Surah An-Nisa’: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasikan~idwiki (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Ayat 65: Bot: Merapikan artikel
 
(132 revisi perantara oleh 56 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Sura
'''Surat An Nisaa''' terdiri atas 176 ayat dan tergolong [[Surat dalam Al Qur'an|surat]] [[Madaniyyah]]. Surat ini adalah surat ke-2 terpanjang setelah [[surat Al Baqarah]]. Dinamakan ''An Nisaa'' (wanita) karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan [[wanita]] serta merupakan surat yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah [[surat Ath Thalaq.]] Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa' dengan sebutan: Surat An Nisaa' Al Kubraa (surat An Nisaa' yang besar), sedang surat Ath Thalaq disebut dengan sebutan: Surat An Nisaa' Ash Shughraa (surat An Nisaa' yang kecil).
| name = An-Nisā’
| image =
| caption =
| arti = Perempuan
| nama_lain = ''an-Nisa'ul Kubra'' {{br}} (an-Nisa yang Besar)<ref name="Al-Jumunatul 'Ali">Departemen Agama RI.2007.''Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur''.Bandung:J-Art</ref>
| klasifikasi = [[Madaniyah]]
| surah_ke = 4
| nomor_juz = 4–6
| waktu_pewahyuan =
| jumlah_ruku =24
| jumlah_ayat = 176
| jumlah_kata =
| jumlah_huruf =
| ayat_sajdah =
| Harf-e-Mukatta'at =
|name-ar=النسآء|prev_sura=[[Ali Imran]]|next_sura=[[Al-Ma'idah]]}}
'''Surah An-Nisa'''' ({{lang-ar|سورة النسآء|translit=sūrah an-nisā’|lit=perempuan}})<ref name="Quran 4 U">{{cite web|author=Ibn Kathir|author-link=Ibn Kathir|title=Tafsir Ibn Kathir (English): Surah Al Nisa|url=http://www.quran4u.com/Tafsir%20Ibn%20Kathir/004%20Nisa.htm|work=Quran 4 U|publisher=[[Tafsir]]|access-date=23 December 2019}}</ref><ref>{{cite web|title=The Meaning of the Glorious Qur'ân,: 4. an-Nisa': Women|url=http://www.sacred-texts.com//isl/pick/004.htm|publisher=Sacred-texts.com|access-date=2016-05-24|archive-date=2001-11-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20011108201633/http://www.sacred-texts.com//isl/pick/004.htm|dead-url=yes}}</ref> adalah surah ke-4 dalam Al-Qur'an yang terdiri atas 176 ayat.<ref name="Haleem, M. A. S 2008" /> Dinamakan ''An- Nisa'' (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan [[wanita]]<ref name="Haleem, M. A. S 2008">Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print.</ref> serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah ini digolongkan [[Madaniyyah]] sebagaimana ditetapkan oleh [[Muhammad Husain Thabathaba'i]] yang mengatakan bahwa berdasarkan isinya, surah ini diwahyukan setelah hijrahnya Nabi [[Muhammad]].<ref>“Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.</ref>
 
Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah [[surah At-Talaq]]. Dalam hubungan ini biasa disebut surah An-Nisa dengan sebutan "Surah An-Nisa al-Kubra" (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan "Surah An-Nisa Ash-Shughra" (surah An-Nisa yang kecil).<ref>{{Cite book|last=Khinn|first=Muṣṭafá Saʻīd|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/940900503|title=Sejarah ushul fikih|location=Jakarta|isbn=978-979-592-693-1|edition=Edisi Indonesia|pages=72|others=Muhammad Misbah|oclc=940900503|url-status=live}}</ref>
==Pokok-pokok isi==
 
