ham}}
{{DEFAULTSORT:Tiong Ham, Oei}}
[[Kategori:Wirausahawan Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Marga Oey]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
|