Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(301 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
{{nihongo|'''Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia'''|独立準備調査会|''Dokuritsu Junbii Chōsakai''}} adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara [[Jepang]] pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun [[Kaisar]] [[Hirohito]]. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa [[Indonesia]] dengan menjanjikan bahwa [[Jepang]] akan membantu proses kemerdekaan [[Indonesia]]. BPUPKI beranggotakan 62 orang yang diketuai oleh [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat]] dengan wakil ketua [[Ichibangase Yosio]] (orang [[Jepang]]) dan [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]].
{{nihongo|'''Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan'''|独立準備調査会|Dokuritsu Junbi Chōsa-kai|[[Nihon-shiki]]: ''Dokuritu Zyunbi Tyoosa-kai'', disingkat "BPUPK"|lead=yes}}, lebih dikenal sebagai '''Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia''' (disingkat "BPUPKI"), adalah sebuah badan yang dibentuk oleh [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pemerintah pendudukan]] [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang|balatentara Jepang]] di [[Jawa]]. Pemerintahan militer Jepang yang diwakili komando AD Ke-16 dan Ke-25 menyetujui pembentukan Badan Penyelidikan Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Maret 1945. Karena kedua komando ini berwenang atas daerah Jawa (termasuk Madura) dan Sumatra. BPUPKI hanya dibentuk untuk kedua wilayah tersebut, sedangkan di wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur yang dikuasai komando AL Jepang tidak dibentuk badan serupa.<ref>{{cite book|last1=Evita|first1=Andi Lili|First2=Helen|Last3=Johari|First3=Hendi|Last4=Ayu Ratih|First4=I Gusti Agung|Last5=Sunarti|First5=Linda|Last6=Sitompul|First6=Martin|Last7=Kamila|First7=Raisa|Last8=Ahmad|First8=Taufik|editor1-first=Mukhlis|editor1-last=Paeni|editor2-first=Kasijanto|editor2-last=Sastrodinomo|title=Gubernur Pertama Di Indonesia|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-1289-72-3}}</ref>
 
{{nihongo|'''BadanPendirian Penyelidikbadan Usaha-usahaini Persiapansudah Kemerdekaandiumumkan Indonesia'''|独立準備調査会|''Dokuritsuoleh Junbii[[Kumakichi Chōsakai''}}Harada]] adalahpada sebuahtanggal badan1 yangMaret dibentuk1945,<ref>Iswara olehN. pemerintahRaditya, pendudukan[https://tirto.id/peran-BPUPKI-dan-ppki-di-seputar-hari-lahir-pancasila-cpMp balatentaraPeran [[Jepang]BPUPKI dan PPKI di Seputar Hari Lahir Pancasila], Tirto.id, 1 Juni 2017</ref> tetapi badan ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 129 MaretApril 1945 bertepatan dengan [[Hari Shōwa|hari ulang tahun [[Kaisar]] [[Hirohito]]. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa [[Indonesia]] dengan menjanjikan bahwa [[Jepang]] akan membantu proses kemerdekaan [[Indonesia]]. BPUPKI beranggotakan 6267 orang yang diketuai oleh [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat]] dengan wakil ketua [[Ichibangase YosioYoshio]] (orang [[Jepang]]) dan [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]].
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] dengan wakil [[Abdoel Gafar Pringgodigdo|Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo]] dan [[Masuda Toyohiko]] (orang<!-- [[bahasa Jepang]]:''Dokuritsu Junbi Cosakai'' dilafalkan ''Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai'' atau --> [[Jepang]]). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek poplitik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara [[Indonesia]] merdeka.
 