# Keimanan: [[Syirik]] (dosa yang paling besar); akibat kekafiran di hari kemudian.
Meski surah ini muncul sebagai surah ke-4 dalam mushaf, menurut klasifikasi Nöldeke, berdasarkan tradisi Islam, An-Nisa' diturunkan sebagai surah ke-100.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print.77.</ref> Amir-Ali menempatkannya sebagai surah ke-94, sedangkan Utsman dan Ibnu Abbas meyakini sebagai surah ke-92 yang diturunkan.<ref name="autogenerated1">[http://www.Clay.Smith.name/Revelation_Order.doc Smith, Clay Chip. "Revelation Order of the Qur'an According to 13 Sources." A Chronological Perspective of the Qur'an. N.p.. Web. 25 November 2012.] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20030913131336/http://www.clay.smith.name/Revelation_Order.doc|date=13 September 2003}}</ref> [[Ja'far ash-Shadiq]] menempatkannya sebagai surah ke-91 yang diturunkan.<ref name="autogenerated1" /> Berdasarkan hukum anak yatim, surah ini kemungkinan besar diturunkan setelah banyak umat Islam terbunuh dalam [[Perang Uhud]], meninggalkan banyak tanggungan di masyarakat Muslim baru.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 80.</ref> Dengan demikian, pewahyuannya dimulai sekitar tahun ketiga Hijriah, tetapi baru selesai pada tahun kedelapan Hijriah.<ref name="archive">[[iarchive:InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb|Qutb, Sayyid. In the Shade of the Qur'an. 3. eBook.]] {{Cite web |url=https://archive.org/details/InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb |title=Salinan arsip |access-date=2023-01-03 |archive-date=2015-09-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150911183133/https://archive.org/details/InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb |dead-url=unfit }}</ref> Akibatnya, bagian dari surah ini, yang terpanjang kedua dalam al-Qur'an, diwahyukan bersamaan dengan sebagian dari [[Surah Al-Mumtahanah]] 60.<ref name="archive" /> Akan tetapi, surah tersebut menunjukkan beberapa koherensi tematik, meskipun pewahyuannya terputus-putus.<ref>Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.</ref>
# Hukum-hukum:Kewajiban para washi dan para wali; hukum [[poligami]]; mas kawin; memakan harta anak [[yatim]] dan orang-orang yang tak dapat mengurus hartanya; pokok-pokok hukum [[warisan]]; perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya, wanita-wanita yang haram dikawini; hukum-hukum mengawini budak wanita; larangan memakan harta secara [[bathil]]; hukum [[syiqaq]] dan [[nusyuq]]; kesucian lahir batin dalam [[shalat]]; hukum suaka; hukum membunuh seorang [[Islam]]; shalat khauf; larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk; masalah pusaka kalalah.
 
# Kisah-kisah:Kisah-kisah tentang Nabi Musa a.s. dan pengikut-pengikutnya.
Lebih lanjut, sehubungan dengan penempatan surah ini di dalam Al-Qur'an secara keseluruhan, Neal Robinson mencatat apa yang dia sebut sebagai "berkesinambungannya" surah-surah.<ref name="Robinson, Neal 1996">Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 266.</ref> Berdasarkan gagasan struktur ini, satu surah diakhiri dengan bahasan yang dilanjutkan pada surah berikutnya.<ref name="Robinson, Neal 1996" /> Surah Ali Imran, membahas laki-laki dan perempuan menjelang akhir surah (3:195).<ref name="Robinson, Neal 1996" /> Tema ini dilanjutkan dalam surah ini:<ref name="Robinson, Neal 1996" /> "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan."<ref>Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50</ref> Kecocokan ini mungkin menunjukkan proses editorial yang kompleks dalam penyusunan mushaf.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 270.</ref>
# Dan lain-lain:Asal manusia adalah satu; keharusan menjauhi adat-adat zaman jahiliyah dalam perlakuan terhadap wanita; norma-norma bergaul dengan isteri; hak seseorang sesuai dengan kewajibannya; perlakuan ahli kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya; dasar-dasar pemerintahan; cara mengadili perkara; keharusan siap-siaga terhadap musuh; sikap-sikap orang munafik dalam menghadapi peperangan; berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukallaf; norma dan adab dalam peperangan; cara menghadapi orang-orang munafik; derajat orang-orang yang berjihad.
 
