Monumen Nasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 116.254.114.177 (bicara) ke revisi terakhir oleh Gilang Bayu Rakasiwi
Tag: Pengembalian
 
(285 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
| building_name = Monumen Nasional
| image = Merdeka Square Monas 02.jpg
| caption = Monumen Nasional pada tahun = Monumen Nasional2010
| mapframe-zoom = 15
| map_type =
| altitude =
| building_type =
| architectural_style =
| structural_system =
| cost =
| ren_cost = =
| location = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| address = [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]], [[Jakarta Pusat]]
| address = Lapangan Merdeka
| client =
| owner = [[Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta]]
| owner =
| operator = Unit Pengelola Kawasan Monumen Nasional
| current_tenants =
| landlord current_tenants =
| coordinates landlord =
| coordinates =
| start_date = [[17 Agustus]] [[1961]]
| start_date = {{launch date and age|df=yes|1961|8|17}}
| completion_date = [[12 Juli]] [[1975]]
| inauguration_date = [[12{{launch Juli]]date [[and age|df=yes|1975]]|7|12}}
| renovation_date =
| demolition_date opened_date =
| renovation_date = {{bulleted list|17 Agustus 1995|17 Agustus 2005|17 Agustus 2015}}
| destruction_date =
| height = 132 meter
| diameter =
| other_dimensions diameter =
| floor_count other_dimensions =
| floor_area floor_count =
| floor_area =
| main_contractor = P.N. Adhi Karya <br />(tiang fondasi)
| architect = [[Frederich Silaban]], <br /> [[R.M. Soedarsono]]
| architect = {{unbulleted list|[[Friedrich Silaban]]|[[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]]}}
| architecture_firm = =
| structural_engineer =
| services_engineer =
| civil_engineer =
| other_designers =
| quantity_surveyor =
| awards =
| ren_architect =
| ren_firm = =
| ren_str_engineer =
| ren_serv_engineer =
| ren_civ_engineer =
| ren_oth_designers =
| ren_qty_surveyor =
| ren_awards =
| public_transit = {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]<br>{{rint|jakarta|tjk2}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
| references =
| map_caption = Lokasi di [[Jakarta]]
}}
 
'''Monumen Nasional''' atau yang populer disingkat dengan '''''Monas''''' atau '''''Tugu Monas''''' adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan [[rakyat]] [[Indonesia]] untukdalam merebut [[kemerdekaan]] dari pemerintahan kolonial [[HindiaKerajaan Belanda]]. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] di bawah perintah presidenPresiden [[SukarnoSoekarno]], dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh Presiden [[Soeharto]]. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran [[emas]] yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.Monumen Nasional telah membuka Bioskop di dalam Monumen Nasional yaitu Monumen Nasional 21 dan Pegangsaan Timur Monas XXI Dengan masing - masing bioskop tersebut adalah 4 theater yang memutarkan film - film dari indonesiarakyat sajaIndonesia.
 
Tugu Monumen Nasional dan museum buka setiap hari mulai pukul 06:00 hingga 16:00 [[Waktu Indonesia Barat|WIB]] ([[UTC+7]]) sepanjang minggu kecuali hari [[Senin]] saat tugu tutup.
 
== Sejarah ==
Ide awal pendirian Monumen adalah seorang warga negara RI biasa, seorang swasta, warga kota sederhana dari Jakarta bernama Sarwoko Martokoesoemo,” kata Sudiro.
Setelah pusat pemerintahan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] setelahyang sebelumnya berkedudukan di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1950, menyusul pengakuan kedaulatan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] oleh pemerintahpemerintahan kolonial [[Kekaisaran Belanda]] pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai memikirkanperencanaan pembangunan sebuah monumenMonumen nasionalNasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan tuguTugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan [[bangsa Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat [[patriotisme]] generasi saatpenerus ini dan mendatangbangsa.
[[File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Reclamepaviljoen_van_Volkswagen_op_de_jaarbeurs_bij_het_Nationaal_Monument_(Monas)_op_het_Merdeka-plein_TMnr_20018020.jpg|263x263px|thumb|Monas Tahun 1969. Foto ini merupakan bagian dari koleksi foto milik [[Tropenmuseum]] di [[Amsterdam]], [[Belanda]].]]
 
Pada tanggal [[17 Agustus]] [[1954]], sebuah komite nasional dibentuk dan [[sayembara]] [[perancangan]] monumenMonumen nasionalNasional digelar pada tahun [[1955]]. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich[[Friedrich Silaban]] yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun [[1960]] tapitetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta [[Silaban]] untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno[[Soekarno]]. Akan tetapi SukarnoSoekarno kurang menyukai rancangan itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk [[lingga (arca)|lingga]] dan [[yoni]]. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak untuk merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. SukarnoSoekarno kemudian meminta arsitek R.M.[[Soedarsono (seniman)|Soedarsono]] untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan [[17 Agustus]] [[1945]] memulai [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]], ke dalam rancangan monumen itu.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF39">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 3-9</ref><ref name="DIMNOTE"> Tinggi cawan dari halaman adalah 17 meter, lebar dasar monumen adalah 8 meter, serta lebar halaman cawan adalah 45 meter</ref>
Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh [[Friedrich Silaban]] dan R. M.[[Soedarsono (seniman)|Soedarsono,]] mulai dibangun [[17 Agustus]] [[1961]].
 