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] dengan wakil [[Abdoel GafarGaffar Pringgodigdo|Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo]] dan [[Masuda Toyohiko]] (orang<!-- [[bahasa Jepang]]:''Dokuritsu Junbi Cosakai'' dilafalkan ''Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai'' atau --> [[Jepang]]). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek poplitikpolitik, ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara [[Indonesia]] merdeka.
Pada tanggal [[7 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]) atau dalam [[bahasa Jepang]]: ''Dokuritsu Junbi Inkai'', dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah ''[[Hindia-Belanda]]''<ref>Pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 PPKI berfungsi dan berperan secara ex officio: <br />a. Sebagai representasi perwakilan seluruh rakyat Indonesia <br />b. Sebagai lembaga resmi yang mempunyai kewenangan untuk mengesahkan UUD Negara <br />c. Sebagai lembaga yang dapat memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden <br />d. Sebagai lembaga pendiri negara Republik Indonesia<br />e. Sebagai lembaga tertinggi dalam Negara Republik Indonesia. <br /><ul>'''Lihat''': <ul>'''-''' {{cite book | first=Dorothea Rini | last=Yunarti | coauthors= | title=BPUPKI, PPKI, proklamasi kemerdekaan RI | publisher=University of Michigan Press| year=2003 | isbn=9797090779, 9789797090777}} <br />'''-''' {{cite book | first=Aisyah | last=Amini | coauthors= | title=Pasang surut peran DPR-MPR, 1945-2004 | publisher=University of Michigan Press| year=2004 | isbn=9799825245, 9789799825247}}</ul></ref>, terdiri dari: 12 orang asal [[Jawa]], 3 orang asal [[Sumatera]], 2 orang asal [[Sulawesi]], 1 orang asal [[Kalimantan]], 1 orang asal [[Kepulauan Nusa Tenggara|Sunda Kecil]] ([[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]), 1 orang asal [[Maluku]], 1 orang asal etnis [[Tionghoa]].
 
Pada tanggal [[7 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]) atau dalam ([[bahasa Jepang]]: ''独立準備委員会 Dokuritsu Junbi InkaiIinkai''), dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah ''[[Hindia-Belanda]]'',<ref>Pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 PPKI berfungsi dan berperan secara ex officio: <br />a. Sebagai representasi perwakilan seluruh rakyat Indonesia <br />b. Sebagai lembaga resmi yang mempunyai kewenangan untuk mengesahkan UUD Negara <br />c. Sebagai lembaga yang dapat memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden <br />d. Sebagai lembaga pendiri negara Republik Indonesia<br />e. Sebagai lembaga tertinggi dalam Negara Republik Indonesia. <br /><ul>'''Lihat''': <ul>'''-''' {{cite book | first=Dorothea Rini | last=Yunarti | coauthors= | title=BPUPKI, PPKI, proklamasi kemerdekaan RI | publisher=University of Michigan Press| year=2003 | isbn=9797090779, 9789797090777}} <br />'''-''' {{cite book | first=Aisyah | last=Amini | coauthors= | title=Pasang surut peran DPR-MPR, 1945-2004 | publisher=University of Michigan Press| year=2004 | isbn=9799825245, 9789799825247}}</ul></ref>, terdiri dari: 12 orang asal [[Jawa]], 3 orang asal [[Sumatera]], 2 orang asal [[Sulawesi]], 1 orang asal [[Kalimantan]], 1 orang asal [[Kepulauan Nusa Tenggara|Sunda Kecil]] ([[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]), 1 orang asal [[Maluku]], 1 orang asal etnis [[Tionghoa]].
== Awal persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI ==
Kekalahan [[Jepang]] dalam perang [[Pasifik]] semakin jelas, [[Perdana Menteri]] [[Jepang]], [[Kuniaki Koiso|Jenderal Kuniaki Koiso]], pada tanggal [[7 September]] [[1944]] mengumumkan bahwa [[Indonesia]] akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang [[Asia Timur]] Raya. Dengan cara itu, [[Jepang]] berharap tentara [[Sekutu]] akan disambut oleh rakyat [[Indonesia]] sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada tanggal [[1 Maret]] [[1945]] pimpinan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] di [[Jawa]], [[Kumakichi Harada|Jenderal Kumakichi Harada]], mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "''Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia''" (''BPUPKI'') atau dalam [[bahasa Jepang]]: ''Dokuritsu Junbi Cosakai''. Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara [[Indonesia]] merdeka.
 
