Sisingaan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lemoguz (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(41 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
<!--[[Berkas:Sisingaan-2 traditional lion dance of West Java.jpgPNG|thumbjmpl|KesenianArak-arakan [[Sisingaan]] khasdi [[KabupatenLembang, SubangBandung Barat]].]]-->
'''Sisingaan''' atau '''Gotong Singa''' (sebutan lainnya '''Odong-odong''') merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat [[Jawa Barat]], khas [[Subang]] (di samping seni lainnya seperti [[Bajidoran]] dan [[Genjring Bonyok]]) berupa keterampilan memainkan tandu berisi boneka singa ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''sisingaan'', singa tiruan) berpenunggang.
 
'''Sisingaan''' atau '''Gotong Singa''' (sebutan lainnya '''Odong-odong''') merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat khas [[Kebudayaan Sunda|Sunda]] dan berasal dari wilayah [[Kabupaten Subang]] yang menggunakan media tandu yang dingkat oleh 4 orang dan diatasnya ditunggangi 1 orang atau pada umumnya oleh seorang anak kecil. Kesenian ini dimainkan dengan musik, sehingga para pengangkat tandu melakukanya dengan gerakan tarian.
== Sejarah & perkembangan ==
 
== Sejarah & perkembangan ==
Terdapat beberapa keterangan tentang asal usul Sisingaan ini, di antaranya bahwa Sisingaan memiliki hubungan dengan bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah lewat binatang Singa kembar (Singa kembar lambang penjajah Belanda), yang pada waktu itu hanya punya sisa waktu luang dua hari dalam seminggu. Keterangan lain dikaitkan dengan semangat menampilkan jenis kesenian di Anjungan Jawa Barat sekitar tahun 70-an, ketika Bupati Subang dipegang oleh Pak Atju. Pada waktu itu [[RAF|RAF (Rachmatulah Ading Affandi)]] yang juga tengah berdinas di Subang, karena ia dikenal sebagai seniman dan budayawan dimintakan kitanya. Dalam prosesnya itu, akhirnya ditampilkanlah Gotong Singa atau Sisingaan yang dalam bentuknya masih sederhana, termasuk musik pengiringnya dan kostum penari pengusung Sisingaan. Ternyata sambutannya sangat luar biasa, sejak itu Sisingaan menjadi dikenal masyarakat.
Pada awalnya, Masyarakat Sunda Subang memiliki kesenian Usungan berbentuk burung, kijang, siluman dengan cara ditandu. Pada kala itu belum ada usungan berbentuk Singa seperti saat ini.[https://www.kotasubang.com/16435/foto-foto-kuno-ini-mungkin-menunjukkan-asal-mula-seni-sisingaan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210816094416/https://www.kotasubang.com/16435/foto-foto-kuno-ini-mungkin-menunjukkan-asal-mula-seni-sisingaan |date=2021-08-16 }}
Dalam perkembangan bentuknya Sisingaan, dari bentuk Singa Kembar yang sederhana, semakin lama disempurnakan, baik bahan maupun rupanya, semakin gagah dan menarik. Demikian juga para pengusung Sisingaan, kostumnya semakin dibuat glamour dengan warna-warna kontras dan menyolok.. Demikian pula dengan penataan gerak tarinya dari hari ke hari semakin ditata dan disempurnakan. Juga musik pengiringnya, sudah ditambahkan dengan berbagai perkusi lain, seperti bedug, genjring dll. Begitu juga dengan lagu-lagunya, lagu-lagu dangdut popular sekarang menjadi dominan. Dalam beberapa festival Helaran Sisingaan selalu menjadi unggulan, masyarakat semakin menyukainya, karena itu perkembangannya sangat pesat.
 
