Kerajaan Kutai Martapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
 
(505 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
'''Kutai Martadipura''' adalah kerajaan tertua bercorak [[Hindu]] di [[Nusantara]] dan seluruh [[Asia Tenggara]]. Kerajaan ini terletak di [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]], [[Kalimantan Timur]], tepatnya di hulu [[sungai Mahakam]]. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
| native_name = '''Kerajaan Kutai Martapura'''
| conventional_long_name =
| common_name = Kerajaan Kutai
| continent =
| region =
| status =
| government_type = Monarki
| image_flag =
| image_coat =
| event_start = Didirikan
| year_start = 399
| event1 =
| year_event1 =
| event_end = Dianeksasi oleh [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Kutai Kertanegara]]
| year_end = 1635
| event2 =
| year_event2 =
| p1 =
| flag_p1 =
| s1 = Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura
| flag_s1 = Bendera-kesultanankutaikartanegara.gif
| image_map =
| image_map_caption =
| capital = [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]], [[Kalimantan Timur]]
| common_languages = [[Bahasa Sansekerta]], [[Bahasa Kutai]]
| religion = [[Hindu]]
| currency =
| leader1 = [[Kundungga]]
| leader2 = [[Aswawarman]]
| leader3 = [[Mulawarman]]
| leader4 = [[Dermasatia]]
| year_leader1 = [[Abad ke-1 hingga 10|Abad 4]] masehi
| year_leader2 = [[Abad ke-1 hingga 10|Abad 4]] masehi
| year_leader3 = [[Abad ke-1 hingga 10|Abad 5]] masehi
| year_leader4 = [[Abad ke-11 hingga 20|Abad 16]] masehi
| title_leader = [[Sri]] [[Maharaja]]
| stat_year1 =
| stat_area1 =
| stat_pop1 =
| today = {{flag|Indonesia}}
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
'''Kerajaan Kutai Martapura''' adalah kerajaan bercorak [[Hindu]] di [[Nusantara]] yang memiliki bukti sejarah tertua berupa [[prasasti Yupa]] dan berdiri sekitar [[Abad ke-4|abad ke-4 Masehi]].<ref>{{Cite journal|last=Vogel|first=J. Ph.|date=1918|title=The Yupa Inscription of King Mulawarman, from Koetei (East Borneo)|url=|journal=BKI|volume=74|issue=|pages=|doi=}}</ref> Pusat kerajaan ini terletak di [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]], yang saat ini adalah sebuah kecamatan di Kabupaten [[Kabupaten Kutai Kartanegara|Kutai Kartanegara]], Provinsi [[Kalimantan Timur]]. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya [[prasasti]] yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Informasi nama [[Martapura]] diperoleh dari [[kitab]] ''[[Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara]]'' yang menceritakan pasukan [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Kerajaan Kutai Kertanegara]] dari [[Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara|Kutai Lama]] menyerang [[ibu kota]] kerajaan ini.<ref>{{cite book|url=|fisrt=|last=Muhammad Sarip|coauthors=Sri Wintala Achmad|location= Indonesia|title= Dari Jaitan Layar sampai Tepian Pandan Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara|publisher= RV Pustaka Horizon|year= 2018|isbn= 9786025431159}}</ref>
 
==Sejarah Historiografi ==
[[Berkas:Prasasti Yupa Musnas.jpg|jmpl|250px|Salah satu [[Prasasti Yupa|prasasti yupa]] dari awal abad V ditemukan di Muara Kaman, yang menyebutkan mengenai silsilah Raja Mulawarman, anak Raja Aswawarman, cucu Raja Kundungga. Koleksi [[Museum Nasional Indonesia]], Jakarta]]
===Yupa===
Sumber primer sejarah Kerajaan Martapura adalah tujuh [[Prasasti Yupa|prasasti yupa]] yang ditemukan di [[Bukit Brubus]], [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]].<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Keputusan Mendikbud RI Nomor 279/M/2014 tentang Tujuh Prasasti Yupa Koleksi Museum Nasional Nomor Inventaris D.2A, D.2B, D.2C, D.2D, D.175, D.176, dan D.177 Sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional|url=https://munas.kemdikbud.go.id/ecagarbudaya/prasastiyupa279m2014.pdf|website=munas.kemdikbud.go.id|access-date=24 Agustus 2020}}</ref> Penemuan batu bertulis ini tidak sekaligus, melainkan dalam dua tahap dengan rentang waktu lebih dari setengah abad. Tahap pertama, empat [[prasasti]] ditemukan pada tahun 1879. Setahun kemudian, keempat prasasti tersebut diangkut ke ''[[Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen]]'' (kini [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]], [[Jakarta]]). Tahap kedua, tiga prasasti lainnya ditemukan berselang 61 tahun kemudian, yakni pada 1940. Ketiganya disimpan di [[museum]] yang sama.<ref>{{Cite book|last=Vlekke|first=Bernard H.M|date=2008|url=|title=Nusantara Sejarah Indonesia|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=|pages=|trans-title=Nusantara: A History of Indonesia (1961)|url-status=live}}</ref>
Informasi yang ada diperoleh dari [[Yupa]] / Tugu dalam upacara pengorbanan yang berasal dari [[abad ke-4]]. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah [[Mulawarman]]. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor lembu kepada [[brahmana]].
 