# Ketaatan pada Allah dan Rosulnya: Taat pada Allah dan Rosul berpahala [[Surga]] dan menentang Allah dan Rosul mendapat [[Neraka]]
== Isi ==
{{col|2}}
; Hukum keluarga
* Kewajiban para ''washi'' terhadap asuhannya dan kewajiban para wali terhadap orang yang di bawah perwaliannya (1–6)
* Pokok-pokok hukum waris (7–14)
* Dasar untuk menetapkan perbuatan keji dan hukumnya (15–18)
* Cara bergaul dengan istri (19–21)
* [[Pernikahan dalam Islam|Hukum perkawinan]] (22–28)
* Islam melindungi hak milik laki-laki dan perempuan (29–33)
* Beberapa peraturan hidup bersuami-istri (34–35)
; Kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia (36–42)
; Kesucian lahir dan batin
* Kesucian lahir dan batin dalam sembahyang (43)
* Orang yang tidak suci batinnya dan ancaman Allah terhadap mereka (44–57)
; Dasar-dasar pemerintahan (58–70)
; Taktik, tujuan, dan adab perang
* Keharusan siap siaga terhadap musuh (71–76)
* Sikap orang [[munafik]] dalam menghadapi perang (77–83)
* Kewajiban berperang dan adab-adabnya (84–87)
* Cara menghadapi orang munafik (88–91)
* Hukum membunuh seorang muslim (92–93)
* Teliti dalam mengambil tindakan (94)
* Perbedaan antara orang berjihad dan yang tidak berjihad karena uzur dengan yang tidak jihad (95–96)
* Kewajiban berhijrah di jalan Allah dan balasannya (97–100)
* Kewajiban mendirikan salat dalam keadaan bagaimana pun (101–104)
; Keharusan menjaga kebenaran dan keadilan
* Keharusan adil dan tidak memihak dalam menetapkan sesuatu hukum (105–115)
* Kejelekan syirik dan pengaruh setan (116–122)
* Pembalasan itu sesuai dengan perbuatan, bukan menurut angan-angan (123–126)
* Keharusan memberikan hak-hak orang lemah dan cara menyelesaikan kesulitan rumah tangga (127–130)
* Keharusan bertakwa (131–134)
* Keharusan berlaku adil (135–136)
* Beberapa keburukan orang munafik (137–147)
* Larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk kepada seseorang (148–149)
* Akibat kekafiran dan buah keimanan (150–152)
; Kesatuan agama Allah
* Pembalasan Allah terhadap pelanggaran [[orang Yahudi]] (153–162)
* Perumpamaan pokok-pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul (163–170)
* Pandangan Al-Qur'an terhadap [[Isa|nabi Isa]] (171–175)
* Masalah pusaka ''[[kalalah]]'' (176)
{{EndDiv}}Surah yang termasuk Madaniyah ini diturunkan untuk melindungi kelompok Muslim yang sedang bertumbuh,<ref name="archive" /> serta menjelaskan peranan Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam tertinggi.<ref>Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012.</ref> Surah ini juga diturunkan untuk memberantas kesyirikan serta tradisi yang bertentangan dengan syariat, khususnya di masyarakat Arab pra-Islam (jahiliah).<ref name="archive" /> Misalnya, salah satu ayat surah ini memuat keharusan berlaku adil terhadap yatim piatu (4:2-4) dan diturunkan dalam rangka membahas praktik masyarakat jahiliah yang mengawini gadis yatim piatu untuk mengambil harta mereka..<ref name="ReferenceA">Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50.</ref>
 
Perbuatan [[syirik]] (4:48 dan 4:116)<ref name="Quran 4 U" /> adalah bentuk kekafiran dan kezaliman paling keji, dan dianggap sebagai dosa yang tidak diampuni Allah.<ref>{{cite web|title=Encyclopaedia of Islam, Second Edition — Brill|url=https://referenceworks.brillonline.com/browse/encyclopaedia-of-islam-2/alphaRange/Sh%20-%20Sn/S?s.start=300}}</ref>
 
Surah An-Nisā tidak hanya membahas persoalan perempuan, tetapi juga membahas tentang hukum syariat seperti waris, perkawinan, cara merawat anak dan yatim piatu, hukum, jihad, hubungan umat Islam dan Ahli Kitab, perang, dan peran [[Isa]] (Yesus) sebagai seorang nabi, bukan "anak Tuhan" atau bagian dari "[[Tritunggal]]" seperti yang diklaim orang Nasrani.<ref name="archive" /> Lebih jauh lagi, dalam membahas perang, surah ini mendorong umat Islam untuk berjuang melindungi yang lemah<ref name="ReferenceA" /> sebagaimana ayat 4:75: "Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.'?"<ref>Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 57.</ref> Surah ini membahas banyak masalah yang dihadapi masyarakat Muslim awal serta menanggapi tantangan yang dihadapi masyarakat. Beragamnya persoalan yang dibahas dalam surah ini membuat sulit dalam pemaknaan sastrawinya. Namun, berdasarkan telaah terhadap tema-tema yang ada di setiap bagian surah, Amin Ahsan Islāhī membagi surah tersebut menjadi tiga bagian: reformasi sosial, masyarakat Islam dan penentangnya, serta kesimpulan.<ref>Boullata, Issa J. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an. Richmond: Curzon Press, 2000. eBook. 29</ref> Mathias Zahniser menghadirkan cara alternatif dalam melihat struktur surat ini. Ia mengeklaim bahwa tema sentral dari surah ini adalah ditujukan kepada orang-orang Nasrani. Kesimpulannya, berdasarkan pengujian tersebut, surah ini memiliki keteraturan struktural seperti kesejajaran, pengulangan, dan komposisi.<ref name="Ernst, Carl W 2011">Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012. 190.</ref> Namun, Carl Ernst mengakui bahwa lebih banyak penelitian perlu dilakukan dalam jenis analisis struktural ini untuk lebih memahami komposisi surah yang begitu luas.<ref name="Ernst, Carl W 2011" />
 