Sisingaan diciptakan sekitar tahun 1975 oleh para seniman sunda, karena mengingat datangnya kesenian [[Reog (Ponorogo)|reog Ponorogo]] ke kota tersebut yang di bawa oleh kaum urban dari [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]].<ref>{{Cite web|last=basuki|first=arie|title=Sisingaan|url=https://direktoripariwisata.id/unit/1051|website=Ditektori Wisata - Pesona Indonesia|access-date=16 08 2021}}</ref>
Dewasa ini, di Subang saja diperkirakan ada 200 grup Sisingaan yang tersebar di setiap desa, oleh karena itu Festival Sisingaan Kabupaten Subang yang diselenggarakan setiap tahunnya, merupakan jawaban konkrit dari antusiasme masyarakat Subang. Karena bagi pemenang, diberi peluang mengisi acara di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Penyebaran Sisingaan sangat cepat, dibeberapa daerah di luar Subang, seperti Sumedang, Kabupaten Bandung, Purwakarta, dll, Sisingaan menjadi salah satu jenis pertunjukan rakyat yang disukai, terutama dalam acara-acara khitanan dan perkawinan. Sebagai seni helaran yang unggul, Sisingaan dikemas sedemikian rupa dengan penambahan pelbagai atraksi, misalnya yang paling menonjol adalah Jajangkungan dengan tampilan manusia-manusia yang tinggi menjangkau langit, sekitar 3-4 meter, serta ditambahkan dengan bunyibunyian petasan yang dipasang dalam bentuk sebuah senapan.
 
Setelah para seniman sunda berdiskusi dengan seniman reog yang sangat berbeda dengan Reog Dog-Dog Sunda, bahwa reog dari [[Jawa Timur]] lebih menarik perhatian dan memiliki nilai filosofi dan catatan sejarah melawan kolonial Belanda, maka diciptakanlah sebuah kesenian yang mampu menunjukan identitas khas Subang dari gagasan para seniman.
Dalam rangka menumbuhkembangkan seni sisingaan khas kabupaten subang, sanggar seni ninaproduction berupaya untuk melakukan regerasi melaui pembinaan tari anak-anak usia 7 tahun sampai remaja, termasuk tari sisingaan. Nina production beralamat di Jalan Patinggi no 78 Desa buni hayu Jalancagak Subang, sampai saat ini Sanggar Nina Production telah di liput oleh trans 7 dalam acara wara wiri, Daai TV dan pada tangggal 2 Mei 2010 telah diliput oleh ANTV dalam acara anak pemberani.
 
Sisingaan diilhami dari cerita serial Reog di Jawa Timur, yang menceritakan suka cita perjalanan para pengawal raja Singa Barong dari kerajaan Lodaya saat menuju kerajaan Daha. Meskipun sang raja terkenal bengis dan angkuh, tetapi para pengawal selalu setia memikul tandu yang ditiduri oleh Raja Singa Barong.
 
Selain itu sebagai lambang perlawanan rakyat Subang terhadap kesewenangan Belanda yang di gambarkan sebagai sosok singa pada lambang VOC, Hal ini bertujuan sebagai edukasi pembelajaran sejarah yang menenangkan bagi para pelajar.
 
== Perkembangan ==
Dalam perkembangannya, gotong singa atau sisingaan reog juga ditiru oleh kota lain seperti Gotong Burok dari [[Cirebon]], Gotong Domba dari [[Sumedang]] dan [[Garut]] yang sama-sama menggotong hewan tiruan.
 
Dewasa ini, di Subang saja diperkirakan ada 200 buah Sisingaan yang tersebar di setiap desa, oleh karena itu Festival Sisingaan Kabupaten Subang yang diselenggarakan setiap tahunnya, merupakan jawaban konkret dari antusiasme masyarakat Subang. Karena bagi pemenang, diberi peluang mengisi acara di tingkat regional, nasional, bahkan internasional.
 
Penyebaran Sisingaan sangat cepat, dibeberapa daerah di luar Subang, seperti Sumedang, Kabupaten Bandung, Purwakarta, dll. Sisingaan menjadi salah satu jenis pertunjukan rakyat yang disukai, terutama dalam acara-acara khitanan dan perkawinan.
 
Sebagai seni helaran yang unggul, Sisingaan dikemas sedemikian rupa dengan penambahan pelbagai atraksi, misalnya yang paling menonjol adalah Jajangkungan dengan tampilan manusia-manusia yang tinggi menjangkau langit, sekitar 3-4 meter, serta ditambahkan dengan bunyibunyian petasan yang dipasang dalam bentuk sebuah senapan.
 