'''Lihat'''
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal [[1 Maret]] [[1945]], bertepatan dengan ulang tahun [[kaisar]] [[Jepang]], [[Kaisar]] [[Hirohito]]. [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat]], dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil ketua), yaitu [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] dan [[Ichibangase Yosio]] (orang [[Jepang]]). Selain menjadi ketua muda, [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat) dibantu [[Masuda Toyohiko]] dan [[Abdoel Gafar Pringgodigdo|Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo]]. BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: ''62 orang anggota aktif'' adalah tokoh utama pergerakan nasional [[Indonesia]] dari semua daerah dan aliran, serta ''7 orang anggota istimewa'' adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]], tetapi wakil dari bangsa [[Jepang]] ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).
 
:
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI, yaitu adalah sebagai berikut :
 
'''-'''
 
{{cite book|last=Yunarti|first=Dorothea Rini|year=2003|title=BPUPKI, PPKI, proklamasi kemerdekaan RI|publisher=University of Michigan Press|isbn=9797090779, 9789797090777|coauthors=}} '''-''' {{cite book|last=Amini|first=Aisyah|year=2004|title=Pasang surut peran DPR-MPR, 1945-2004|publisher=University of Michigan Press|isbn=9799825245, 9789799825247|coauthors=}}
</ref> terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3 orang asal [[Sumatra]], 2 orang asal [[Sulawesi]], 1 orang asal [[Kalimantan]], 1 orang asal [[Kepulauan Nusa Tenggara|Sunda Kecil]] ([[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]), 1 orang asal [[Maluku]], 1 orang asal etnis [[Tionghoa]].
 
== Nama ==
Nama resmi badan ini dalam bahasa Indonesia adalah "Badan untuk Menyelidiki Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan", tetapi nama yang lebih umum digunakan adalah "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan". Dalam banyak sumber-sumber sejarah berbahasa Indonesia, sering kali badan ini disebut "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia" atau "BPUPKI", tetapi sebenarnya nama asli lembaga ini tidak mencakup "Indonesia". Alasannya adalah karena badan ini dibentuk oleh komando Angkatan Darat ke-16 Jepang yang hanya memiliki wewenang di Jawa. Komando Angkatan Darat ke-25 Jepang yang memiliki wewenang di Sumatra baru mengizinkan pendirian BPUPK untuk Sumatra pada 25 Juli 1945. Sementara itu, wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur berada di bawah wewenang [[kaigun]] (Angkatan Laut) Jepang dan mereka tidak mengizinkan pendirian lembaga persiapan kemerdekaan.<ref>{{Citation | last = Kusuma | first = A.B. | last2 = Elson | first2 = R.E. | title = A note on the sources for the 1945 constitutional debates in Indonesia | journal = Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde | volume = 167 | issue = 2–3 | pages = 196-197, catatan kaki 3| year = 2011 | issn = 0006-2294 | doi = 10.1163/22134379-90003589| url = http://espace.library.uq.edu.au/view/UQ:273574/UQ273574_OA.pdf }}</ref>
 
== Sejarah ==
=== Latar belakang ===
KekalahanDi akhir [[Jepangperang Pasifik]], dalam perangkekalahan [[PasifikJepang]] semakin jelas. Pada tanggal 7 September 1944, [[Perdana Menteri]] [[Jepang]], [[Kuniaki Koiso|Jenderal Kuniaki Koiso]], pada tanggal [[7 September]] [[1944]] mengumumkan bahwa [[Indonesia]] akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang yang disebut Jepang sebagai "Perang [[Asia Timur]] Raya" itu. Dengan cara itu, [[Jepang]] berharap tentara [[Sekutu]] akan disambut oleh rakyat [[Indonesia]] sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada tanggal [[1 Maret]] [[1945]] pimpinan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] di [[Jawa]], [[Kumakichi Harada|Jenderal Kumakichi Harada]], mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "''Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia''" (''BPUPKI''BPUPK) atau dalam [[bahasa Jepang]]: ''Dokuritsu Junbi Cosakai''. Pembentukan BPUPKIBPUPK juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara [[Indonesia]] merdeka. Selain BPUPK, Jepang membentuk {{Nihongo|Panitia Pemeriksa Adat dan Tata Negara|旧観制度調査委員会|Kyuukan Seido Tyoosa Iinkai, kyūkan seido chōsa iinkai}} yang memiliki tugas untuk  menyelidiki adat dan tata negara Indonesia lama untuk disumbangkan kepada Jepang.
 
