Kwee Hing Tjiat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(43 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{more footnotes|date=April 2018}}
{{rapikan}}
[[File:Toean Kwee Hing Tjiat.jpg|thumb|Potret Kwee Hing Tjiat]]
'''Kwee Hing Tjiat''' (lahir [[Surabaya]], [[1892]], wafat [[Semarang]], [[27 Juni]] [[1939]]) adalah seorang [[jurnalisme|jurnalis]] Melayu-Tionghoa dan mendapat julukan "Sang Naga Jurnalistik Melayu – Tionghoa". Ia melewatkan masa kecil di Surabaya. Pada usia 21 tahun (1913), bersama [[Lie Biauw Kie]], [[Tjia Tjiep Ling]], [[Tan Tjiang Ling]], [[Liem Thoan Tik]], dan [[Liem Tjhioe Kwie]], ia mendirikan mingguan yang pertama terbit di Surabaya bernama ''[[Bok Tok]]''. Pada tahun 1914 ia telah menjadi redaktur kepala (''hoofdredacteur'') mingguan ''[[Tjhoen Tjhioe]]'' yang dipimpin [[Tjoa Jan Hie]]. Pada tahun yang sama ia menjadi redaktur kepala ''Palita'' di [[Yogyakarta]].
'''Kwee Hing Tjiat''' ({{lang-zh|郭恒節}}, lahir di [[Surabaya]] pada tahun 1891 dan meninggal di [[Semarang]] pada tanggal 27 Juni 1939) dulu adalah seorang [[jurnalis]] [[Bahasa Betawi|Tionghoa-Melayu]] dan intelektual [[Tionghoa peranakan]] terkemuka pada akhir pendudukan Belanda di Indonesia.<ref name="Salmon 201">{{cite book |last1=Salmon |first1=Claudine |title=Literature in Malay by the Chinese of Indonesia : a provisional annotated bibliography |date=1981 |publisher=Editions de la Maison des sciences de l'homme |location=Paris |isbn=9780835705929 |page=201}}</ref>
 
Kwee menghabiskan masa kecilnya di [[Surabaya]], [[Hindia Belanda]]. Ia kemudian bersekolah di sekolah vokasi [[Burgersavondschool]] dan kemungkinan juga bersekolah di sekolah Tionghoa ([[Tiong Hoa Hwee Koan]]). Pada tahun 1913, saat masih berusia 21 tahun, bersama [[Lie Biauw Kie]], [[Tjia Tjiep Ling]], [[Tan Tjiang Ling]], [[Liem Thoan Tik]], dan [[Liem Tjhioe Kwie]], Kwee mendirikan koran mingguan pertama di [[Surabaya]], yakni [[Bok Tok]].<ref name="Salmon 201" />
Pada triwulan kedua 1916 ia menjadi redaktur kepala pertama dari kalangan Tionghoa pada harian ''[[Sin Po]]'' [[Batavia]].
 
Pada tahun 1914, Kwee menjadi kepala editor di koran mingguan [[Tjhoen Tjhioe]] yang dipimpin oleh [[Tjoa Jan Hie]]. Pada tahun yang sama, Kwee juga menjadi kepala editor di [[Palita]] asal [[Yogyakarta]].<ref name="Salmon 201" /> Pada tahun 1916, Kwee diundang ke [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]], di mana ia dijadikan kepala editor di koran harian [[Sin Po]]. Kepala editor Sin Po sebelumnya adalah seorang Eropa, sehingga Kwee adalah orang Tionghoa pertama yang menjabat sebagai kepala editor Sin Po.<ref>''Sin Po Jubileum Nummer 1910-1935'' (Djakarta: Sin Po, 1935).</ref> Di Sin Po, Kwee mengadvokasi [[nasionalisme Tiongkok]] dan mengkritik Belanda. Pada saat itu, Kwee percaya bahwa [[Tionghoa Indonesia|etnis Tionghoa]] di Hindia Belanda seharusnya tidak melibatkan diri pada urusan politik lokal atau tertarik untuk bergabung ke pasukan pertahanan lokal yang rencananya akan dibentuk ([[Indië Weerbaar]]).
Di usia 26 tahun (1918) ia berangkat ke [[Eropa]] dan tinggal di [[Berlin]], untuk urusan perdagangan [[tembakau]] pada firma ''Hoo Tik Thay'' di Surabaya, namun dunia jurnalistik tidak pernah lepas dari hidupnya. Di Berlin ia menulis buku yang berjudul ''Dua Kepala Batu''.
 