== Pertunjukan ==
Sisingaan berasal dari jawa[[Jawa baratBarat]] apalagitepatnya daridi kabupaten.Kabupaten subangSubang kec.Kecamatan purwadadiPurwadadi des.Desa neglasariNeglasari. Sisingaan tersebut banyak yang berbagai jenis sisingaan yaitu naga, elang, banteng, siluman, dan lain-lain. Lalu cara bermain sisingaan harus membutuhan 4 orang untuk mengangkat sisingaan tersebut terus di iringin dengan musik lalu mulai ikuti pergerakan sisingaan dengan hanya menggoyang kaki dan badan, lalu bergoyang sambil berjalan menuju panggung pernikahan. kalau sudah sampai ke tempat pernikahan lalu diam di tempat yang lega lalu ber'aktrasiberatraksi, tapi aktrasiatraksi tersebut harus exterimekstrem supaya penonton tersebut tertarik melihat aktrasi sisingaan,
 
Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasangpasang/Kudakuda-kuda, Bangkaretbangkaret, Masangmasang/Ancangancang-ancang, Gugulingangugulingan, Sepakansepakan dua, Langkahlangkah mundur, Kaelkael, Mincidmincid, Ewagewag, Jeblagjeblag, Putarputar taktak, Gendonggendong Singasinga, Nanggeuynanggeuy Singasinga, Angkatangkat jungjung, Ngolecerngolecer,Lambang lambang, Pasagipasagi Tilutilu, Melakmelak cau, Nincaknincak rancatan, dan Kakapalankakapalan. Sebagaisebagai seni Helaranhelaran, Sisingaansisingaan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota. Sampai akhirnya kembali ke tempat semula. Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.
 
=== Penyajian ===
Baris 21 ⟶ 33:
# Kidung atau kembang gadung
# Sajian Ibingan di antaranya solor, gondang, ewang (kangsreng), catrik, kosong-kosong dan lain-lain
# Atraksi atau demo, biasanya disebut atraksi kamonesan dalam pertunjukan Sisingaan yang awalnya terinspirasi oleh atraksi Adem Ayem (genjring akrobat) dan Liong ([[barongsaybarongsai]])
# Penutup dengan musik keringan.
 
=== Musik pengiring ===
Musik pengiring Sisingaan pada awalnya cukup sederhana, antara lain: Kendang Indung (2 buah), Kulanter, Bonang (ketuk), Tarompet, Goong, Kempul, Kecrek. Karena Helaran, memainkannya sambil berdiri, digotong dan diikatkan ke tubuh. Dalam perkembangannya sekarang memakai juru kawih dengan lagu-lagu (baik vokal maupun intrumentalinstrumental), antara lain: Lagu Keringan, Lagu Kidung, Lagu Titipatipa, Lagu Gondang, Lagu Kasreng, Lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong, dll.), Lagu Gurudugan, Lagu Mapay Roko atau Mars-an (sebagai lagu penutup). Lagu lagu dalam Sisingaan tersebut diambil dari lagu-lagu kesenian Ketuk Tilu, Doger dan Kliningan.
 
== Pemaknaan ==
[[Berkas:DSC 0002-01.jpg|jmpl|Sisingaan di TMII]]
Ada beberapa makna yang terkandung dalam seni pertunjukan Sisingaan, diantaranya:
* Makna sosial, masyarakat Subang percaya bahwa jiwa kesenian rakyat sangat berperan dalam diri mereka, seperti egalitarian, spontanitas, dan rasa memiliki dari setiap jenis seni rakyat yang muncul.
* Makna teatrikal, dilihat dari penampilannya Sisingaan dewasa ini tak diragukan lagi sangat teatrikal, apalagi setelah ditmabhakn berbagai variasi, seperti jajangkungan dan lain-lain.
* Makna komersial, karena Sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka, maka antusiasme munculnya sejumlah puluhan bahkan ratusan kelompok Sisingaan dari berbagai desa untuk ikut festival, menunjukan peluang ini, karena si pemenang akan mendapatkan peluang bisnis yang menggiurkan, sama halnya seperti seni bajidoran.
* Makna universal, dalam setiap etnik dan bangsa seringkalisering kali dipunyai pemujaan terhadap binatang Singa (terutama Eropa dan Afrika), meskipun di Jawa Barat tidak terdapat habitat binatang Singa, namun dengan konsep kerkayatankerakyatan, dapat saja Singa muncul bukan dihabitatnya, dan diterima sebagai miliknya, terbukti pada Sisingaan.
* Makna Spiritual, dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk keselamatan/ (salametanselamatan) atau syukuran.
 
== Sumber rujukan ==
* [[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
 
== Pranala luarRujukan ==
* [[Ganjar Kurnia]]. 2003. ''Deskripsi kesenian Jawa Barat''. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.
{{Sunda-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten Subang]]
[[Kategori:Kesenian Barongan]]
[[Kategori:Pertunjukan seni Sunda]]
[[Kategori:TarianBudaya dari Jawa BaratSunda]]