BPUPKIBPUPK resmi dibentuk pada tanggal [[129 Maret]]April [[1945]], bertepatan dengan ulang tahun [[kaisar]] [[Jepang]], [[Kaisar]] [[Hirohito]]. [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat]], dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKIBPUPK dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil ketua), yaitu [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] dan [[Ichibangase Yosio]]Yoshio (orang [[Jepang]]). Selain menjadi ketua muda, [[Soeroso|Raden Pandji Soeroso]] juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKIBPUPK (semacam sekretariat) dibantu [[Masuda Toyohiko]] dan [[Abdoel Gafar Pringgodigdo|Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo]]. BPUPKIBPUPK sendiri beranggotakan 6967 orang, yang terdiri dari: ''6260 orang anggota aktif'' adalah tokoh utama pergerakan nasional [[Indonesia]] dari semua daerah dan aliran, serta ''7 orang anggota istimewa'' adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]], tetapi wakil dari bangsa [[Jepang]] ini tidak mempunyai hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir dalam sidang BPUPKIBPUPK sebagai pengamat saja).
 
Selama BPUPKIBPUPK berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi BPUPKIBPUPK, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI, yaitu adalah sebagai berikut :BPUPK.
 
=== Sidang resmi pertama ===
[[Berkas:Sidang BPUPKI - 2.jpg|thumbjmpl|296x296px300px|''Persidangan resmi '''BPUPKIBPUPK''' yang pertama'' pada tanggal [[29 Mei]]-[[1 Juni]] [[1945]]]]
Pada tanggal [[28 Mei]] [[1945]], diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama di gedung "''Chuo Sangi In''" di [[Jakarta]], yang pada zaman kolonial [[Belanda]] gedung tersebut merupakan gedung [[Volksraad]] (dari [[bahasa Belanda]], semacam lembaga "''[[Dewan Perwakilan Rakyat]] [[Hindia-Belanda]]''" di masa penjajahan [[Belanda]]), dan kini gedung itu dikenal dengan sebutan [[Gedung Pancasila]], yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 – [[Jakarta]]. Namun masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama) diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal [[29 Mei]] [[1945]], dan berlangsung sampai dengan tanggal [[1 Juni]] [[1945]], dengan tujuan untuk membahasmerumuskan bentukdasar negara [[Indonesia]], filsafatmembahas bentuk negara "''[[Indonesia]] Merdeka''" serta merumuskan dasarfilsafat negara [[Indonesia]] merdeka.
 
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKIBPUPK dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, [[Izagaki|Jenderal Izagaki]], yang menguasai [[Jawa]] serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, [[Yuichiro Nagano|Jenderal Yuichiro Nagano]]. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKIBPUPK.
 
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara [[Indonesia]], yakni disepakati berbentuk "'''''Negara Kesatuan [[Indonesia|Republiknegara Indonesiakesatuan]]'''''" ("''NKRI''"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]]. Untuk hal ini, BPUPKIBPUPK harus merumuskan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari [[Undang-Undang Dasar]] Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]] itu sendiri, sebab [[Undang-Undang Dasar]] adalah merupakan konstitusi Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]].
 