Dalam bukunya yang berjudul ''Qur'an and Woman,'' [[Amina Wadud]] menempatkan pendekatan tafsir Al-Quran ke dalam tiga kategori: tradisional, reaktif, dan holistik.<ref>Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 1.</ref> Jenis penafsiran yang diterapkan pada surah ini mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap peran perempuan dalam masyarakat muslim. Mengambil pendekatan ketiga, pendekatan holistik memungkinkan pembacaan Alquran secara feminis,<ref>Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 3.</ref> yang secara khusus relevan dengan an-Nisā dan dapat membentuk kembali pemahaman tentang surah ini.
 
== Ayat-ayat penting ==
 
=== Hukum nikah dan perbudakan ===
{{main|Pernikahan dalam Islam|Poligini dalam Islam|Ma malakat aimanukum}}{{blockquote|Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.|{{cite quran|4|3|style=inline}}}}
[[Ibnu Katsir]] berkata dalam tafsirnya sebagai berikut
 
{{blockquote|4:3 Ayat ini memerintahkan bahwa jika kamu khawatir tidak mampu bersikap adil di antara istri-istrimu dengan menikah lebih dari satu, maka cukup nikahi satu istri, atau puaskan dengan hamba sahaya saja.<ref name = "Quran 4 U"/>{{rp|4:3}}}}
 
[[Tafsir al-Jalalain|Tafsir Al-Jalalain]] berbunyi sebagai berikut:
 
{{blockquote|4:3 Seorang pria boleh menikahi 2, 3, atau 4 istri tetapi janganlah melebihi ini; tetapi jika kamu takut kamu tidak bersikap adil terhadap mereka dalam hal nafkah dan bagiannya secara individu; sebaiknya nikahi satu saja atau batasi ''[[ma malakat aimanukum|hamba sahaya]]'' yang menjadi milikmu karena mereka tidak memiliki hak yang sama dengan istri; jadi dengan menikahi hanya empat atau hanya satu atau mengambil hamba sahaya, kemungkinan besar lebih dekat dengan sifat tidak zalim atau aniaya.<ref name="Al-Jalalayn">{{cite web|url= https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=3&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 |title= The Tasfirs - Al-Jalalayn|author=Al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|date=2017 |work=Altafsir.com|access-date=10 February 2020}}</ref>}}
 
=== Berlaku keji terhadap perempuan dan zina ===
{{See also|Zina}}
Dalam ayat 15-16, terdapat perintah untuk menjauhi sikap keji terhadap perempuan (zina). Ayat 15 membahas tentang wanita yang melakukan perbuatan keji di antara wanita-wanita lain. Hukuman yang dijatuhkan adalah mengurung mereka sampai ajal atau sampai Allah memberikan jalan lain. Ayat 16 berhubungan dengan kedua jenis kelamin. Perintah tersebut menetapkan bahwa mereka harus dihukum - yaitu, mereka harus dipukuli dan dicela di depan umum. Kemudian, perintah lain terungkap lihat ([[Surah An-Nur|surah 24]]:2) yang menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan harus dicambuk seratus kali.<ref>{{cite web|title=Towards Understanding the Quran|url=https://www.islamicstudies.info/tafheem.php?sura=4&verse=15&to=16|work=Islamic Foundation UK|access-date=8 December 2019}}</ref>
 
