Samaratungga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k + iw |
KingDjepara (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(74 revisi perantara oleh 41 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{infobox royalty
[[Gambar:Borobudur-complete.jpg|thumb|right|300px|Pada masa Raja Samaratungga, Candi Borobudur selesai dibangun.]]▼
| title = Srī Mahārāja Samaratungga <br> ( Menurut [[Prasasti Karangtengah]] )<br>Srī Mahārāja Samaragrawira <br> ( Menurut [[Prasasti Nalanda]] )
▲| image = [[
| succession = Maharaja [[Sriwijaya]] ke-9
| reign = 802 - 842
| predecessor = [[Dharanindra]]
| successor = [[Tara Dharmasetu|Sri Kahulunan]]
| birth_name = Medang Jawa Dwipa
| spouse = * [[Dewi Tara]] <br> (Putri dari Dharmasetu)
| issue = *[[Pramodhawardhani]]
*[[Balaputradewa]]
| house = [[Sailendra]]
| father = [[Dharanindra]]
| mother =
| religion = [[Buddha]]
| succession2 =
| reign2 =
| predecessor2 =
| successor2 =
}}
'''Sri Maharaja Samaratungga''' merupakan [[Sriwijaya|Maharaja Sriwijaya]] dari keturunan Kerajaan [[Kerajaan Kalingga|Kalingga]] [[Wangsa Syailendra]] [[Jawa Tengah|Jawa]] [[Jawa Tengah|Tengah]] yang memerintah pada tahun 802 - 842. Tidak seperti pendahulunya yang ekspansionis, pada masa pemerintahannya, Samaratungga lebih mengedepankan pengembangan agama dan budaya.
Pada tahun 824, Beliau ikut menyelesaikan pembangunan [[candi Borobudur]] di Jawa Tengah yang menjadi kebanggaan [[Indonesia]]. Untuk memperkuat aliansi antara wangsa Syailendra dengan penguasa Sriwijaya terdahulu, Samaratungga menikahi [[Dewi Tara]], putri Dharmasetu.
Dari pernikahan itu Samaratungga memiliki seorang putra pewaris tahta, [[Balaputradewa]], dan Pramodhawardhani yang menikah dengan [[Rakai Pikatan]], putra Sri Maharaja Rakai Garung, raja kelima [[Kerajaan Medang]] Jawa Tengah.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=Editions Didier Millet|date=2006|location=Singapore|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|doi=|pages=pages 171|id= ISBN 981-4155-67-5}}</ref>
== Isi Prasasti Karangtengah ==
[[Kategori:Raja Mataram Kuno]]▼
Nama Samaratungga terdapat dalam [[prasasti Karangtengah]] yang dikeluarkan pada tanggal [[26 Mei]] [[824]]. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa, Samaratungga memiliki seorang putri bernama [[Pramodawardhani]] yang meresmikan sebuah ''jinalaya'' yang sangat indah. Prasasti ini dianggap berhubungan dengan pembangunan [[Candi Borobudur]].
[[Kategori:Kerajaan Mataram Kuno]]▼
[[Kategori:Kematian 835]]▼
Prasasti Kayumwungan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berbahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]] sebagaimana disinggung di atas, sedangkan bagian kedua berbahasa Jawa Kuno yang dikeluarkan oleh Rakai Patapan Mpu Palar. Disebutkan, tokoh Mpu Palar menghadiahkan beberapa desa sebagai ''sima swatantra'' untuk ikut serta merawat candi ''Jinalaya'' tersebut.
== Hubungan dengan Balaputradewa ==
Berdasarkan [[Prasasti Nalanda]], [[Balaputradewa]] adalah raja Swarnadwipa ([[Kerajaan Sriwijaya]]) dan putra dari [[Samaragrawira]]. Berdasarkan kemiripan nama, [[De Casparis]] menyamakan Samaragrawira ini dengan Samaratungga, yang selanjutnya dipopulerkan oleh para sejarawan lainnya, misalnya Dr. Bosch. Teori ini menganggap bahwa sepeninggal Samaratungga, terjadi perang saudara memperebutkan tahta antara Balaputradewa melawan [[Rakai Pikatan]], suami saudarinya, [[Pramodawardhani]]. Balaputradewa yang kalah kemudian menyingkir ke Sumatra.