Guna mendapatkan rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional [[Indonesia]], yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] itu adalah sebagai berikut :
:# Sidang tanggal [[29 Mei]] [[1945]], [[Mohammad Yamin|Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yaitu: “''1. Peri Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan Rakyat''”.
:# Sidang tanggal [[31 Mei]] [[1945]], [[Soepomo|Prof. Mr. Dr. Soepomo]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yang beliau namakan "'''''Dasar Negara Indonesia Merdeka'''''", yaitu: “''1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. MufakatKeseimbangan danlahir Demokrasibatin; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial''”.
:# Sidang tanggal [[1 Juni]] [[1945]], [[Soekarno|Ir. Soekarno]] berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]], yang beliau namakan "'''''[[Pancasila]]'''''", yaitu: “''1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa''”.
 
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang dikemukakan oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]] tersebut kemudian dikenal dengan istilah "'''''[[Pancasila]]'''''", masih menurut diabeliau bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan ''[[Pancasila]]'' ini dapat diperas menjadi "'''''[[Trisila]]'''''" (''Tiga Sila''), yaitu: “''1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan''”. Bahkan masih menurut [[Soekarno|Ir. Soekarno]] lagi, ''[[Trisila]]'' tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "'''''[[Ekasila]]'''''" (''Satu Sila''), yaitu merupakan sila: “''Gotong-Royong''”, ini adalah merupakan upaya dari [[Soekarno|Bung Karno]] dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "''satu-kesatuan''", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya ''[[Pancasila]]'' dan tanggal [[1 Juni]] ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya ''[[Pancasila]]''.
 
Pidato dari [[Soekarno|Ir. Soekarno]] ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama, setelah itu BPUPKIBPUPK mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang dinamakan "''Panitia Sembilan''" dengan diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], yang bertugas untuk mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKIBPUPK mengenai dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]].
 
=== Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua ===
[[Berkas:Naskah Asli Piagam Jakarta.jpg|thumbjmpl|300px|Naskah Asli "'''''[[Ultraman Orb|Piagam Jakarta]]'''''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''" yang dihasilkan oleh "''Panitia Sembilan''" pada tanggal [[22 Juni]]|18 [[1945juni]]]]
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKIBPUPK yang pertama, masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "''Panitia Sembilan''" tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKIBPUPK itu. Adapun susunan keanggotaan dari "''Panitia Sembilan''" ini adalah sebagai berikut :
:# [[Soekarno|Ir. Soekarno]] (ketua)
:# [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad HattaMoham]] (wakil ketua)
:# [[Achmad Soebardjo|Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo]] (anggota)
:# [[Mohammad Yamin|Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.]] (anggota)
Baris 42 ⟶ 58:
:# [[Alexander Andries Maramis|Mr. Alexander Andries Maramis]] (anggota)
 
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak "''[[Nasionalis]]''") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "''[[Islam]]''"), maka pada tanggal [[22 Juni]] [[1945]] "''Panitia Sembilan''" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang kemudian dikenal sebagai "'''''[[Piagam Jakarta]]'''''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''", yang pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "''[[Piagam Jakarta|GentlementGentlemen's Agreement]]''". Setelah itu sebagai ketua "''Panitia Sembilan''", [[Soekarno|Ir. Soekarno]] melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKIBPUPK berupa dokumen rancangan asas dan tujuan "''[[Indonesia]] Merdeka''" yang disebut dengan "''[[Piagam Jakarta]]''" itu. Menurut dokumen tersebut, dasar negara [[Indonesia|Republik Indonesia]] adalah sebagai berikut :
:# ''Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan [[Syariat Islam]] bagi pemeluk-pemeluknya'',
:# ''Kemanusiaan yang adil dan beradab'',
Baris 49 ⟶ 65:
:# ''Keadilan sosial bagi seluruh rakyat [[Indonesia]]''.
 
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan BPUPKIBPUPK yang kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal [[10 Juli]] [[1945]].
 
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKIBPUPK itu, berlangsung pula persidangan tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKIBPUPK. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh [[Soekarno|Bung Karno]] yang membahas mengenai rancangan "''Pembukaan'' ([[bahasa Belanda]]: "''[[:nl:Preambule|Preambule]]''") ''[[Undang-Undang Dasar]] [[1945]]''", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKIBPUPK yang kedua ([[10 Juli]]-[[17 Juli]] [[1945]]).
 