=== Kawin sedarah ===
{{Main|Mahram}}
Ayat 22- 23 membahas wanita dalam keluarga seseorang yang [[haram]] dinikahi.<ref>{{cite web|title=Quran 4:22 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)|url=https://www.islamawakened.com/quran/4/22/|work=Islam Awakened|access-date=20 March 2020}}</ref><ref>{{cite web|title=Quran 4:23 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)|url=https://www.islamawakened.com/quran/4/23/|work=Islam Awakened|access-date=20 March 2020}}</ref> Pembahasan ayat ini lebih lanjut dalam [[Tafsir al-Jalalain]].<ref>{{cite web|author=al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|title=The Tasfirs Verse 4:22|url=https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=22&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2|work=altafsir.com|access-date=20 March 2020}}</ref><ref>{{cite web|author=al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|title=The Tasfirs Verse 4:23|url=https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=23&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2|work=altafsir.com|access-date=20 March 2020}}</ref>
 
=== Laki-laki wajib melindungi perempuan ===
{{Main article|Surah An-Nisa' 34}}{{blockquote|4:34 Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar|{{cite quran|4|34|style=inline}}}}
 
Banyak sekali tafsir mengenai ayat 34 ini.<ref>{{cite web|title=Surat Al Nisaa 4:34|url=http://tanzil.net/#4:34|work=Tanzil.net|access-date=19 February 2020}}</ref> ''The Encyclopedia of Islam and the Muslim World'' menyatakan bahwa ayat ini merupakan ayat yang paling tidak [[egalitarian|egaliter]].<ref>{{cite web|author=Martin, Richard C|date=2004|title=The Encyclopedia of Islam and the Muslim World Vol 1|url=https://archive.org/details/EncyclopediaOfIslamAndTheMuslimWorld_411|work=[[Gale (publisher)|Thomson Gale]]|page=267|access-date=7 May 2020}}</ref>
 
Beberapa Muslim, seperti kelompok feminis Islam, berpendapat bahwa pria Muslim menggunakan teks tersebut sebagai alasan untuk melakukan [[kekerasan dalam rumah tangga]].<ref name="issue">{{cite news|last=Nomani|first=Asra Q.|date=October 22, 2006|title=Clothes Aren't the Issue|url=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/10/20/AR2006102001261.html|newspaper=[[The Washington Post]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20180922033032/http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/10/20/AR2006102001261_2.html?noredirect=on|archive-date=2018-09-22|url-status=live}}</ref>
 
=== Kesyirikan ===
{{Main|Syirik}}{{blockquote|Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.|{{cite quran|4|48|style=inline}}}}{{blockquote|Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.
|{{cite quran|4|116|style=inline}}}}
[[Tafsir]] [[Ibnu Katsir]] berbunyi, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), maksudnya, Dia tidak akan menganpuni hamba-hamba-Nya jika seseorang dalam menyembah-Nya juga mempersekutukan segala sesuatu dengan-Nya".<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:48}} The ''Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an'' juga berbunyi, "Syirik adalah bentuk dosa paling buruk dan dapat menghalangi orang dari pengampunan Allah."<ref>{{cite web|title=An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an vol. 4|url=https://www.al-islam.org/printpdf/book/export/html/29333|work=Al Islam.org|page=47|access-date=16 March 2020}}</ref>
 
Juga dalam tafsir tersebut: "Syirik tidak akan diampuni, tambahannya lagi mereka juga dianggap menyembah [[setan]]".<ref name="Quran 4 U" />
 
=== Ketaatan kepada pemimpin ===
{{Main|Ayat Ketaatan}}{{blockquote|Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulilamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.|{{cite quran|4|59|style=inline}}}}
 