Selain sumber prasasti yupa, terdapat kitab ''Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara''. [[Naskah Arab Melayu]] ini belum dibahas oleh [[Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia]] sehingga perihal lanjutan riwayat Dinasti Mulawarman tidak termuat dalam buku babon ''[[Sejarah Nasional Indonesia]]''.
===Mulawarman===
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kudungga adalah pembesar dari [[Kerajaan Campa]] (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kudungga sendiri diduga belum menganut agama Hindu.
 
===Aswawarman= Penamaan ==
Nama kerajaan tertua di [[Nusantara]] yang umumnya diketahui oleh khalayak adalah ''[[Kutai]]''. Tim Penyusun ''[[Sejarah Nasional Indonesia]]'' mengungkapkan, nama ''Kutai'' digunakan oleh para [[peneliti]] sejak [[zaman Belanda]] untuk menamakan kerajaan [[Dinasti Mulawarman]] berdasarkan lokasi penemuan [[prasasti yupa]] di wilayah [[Kesultanan Kutai]]. Tetapi, prasasti yupa sendiri tidak pernah menyebutkan nama kerajaannya dengan ''Kutai''.<ref name=":0" />
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Nama Kutai sendiri baru muncul sekitar abad XIII sebagai nama kerajaan yang berpusat di daerah hilir Sungai Mahakam, di situs Kutai Lama di Kecamatan Anggana. Kerajaan ini disebutkan dalam [[Nagarakretagama]] sebagai ''Tanjung Kutei'', Ibu kota Kutai ini kemudian dipindahkan ke Tenggarong. Menurut riwayat, kerajaan Kutai Kartanegara menginvasi daerah Muara Kaman yang disebut sebagai Kerajaan Martapura. Nama Martapura inilah yang kemudian diduga sebagai nama Kerajaan yang pernah berdiri di Muara Kaman.
 
== Raja-Raja Kutai Martapura ==
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Hanya ada lima nama raja yang tercatat dalam sumber sejarah, yakni 3 orang di Prasasti Yupa beraksara [[Pallawa]] dan 2 orang dalam kitab ''[[Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara]]'' beraksara Arab Melayu. Adapun informasi lain yang menyebutkan daftar lebih dari 20 raja tidak berdasarkan sumber sejarah yang autentik, melainkan dari ucapan meranyau seorang dukun dalam upacara adat belian.<ref name="Amin">M. Asli Amin dkk, Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai, Tenggarong: Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kalimantan Timur, 1975</ref><ref name=":1">{{Cite web|title=|url=}}</ref>
 
Nama Maharaja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya. Bahkan, di tahun 1365, sastra Jawa Negarakartagama hanya menyebutkannya secara sepintas lalu.
nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.
Sementara putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh
budaya Hindu. Hal ini di dasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal
dari bahasa Sanskerta. Kata itu biasanya digunakan untuk ahkiran nama-nama
masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.
Pada salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa yang menjadi cikal bakal
dari kerajaan kutai adalah kundungga, yang diteruskan kepada Aswawarman.
Kemudian adapun pengganti dari Aswawarman yang memiliki putra sebanyak
tiga orang yaitu Mulawarman. Nampaknya, pada zaman Mulawarman disitulah
kerajaan kutai mencapai kejayaan tersebut.
 
===Berakhir Maharaja Kudungga ===
{{Main|Kundungga}}
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, [[Aji Pangeran Anum Panji Mendapa]]. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan [[Kesultanan Kutai Kartanegara]]. Kutai Kartanegara adalah kesultanan [[Islam]].
Nama [[Kundungga|Maharaja Kundungga]] dimaknai sebagai nama asli orang Indonesia yang belum dipengaruhi oleh budaya India.<ref name=":0">{{Cite book|last=Poesponegoro|first=Marwati Djoened|last2=Notosusanto|first2=Nugroho (Ed.)|date=2008|url=|title=Sejarah Nasional Indonesia II Zaman Kuno (Awal M–1500 M)|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Pada awalnya kedudukan Kundungga adalah sebagai [[kepala suku]], setelah masuk pengaruh Hindu ke Indonesia kemudian ia mengubah struktur menjadi kerajaan dan dirinya menjadi [[raja]], dan dilakukan secara turun temurun.<ref>{{Cite book|last=Abdullah|first=Taufik|last2=Lapian|first2=A.B.|date=2012|url=|title=Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2: Hindu-Buddha|location=Jakarta|publisher=Ichtiar Baru van Hoeve|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Nama Maharaja [[Kundungga]] oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama [[budaya India]].
 