=== Sidang resmi kedua ===
[[Berkas:Sidang BPUPKI - 1.jpg|thumbjmpl|300px|''Persidangan resmi '''BPUPKIBPUPK''' yang kedua'' pada tanggal [[10 Juli]]-[[1417 Juli]] [[1945]]]]
[[10 Juli|<nowiki/>]]<nowiki/> Masa persidangan BPUPKIBPUPK yang kedua berlangsung sejak tanggal [[10]] Juli [[1945]] hingga tanggal [[17 Juli]] [[1945]]. Agenda sidang BPUPKIBPUPK kali ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]], kewarganegaraan [[Indonesia]], rancangan [[Undang-Undang Dasar]], ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaranpendidikan dan pengajaran. Pada persidangan BPUPKIBPUPK yang kedua ini, anggota BPUPKIBPUPK dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia ''Perancang [[Undang-Undang Dasar]]'' (diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]]), Panitia ''Pembelaan Tanah Air'' (diketuai oleh [[Abikoesno Tjokrosoejoso|Raden Abikusno Tjokrosoejoso]]), dan Panitia ''Ekonomi dan Keuangan'' (diketuai oleh [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]]).
 
Pada tanggal [[11 Juli]] [[1945]], sidang panitia ''Perancang [[Undang-Undang Dasar]]'', yang diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari [[Undang-Undang Dasar]], yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
:# [[Soepomo|Prof. Mr. Dr. Soepomo]] (ketua panitia kecil)
:# [[Mr. Wongsonegoro|Mr. KRMT Wongsonegoro]] (anggota)
Baris 66 ⟶ 82:
:# [[Soekiman Wirjosandjojo|Dr. Soekiman Wirjosandjojo]] (anggota)
 
Pada tanggal [[13 Juli]] [[1945]], sidang panitia ''Perancang [[Undang-Undang Dasar]]'', yang diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari [[Undang-Undang Dasar]], yang beranggotakan 7 orang tersebut.
 
Pada tanggal [[14 Juli]] [[1945]], sidang pleno BPUPKIBPUPK menerima laporan panitia ''Perancang [[Undang-Undang Dasar]]'', yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, [[Soekarno|Ir. Soekarno]]. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan [[Undang-Undang Dasar]] yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
:# Pernyataan tentang ''[[Indonesia]] Merdeka''
:# Pembukaan [[Undang-Undang Dasar]]
:# Batang tubuh [[Undang-Undang Dasar]] yang kemudian dinamakan sebagai "''[[Undang-Undang Dasar]] [[1945]]''", yang isinya meliputi :
:::* Wilayah negara [[Indonesia]] adalah sama dengan bekas wilayah ''[[Hindia-Belanda]]'' dahulu, ditambah dengan [[Federasi Malaya|Malaya]], [[Kalimantan|Borneo]] Utara (sekarang adalah wilayah [[Sabah]] dan wilayah [[Serawak, Malaysia|Serawak]] di negara [[Malaysia]], serta wilayah negara [[Brunei|Brunei Darussalam]]), [[Papua]], [[Timor Leste|Timor-Portugis]] (sekarang adalah wilayah negara [[Timor Leste]]), dan pulau-pulau di sekitarnya,
:::* Bentuk negara [[Indonesia]] adalah ''Negara Kesatuan'',
Baris 78 ⟶ 94:
:::* Bahasa nasional [[Indonesia]] adalah ''[[Bahasa Indonesia]]''.
 
Konsep proklamasi kemerdekaan negara [[Indonesia]] baru rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama "''[[Piagam Jakarta]]''", sedangkan konsep [[Undang-Undang Dasar]] hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "''[[Piagam Jakarta]]''". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKIBPUPK mengenai penerapan aturan [[Islam]], [[Syariat Islam]], dalam negara [[Indonesia]] baru. "''[[Piagam Jakarta]]''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksionredaksional yang sedikit berbeda.
 