=== Ayat 65 ===
[[Muhammad bin Ismail al-Bukhari|Imam al-Bukhari]], [[Imam Muslim|Muslim]], [[Ibnu Majah]], dan [[Ahmad bin Syuaib An-Nasa'i|an-Nasa'i]] meriwayatkan sebuah hadis yang diriwayatkan dari [[Zubair bin Awwam]], yang diyakini oleh para ulama sebagai ''[[asbabunnuzul]]'' ayat 65 surah ini.{{sfn|bin Musa|2006}}<ref name="Zubayr Asbabun Nuzul 1">{{cite web|last1=Bukhari|first1=Muhammad|title=Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2359|url=https://sunnah.com/bukhari:2359|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Bukhari|first1=Muhammad|title=Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2361|url=https://sunnah.com/bukhari:2361|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Nasa'i|first1=Abū `Abd ar-Raḥmān Aḥmad ibn Shu`ayb ibn Alī ibn Sīnān|title=Sunan an-Nasa'i » The Book of the Etiquette of Judges - كتاب آداب القضاة » Hadith 5407|url=https://sunnah.com/nasai:5407|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Ibn Muslim|first1=Abū al-Ḥusayn ‘Asākir ad-Dīn Muslim ibn al-Ḥajjāj|title=Sahih Muslim » The Book of Virtues - كتاب الفضائل » Hadith 2357|url=https://sunnah.com/muslim:2357|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Ibn Majah|first1=Abū ʻAbdillāh Muḥammad ibn Yazīd|title=Sunan Ibn Majah » The Book of the Sunnah - كتاب المقدمة » Hadith 15|url=https://sunnah.com/ibnmajah:15|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}</ref> Namun, ada fatwa yang cukup kontemporer bahwa riwayat Zubair ini ''dhaif'', karena hadis yang lebih kuat yang dikaitkan dengan wahyu ayat ini justru dikaitkan dengan tradisi Umar, [[Khulafaur Rasyidin]] kedua.<ref name="fatwa committee islamweb center">{{cite web|last1=Al-Faqeeh|first1=Abdullaah|date=2006|title=Fatwa of Quranic verse (4:65)|url=https://www.islamweb.net/emainpage/PrintFatwa.php?lang=E&Id=92293|website=Islamweb center|publisher=committee comprises a group of licentiate graduates from the Islamic University, Al-Imaam Muhammad Bin Sa’oud Islamic University in Saudi Arabia|format=Printed|access-date=28 November 2021}} [https://www.islamweb.net/en/fatawa/?tab=3 Fatwa center]</ref>
 
=== Mereka yang mati syahid ===
[[Muhammad bin Sulayman al-Katib|Muhammad bin Sulaiman]] mencatat bahwa ash-Shadiq menyampaikan kepada ayahnya yang sudah lanjut usia, tentang maksud ayat berikut: "Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (4:69). "Rasulullah" dalam ayat ini adalah dari para nabi, dan kami (ahlulbait) dalam hal ini adalah orang-orang yang benar, dan para syuhada dan kalian (pengikut kami), adalah orang-orang yang saleh."<ref name="Kulayni">{{cite book|last1=al-Kulayni|first1=Muhammad ibn Ya‘qūb|date=2015|title=Al-Kafi|location=NY|publisher=Islamic Seminary Incorporated|isbn=9780991430864|edition=Volume 8}}</ref>
 
=== Ayat-ayat pedang ===
{{main|Ayat-ayat pedang}}
 
Menurut Dipak Kutha, banyak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok [[jihadisme]] terhadap kelompok kafir dilakukan berdasarkan "ayat-ayat pedang" dalam al-Qur'an<ref>{{cite book|last=Gupta|first=Dipak K.|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=a5S8tAyPuQwC&pg=PA232|title=Understanding terrorism and political violence: the life cycle of birth, growth, transformation, and demise|publisher=Taylor & Francis|isbn=9780203930274|page=232}}</ref> (contohnya {{cite quran|9|5|s=r}}). {{cite quran|4|74-76|s=r}} memuat kata-kata yang dianggap mengizinkan perilaku kekerasan,<ref name="globalpolitician">{{cite web|last=Roy|first=Saberi|title=Islam, Islamic Fundamentalism and Islamic Terrorism|url=http://www.globalpolitician.com/print.asp?id=3084|publisher=Globalpolitician|archive-url=https://web.archive.org/web/20131015005435/http://www.globalpolitician.com/print.asp?id=3084|archive-date=15 October 2013|access-date=17 March 2012}}</ref>
 
Bunyinya:
 
{{blockquote|Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barang siapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya. Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu." Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan [[Tagut]], maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.}}
 
[[Tafsir]] [[Ibn Kathir|Ibnu Katsir]] berkata, "Oleh karena itu, orang-orang beriman berperang dalam ketaatan kepada Allah dan untuk mendapatkan keridaan-Nya, sedangkan orang-orang kafir berperang dalam ketaatan kepada setan. Allah kemudian mendorong orang-orang beriman untuk memerangi musuh-musuh-Nya".<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4.74 - 4:75}} Islam membolehkan perang untuk membela diri (Quran 22:39), untuk membela Islam (bukan untuk menyebarkannya), untuk melindungi orang-orang yang diusir secara paksa karena mereka Muslim (Quran 22:40), serta untuk melindungi yang tidak bersalah dari penindasan (Quran 4:75).
 