[[Slamet Muljana]] menolak identifikasi Samaratungga dengan Samaragrawira. Ia berpendapat bahwa Prasasti Kayumwungan menyebutkan bahwa Samaratungga memiliki seorang putri saja, yaitu Pramodawardhani. Menurut Slamet Muljana, Balaputradewa tidak memiliki hak atas tahta Jawa karena ia hanyalah adik Samaratungga, bukan putranya. Dengan kata lain, Samaragrawira adalah ayah dua orang putra, yaitu Samaratungga dan Balaputradewa. Mungkin Balaputradewa menyingkir ke Sumatra bukan karena kalah perang, tetapi karena ia memang tidak memiliki hak atas tahta Jawa.
Benteng pertahanan Balaputradewa sewaktu berperang melawan Rakai Pikatan diperkirakan berada di Bukit [[Ratu Boko]]. Namun, prasasti-prasasti yang ditemukan di bukit tersebut menyebutkan bahwa musuh Rakai Pikatan adalah tokoh yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni. Analisis terhadap prasasti-prasasti Ratu Baka tersebut dilakukan oleh Pusponegoro dan Notosutanto.
== Peristiwa Penting ==
* Pangeran [[Jayawarman II]] yang telah dilantik menjadi Kepala Daerah di [[Angkor]] melepaskan diri dari Jawa dan mendirikan [[Kerajaan Khmer]], pada tahun 802 M.
* Meresmikan pembangunan [[Candi Borobudur]] pada tahun 824 M. ([[Prasasti Karangtengah]], 824 M)
== Pendapat Pakar Sejarah ==
'''Samaragrawira Dikira Sama Dengan Samaratungga'''
Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh De Casparis, dan N.j Krom yang menyamakan Samaragrawira dengan Samaratungga karena kemiripan nama dari kedua tokoh tersebut, kemudian teori ini berkembang menjadi teori bahwa [[Balaputradewa]] terusir dari Jawa karena Perang Saudara melawan Saudarinya yakni [[Pramodawardhani]] yang dibantu oleh suaminya yakni, [[Rakai Pikatan]], teori ini kemudian dibantah oleh [[Slamet Muljana]], ia berpendapat bahwa [[Samaragrawira]] bukanlah [[Samaratungga]], justru lebih pas bahwa [[Samaragrawira]] adalah Ayah [[Samaratungga]], dan [[Balaputradewa]], karena dalam [[Prasasti Kayumwungan]], Maharaja [[Samaratungga]] hanya memiliki seorang putri yakni, [[Pramodawardhani]]. Teori juga membantah alur perpindahan [[Balaputradewa]] dari Jawa Ke Sumatera, karena Ia, kemungkinan memang tidak mewarisi Takhta Jawa.
'''Samaragrawira Dikira Sama Dengan Rakai Warak'''
Teori ini juga pertama kali dipopulerkan oleh [[Slamet Muljana]] yang mencoba membandingkan Daftar Raja-Raja dalam [[Prasasti Mantyasih]], dan Prasasti-Prasasti yang dikeluarkan oleh [[Wangsa Sailendra]]. Ia berpendapat bahwa [[Samaragrawira]] adalah nama asli [[Rakai Warak]], karena ia menempati urutan keempat dalam daftar para Raja dalam Prasasti tersebut, sesudah [[Rakai Panunggalan]] yang dianggap sama dengan [[Dharanindra]]. namun, kemungkinan teori ini sudah gugur karena ditemukannya [[Prasasti Wanua Tengah III]] karena dalam Prasasti tersebut, [[Rakai Warak]] bernama asli Dyah Manara.
== Kutipan ==
{{reflist}}
== Referensi ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
'''Menurut teori Bosch :'''
{{S-start}}
{{S-box|jabatan=Maharaja [[Sriwijaya]] ke-9|tahun=802 - 842|pendahulu=[[Dharanindra]]|pengganti=[[Pramodawardhani]]}}
{{End}}
|