== Persiapan kemerdekaan dilanjutkan oleh PPKI ==
[[Berkas:Sidang BPUPKI - 3.jpg|thumbjmpl|300px|''Persidangan resmi '''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''''' pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]]]]
Pada tanggal [[7 Agustus]] [[1945]], BPUPKIBPUPK dibubarkan karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menyusun rancangan [[Undang-Undang Dasar]] bagi negara ''[[Indonesia]] Merdeka'', dan digantikan dengan dibentuknya "'''''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]'''''" ("''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''") atau dalam [[bahasa Jepang]]: ''Dokuritsu Junbi Inkai'' dengan [[Soekarno|Ir. Soekarno]] sebagai ketuanya.
 
Tugas "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ini yang pertama adalah meresmikan pembukaan ([[bahasa Belanda]]: ''[[:nl:Preambule|preambule]]'') serta batang tubuh [[Undang-Undang Dasar]] [[1945]]. Tugasnya yang kedua adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKIBPUPK, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] kepada bangsa [[Indonesia]], dan mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara [[Indonesia]] baru.
 
Anggota "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama pergerakan nasional [[Indonesia]], sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah ''[[Hindia-Belanda]]'', terdiri dari: 12 orang asal [[Jawa]], 3 orang asal [[SumateraSumatra]], 2 orang asal [[Sulawesi]], 1 orang asal [[Kalimantan]], 1 orang asal [[Kepulauan Nusa Tenggara|Sunda Kecil]] ([[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]), 1 orang asal [[Maluku]], 1 orang asal etnis [[Tionghoa]]. "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ini diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]], dan sebagai wakilnya adalah [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]], sedangkan sebagai penasihatnya ditunjuk [[Achmad Soebardjo|Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo]]. Kemudian, anggota "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ditambah lagi sebanyak enam orang, yaitu: [[Wiranatakoesoema]], [[Ki Hadjar Dewantara]], [[Kasman Singodimedjo|Mr. Kasman Singodimedjo]], [[Sayuti Melik|Mohamad Ibnu Sayuti Melik]], [[Iwa Koesoemasoemantri]], dan [[Achmad Soebardjo|Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo]].
 
Secara simbolik "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" dilantik oleh [[Terauchi|Jendral Terauchi]], pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], dengan mendatangkan [[Soekarno|Ir. Soekarno]], [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat|Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat]] ke "''[[Kota Hồ Chí Minh|Kota Ho Chi Minh]]''" atau dalam [[bahasa Vietnam]]: ''[[Kota Hồ Chí Minh|Thành phố Hồ Chí Minh]]'' (dahulu bernama: [[Kota Hồ Chí Minh|Saigon]]), adalah [[kota]] terbesar di negara [[Vietnam]] dan terletak dekat delta [[Mekong|Sungai Mekong]].
 
Pada saat "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" terbentuk, keinginan rakyat [[Indonesia]] untuk merdeka semakin memuncak. Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad yang bulat dari semua golongan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan negara [[Indonesia]]. Golongan muda kala itu menghendaki agar kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam sidang "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''". Pada saat itu ada anggapan dari golongan muda bahwa "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" ini adalah hanya merupakan sebuah badan bentukan pihak pemerintah pendudukan militer [[Jepang]]. Di lain pihak "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" adalah sebuah badan yang ada waktu itu guna mempersiapkan hal-hal yang perlu bagi terbentuknya suatu negara [[Indonesia]] baru.
 
Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan [[Indonesia]] bisa diberikan oleh pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] adalah tergantung kepada sejauh mana semua hasil kerja dari "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''". [[Terauchi|Jendral Terauchi]] kemudian akhirnya menyampaikan keputusan pemerintah pendudukan militer [[Jepang]] bahwa kemerdekaan [[Indonesia]] akan diberikan pada tanggal [[24 Agustus]] [[1945]]. Seluruh persiapan pelaksanaan kemerdekaan [[Indonesia]] diserahkan sepenuhnya kepada "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''". Dalam suasana mendapat tekanan atau beban berat seperti demikian itulah "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" harus bekerja keras guna meyakinkan dan mewujud-nyatakan keinginan atau cita-cita luhur seluruh rakyat [[Indonesia]], yang sangat haus dan rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
 
[[Berkas:Indonesia declaration of independence 17 August 1945.jpg|thumbjmpl|300px|[[Soekarno|Ir. Soekarno]] membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan [[Indonesia|Republik Indonesia]] yang sudah diketik oleh [[Sayuti Melik|Mohamad Ibnu Sayuti Melik]] dan telah ditandatangani oleh [[Soekarno]]-[[Mohammad Hatta|Hatta]]]]
Sementara itu dalam sidang "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" pada tanggal [[18 Agustus]] [[1945]], dalam hitungan kurang dari 15 menit telah terjadi kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum keagamaan yang ''beragama non-Muslim'' serta pihak kaum keagamaan yang ''menganut ajaran kebatinan'', yang kemudian diikuti oleh pihak kaum kebangsaan (pihak "''[[Nasionalis]]''") guna melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum keagamaan yang ''beragama [[Islam]]'' guna dihapuskannya "'''''tujuh kata'''''" dalam "''[[Piagam Jakarta]]''" atau "''[[Piagam Jakarta|Jakarta Charter]]''".
 
Setelah itu [[Mohammad Hatta|Drs. Mohammad Hatta]] masuk ke dalam ruang sidang "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" dan membacakan empat perubahan dari hasil kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil perubahan yang kemudian disepakati sebagai "''pembukaan'' ([[bahasa Belanda]]: "''[[:nl:Preambule|preambule]]''") dan ''batang tubuh [[Undang-Undang Dasar]] [[1945]]''", yang saat ini biasa disebut dengan hanya ''[[Undang-Undang Dasar|UUD]] [[1945|'45]]'' adalah :
::* '''Pertama''', kata “''MukaddimahMuqaddimah''” yang berasal dari bahasa [[Arab]], muqaddimah, diganti dengan kata “''Pembukaan''”.
::* '''Kedua''', anak kalimat "''[[Piagam Jakarta]]''" yang menjadi pembukaan ''[[Undang-Undang Dasar]] [[1945]]'', diganti dengan, “''Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa''”.
::* '''Ketiga''', kalimat yang menyebutkan “''Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam''”, seperti tertulis dalam '''pasal 6 ayat 1''', diganti dengan mencoret kata-kata “''dan beragama Islam''”.
::* '''Keempat''', terkait perubahan ''poin Kedua'', maka '''pasal 29 ayat 1''' dari yang semula berbunyi: “''Negara berdasarkan atas KetuhanananKetuhanan, dengan kewajiban menjalankan [[Syariat Islam]] bagi pemeluk-pemeluknya''” diganti menjadi berbunyi: “''Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa''”.
 
"''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" sangat berperan dalam penataan awal negara [[Indonesia]] baru. Walaupun kelompok muda kala itu hanya menganggap "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" sebagai sebuah lembaga buatan pihak pemerintah pendudukan militer [[Jepang]], namun terlepas dari anggapan tersebut, peran serta jasa badan ini sama sekali tak boleh kita remehkan dan abaikan, apalagi kita lupakan. Anggota "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" telah menjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaik-baiknya, hingga pada akhirnya "''[[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia|PPKI]]''" dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang kuat bagi negara [[Indonesia]] yang saat itu baru saja berdiri.
 
== RujukanLihat pula ==
* [[Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945]]
 
== Referensi ==
; Catatan kaki
{{reflist
Baris 115 ⟶ 134:
{{refbegin|2}}
-->
; Daftar pustaka
*[[Achmad Soebardjo]].(1970). Lahirnja Republik Indonesia. Jakarta Times. Jakarta.
*Genzo Oku. Tranlated.(1973). [[Achmad Soebardjo]]. Indonesia No Dokuritsu To Kakumei. Ryukeishosha. Tokyo.
 
{{BPUPKI}}