=== Maharaja Aswawarman ===
==Nama-Nama Raja Kutai==
Merupakan Raja Kedua dari Kerajaan Martapura sekaligus anak dari Raja Kundungga. [[Asmawarman]] diduga telah terpengaruh budaya [[Hindu]]. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kata Warman berasal dari [[bahasa Sanskerta]]. Kata itu biasanya digunakan untuk akhiran nama-nama masyarakat atau penduduk India bagian Selatan.<ref name=":0" /><ref>{{Cite journal|last=Minattur|first=Joseph|date=2009|title=A Note on the King Kundungga of the East Borneo Inscriptions|url=|journal=Journal of Southeast Asian History|volume=5|issue=2|pages=181-183|doi=https://doi.org/10.1017/S0217781100000995|issn=0217-7811 }}</ref>
# Maharaja Kudungga
# Maharaja Asmawarman
# Maharaja [[Mulawarman Nala Dewa]]
# Maharaja Sri Aswawarman
# Maharaja Marawijaya Warman
# Maharaja Gajayana Warman
# Maharaja Tungga Warman
# Maharaja Jayanaga Warman
# Maharaja Nalasinga Warman
# Maharaja Nala Parana Tungga
# Maharaja Gadingga Warman Dewa
# Maharaja Indra Warman Dewa
# Maharaja Sangga Warman Dewa
# Maharaja Singa Wargala Warman Dewa
# Maharaja Candrawarman
# Maharaja Prabu Mula Tungga Dewa
# Maharaja Nala Indra Dewa
# Maharaja Indra Mulya Warman Dewa
# Maharaja Sri Langka Dewa
# Maharaja Guna Parana Dewa
# Maharaja Wijaya Warman
# Maharaja Indra Mulya
# Maharaja Sri Aji Dewa
# Maharaja Mulia Putera
# Maharaja Nala Pandita
# Maharaja Indra Paruta Dewa
# Maharaja Dharma Setia
 
=== ReferensiMulawarman Nala Dewa ===
{{Main|Mulawarman Nala Dewa}}
* Buku ''Salasilah Kutai'' terbitan Bagian Humas Pemerintah Daerah Tingkat II Kutai (1979) yang naskahnya berasal dari buku ''De Kroniek van Koetei'' karangan C.A. Mees (1935). Sementara buku C.A. Mees sendiri bersumber dari naskah kuno dalam tulisan huruf Arab karya Tuan Chatib Muhammad Tahir pada 21 Dzulhijjah 1285 Hijriah.
[[Mulawarman]] adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh [[bahasa Sanskerta]] bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga sendiri diduga belum menganut [[agama Hindu]].
 
== Masa Kejayaan Kerajaan Kutai Martapura ==
==Pranala luar ==
Berdasarkan [[Prasasti Yupa]], dapat diketahui bahwa Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.
Sumber juga dapat dilihat di situs web Royal Ark:
 
*{{en}}http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/kutai2.htm
Mulawarman disebut-sebut sebagai raja yang memiliki budi pekerti baik, kuat, dan pernah mengadakan upacara persembahan 20.000 ekor lembu untuk kaum [[Brahmana]] yang bertempat di "Waprakecvara".
Waprakecvara adalah tempat suci ([[keramat]]) yang merupakan sinkretisme antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Indonesia.
 
Sebagai keturunan Aswawarman, Mulawarman juga melakukan upacara "Vratyastoma", yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria.
Pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara penghinduan ini dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli.
Hal ini membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, karena Bahasa Sanskerta bukanlah bahasa rakyat sehari-hari.
Selain itu, di bawah kekuasaan Raja Mulawarman kehidupan ekonomi kerajaan mengalami perkembangan pesat dari sektor pertanian dan perdagangan karena letaknya sangat strategis.
 
== Akhir Kerajaan Kutai Martapura ==
Kerajaan Kutai Martapura berakhir saat rajanya yang bernama ''[[Maharaja Dermasatia]]'' terbunuh dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kertanegara ke-8, ''[[Pangeran Sinum Panji Mendapa]]''.
 
Perlu diingat bahwa '''Kutai Martapura''' berbeda dengan Kerajaan '''[[Kutai Kertanegara]]''' yang saat itu ibukota di [[Kutai Lama]].
[[Kutai Kertanegara]] inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam [[sastra Jawa]] [[Negarakertagama]].
 
[[Kutai Kertanegara]] selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1732 kerajaan Kutai Kertanegara yang semula pemimpinnya bergelar raja diganti menjadi sultan dan hingga sekarang disebut [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Kesultanan Kutai Kertanegara]].
 
==Lihat pula==
*[[Prasasti Yupa]]
 
== Referensi ==
<references responsive="" />
{{Kerajaan di Kalimantan}}
 
[[Kategori:Kerajaan Kutai| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Kalimantan Timur|Kutai MartadipuraMartapura]]
[[kategoriKategori:Kerajaan di Nusantara|Kutai]]
[[Kategori:Kabupaten Kutai Kartanegara]]
[[Kategori:KabupatenSejarah KutaiKerajaan BaratKutai]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]
 
[[ja:クタイ王国]]
[[ms:Kerajaan Kutai]]
yukie_endchat