"Sejumlah pemikir Muslim di masa lalu dan [[Radikalisme|Muslim radikal]] saat ini... (terkait Ayat 76)... yang disebut 'ayat pedang', telah "[[Nasakh (tafsir)|mencabut]]" (maksudnya menghapus atau membatalkan) ayat-ayat yang membolehkan peperangan saja, sebagai pembelaan. Mereka menggunakan 'ayat pedang' ini untuk membenarkan perang melawan orang kafir sebagai alat untuk menyebarkan Islam."<ref>{{cite web|title=Religions|url=https://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/islamethics/war.shtml|work=[[BBC]]|access-date=24 December 2019}}</ref>
 
=== "Bunuhlah mereka di mana pun kamu menemukannya" ===
{{blockquote|Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan kepada mereka (dalam) menghadapi kamu, maka pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian kepadamu (menyerah) maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.|{{cite quran|4|89-90|style=inline}}}}
 
Muhammad meminta semua sahabatnya untuk tidak menjadikan orang kafir sebagai teman setia atau pemimpin.<ref name="Kulayni" /> Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, jika mereka tidak mau [[Hijrah|berhijrah]], As-Saddi mengatakan bagian ayat yang bermakna: "Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong". Namun, Ibnu Katsir mengklarifikasi bahwa non-kombatan, mereka yang netral atau ragu-ragu untuk berperang dan mereka yang menawarkan perdamaian tidak boleh dilawan.<ref name="Quran 4 U" />
 
=== Perempuan yatim, suami ''nusyuz'', keinginan untuk damai dalam ikatan pernikahan, serta perceraian ===
Ayat-ayat ini mencakup masalah yang berkaitan dengan perempuan yatim, suami yang bersikap keras terhadap istri (''nusyuz''), dan keinginan perdamaian perkawinan.<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:127–130}}
 
=== Kemunafikan ===
Dalam kitab Syiah, [[Kitab al-Kafi]], [[Ja'far ash-Shadiq]] menulis sepucuk surat kepada para sahabatnya menekankan pentingnya mematuhi Allah, Rasul-Nya, dan "Ulilamri", serta mengatakan bahwa siapa pun yang tidak menaati dan menyangkal kebajikan mereka adalah "pendusta dan munafik". Ia menegaskan bahwa ini adalah orang-orang yang digambarkan sebagai "orang-orang munafik" dalam ayat tersebut, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di kedalaman Neraka yang paling rendah - dan kamu tidak akan pernah menemukan penolong bagi mereka."
 
=== Pandangan Islam mengenai kematian Isa ===
{{Main|Pandangan Islam mengenai kematian Isa}}{{blockquote|dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,1 padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang siapa yang dibunuh. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,|{{cite quran|4|157|style=inline}}}}
 
Penjelasan mengenai pandangan Islam mengenai kenabian Isa, dan bukannya Ketuhanan Isa, terdapat dalam [[Tafsir]] [[Ibn Kathir|Ibnu Katsir]].<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:157}}
 
=== Pandangan Islam tentang Tritunggal ===
{{Main|Pandangan Islam tentang Tritunggal}}{{blockquote|Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak.|{{cite quran|4|171|style=inline}}}}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{wikisource|Al-Qur'an/An-Nisa'|Surah An-Nisa'}}
* {{en}} [http://www.alquranmp3.bullgallery.com/2012/07/surah-nisa.html Surah An-Nisa MP3]
 
{{Sura|4|[[Surah Al-'Imran]]|[[Surah Al-Ma'idah]]}}
 
==Referensi==
* Terjemahan Al Quran dari Departemen Agama Republik Indonesia (Isnet)
{{Qur'an}}
{{authority control}}
 
[[Kategori:Madaniyah|N]]
[[ar:سورة النساء]]
[[azKategori:Surah|Nisa Surəsi]]
[[enKategori:Surah An-Nisa'| ]]
[[koKategori:Islam 니사dan wanita]]
[[kuKategori:NîsaPoligini]]
[[Kategori:Isa]]
[[nl:Soera De Vrouwen]]
[[plKategori:An-NisaSyariat]]
[[Kategori:Pernikahan dalam Islam]]
[[ru:Сура Женщины]]
[[trKategori:Nisa SuresiJihad]]