Pada tahun 1918, Kwee diutus ke Eropa untuk mewakili [[Hoo Tik Thay]] guna membantu perusahaan tersebut dalam mengekspor tembakau. Walaupun begitu, Kwee tetap menulis untuk Sin Po. Kwee berkeliling Eropa selama empat tahun dan pernah tinggal di [[Berlin]] selama beberapa waktu. Pada tahun 1921, Kwee menulis buku berjudul "{{lang|ms|Doea Kapala Batoe}}", sebuah catatan mengenai politik Tionghoa di Jawa.
Ia kembali ke Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda) tahun 1923, namun sesampainya ia di Pelabuhan [[Tanjung Priok]] ia ditolak masuk. Lalu ia berdiam di [[Shanghai]] dan menulis untuk berbagai suratkabar di Tiongkok dan di Tanah Jawa.
 
Pada tahun 1923, Kwee kembali ke [[Hindia Belanda]], tetapi saat tiba di [[Pelabuhan Tanjung Priok]], ia ditolak untuk masuk. Kwee kemudian memutuskan untuk tinggal di Shanghai selama sepuluh tahun. Di sana, ia menulis untuk berbagai koran di Tiongkok dan [[Jawa]]. Walaupun mendukung nasionalisme Tionghoa, Kwee merasa menjadi orang asing di sana.
<!--
Satu Agustus bersamaan dengan di perkenankannya kembali Kwee Hing Tjiat bersama Oei Tiong Ham – Concern telah berdiri satu suratkabar harian yang „bernama” Matahari di Semarang ( [[matahari Semarang]]).
TIDAK JELAS MAKSUD KALIMATNYA
-->
Kwee Hing Tjiat wafat pukul 19.40, 27 Juni 1939 (pada usia 47 tahun) di Semarang.
 
Pada tahun 1934, Kwee diperbolehkan masuk ke Hindia Belanda atas jaminan dari [[Oei Tiong Hauw]] dari [[Oei Tiong Ham Concern]] (OTHC). Dengan dukungan dari OTHC juga, Kwee lalu mendirikan koran [[Bahasa Betawi|Tionghoa-Melayu]] baru bernama {{lang|ms|Matahari}}. Staf di koran tersebut awalnya meliputi [[Liem Koen Hian]], [[Ko Kwat Tiong]], [[Kwee Tek Hoaij]], [[Kwee Thiam Tjing]], [[Njonja Tjoa Hin Hoei]], Nyonya [[Lim Sam Tjiang]], dan Nona [[Thung Tien]].
== Pranala luar ==
 
* [http://hingtjiat39.multiply.com/ ] Tempat mengenang Ouwheer Kwee Hing Tjiat (berbahasa Melayu-Tionghoa).
Didasarkan pada pengalaman hidupnya di Eropa dan Tiongkok, pandangan politik Kwee pun bergeser dan ia menyadari bahwa budaya [[Tionghoa peranakan]] lebih condong ke Indonesia daripada Tiongkok. Contohnya, Kwee pernah bertemu dengan duta besar Tiongkok di [[Vienna]], tetapi ia menjadi malu karena tidak dapat berbicara dalam bahasa Mandarin. Pada dekade 1930-an, di bawah pengaruh dari [[nasionalisme Indonesia|nasionalis Indonesia]], Kwee pun mengajukan ide bahwa etnis Tionghoa di Hindia Belanda juga merupakan {{lang|ms|putra Indonesia}}.
 
Kwee Hing Tjiat wafatakhirnya pukulmeninggal 19.40,pada tanggal 27 Juni 1939 (jam 19:40 di [[Semarang]] pada usia 47 tahun) di Semarang.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
== Sumber ==
* Lohanda, Mona. Growing pains: The Chinese and the Dutch in colonial Java, 1890–1942. Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.
* Leo Suryadinata. Peranakan Chinese Politics in Java, 1917–1942. Singapore University Press, 1981.
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Kelahiran 1891]]
[[Kategori:Kematian 1939]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]