== Pembangunan ==
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|250pxjmpl|thumbkiri|left|SukarnoSoekarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
 
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]] - [[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan SukarnoSoekarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai [[fondasi]] bangunan. Sebanyak 360 [[pasak bumi]] ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan [[obelisk]] kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]] ([[Gerakan 30 September|G-30-S/PKI]]) dan upaya kudeta,sehingga tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].[[Berkas:peresmianmonas.jpg|jmpl|kanan|500px|Presiden [[Soeharto]] dan Ibu [[Tien Soeharto]] meresmikan monas serta dibelakang Gubernur DKI Jakarta [[Ali Sadikin]] dan Istri]]<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''[[Lapangan Ikada]]'', ''[[Lapangan Merdeka]]'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling [[tugu]] terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|250px|thumb|left|Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]] - [[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]] ([[Gerakan 30 September|G-30-S/PKI]]) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''Lapangan Ikada'', ''Lapangan Merdeka'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
 
== Rancang Bangun Monumen ==
[[Berkas:Monas Construction Circa 1963.JPG|jmpl|Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.]]
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan [[universal]] yang [[abadi]]; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen [[maskulin]] yang bersifat [[aktif]] dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan [[obelisk]] adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen [[feminin]] yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; [[Dinas Pariwisata dan Kebudayaan]] Provinsi[[Daerah DKIKhusus Ibukota Jakarta]], Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang [[kesuburan]] dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa [[prasejarah Indonesia]]. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].
 
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancurpancur dan patung [[Pangeran Diponegoro]] yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato <ref name="NATMONOFF2829">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29</ref> sebagai sumbangan oleh KonsulatKonsul JendralJenderal Honores,Kehormatan adalah Dr. Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung [[Pangeran Diponegoro]]. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].
 
Kolam di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung [[Pangeran Diponegoro]] yang sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato<ref name="NATMONOFF2829">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 28-29</ref> sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario Bross di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan. Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia; masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran puncak monumen.
 
== Relief Sejarah Indonesia ==
[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|thumbjmpl|rightka|250px|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat [[relief timbul]] yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan [[Nusantara]] pada masa lampau; menampilkan sejarah [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]. Relief ini berlanjut secara [[kronologis]] searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
 
Secara kronologis menggambarkan masa [[penjajahan]] [[Belanda]], perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], [[Pendudukan Jepang]] dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul [[Revolusi]] dan [[Perang kemerdekaan]] Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|thumb|right|250px|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekalinamun beberapa patung dan arca mulaitampak rontoktak terawat dan rusak akibat hujan danserta cuaca tropis.
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.
 
== Museum Sejarah Nasional ==
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 [[diorama]] pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa [[Orde Baru]]. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]], disusul masa penjajahan [[bangsa]] [[Eropa]] yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] dan pemerintah [[Hindia Belanda]]. [[Diorama]] berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|perang kemerdekaan]] dan [[Revolusi Nasional Indonesia|masa revolusi,]] hingga masa [[Orde Baru]] pada masa pemerintahan Suharto[[Soeharto]].
 
[[Berkas:Diorama 02.JPG|thumb|right|250px|Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia]]
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 [[diorama]] pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]], disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.
 
== Ruang Kemerdekaan ==
[[Berkas:Independence_Room.JPG|thumbjmpl|rightka|250px|Ruang kemerdekaanKemerdekaan]]
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan [[simbol]] kenegaraan dan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan Republik Indonesia]]. Diantaranya [[naskah]] asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas dan [[Bendera Indonesia|bendera merah putih]] dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>
 
Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk [[mengheningkan cipta]] dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran [[Wijayakusuma (bunga)|bunga Wijaya Kusuma]] yang melambangkan keabadian, serta [[Teratai|bunga Teratai]] yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama ''Gerbang Kemerdekaan'' yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "'''[[Padamu Negeri]]'''" diikuti kemudian oleh rekaman suara [[Soekarno]] tengah membacakan naskah proklamasi pada [[17 Agustus]] [[1945]].
 
Pada sisi selatan terdapat patung [[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]] sebagai [[lambang negara Indonesia]] terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan [[Bendera Indonesia|Sang Saka Merah Putih]], yang aslinya dikibarkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan [[kepulauan Nusantara]] berlapis emas, melambangkan lokasi [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
[[Berkas:Independence_Room.JPG|thumb|right|250px|Ruang kemerdekaan]]
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama ''Gerbang Kemerdekaan'' yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "'''[[Padamu Negeri]]'''" diikuti kemudian oleh rekaman suara [[Sukarno]] tengah membacakan naskah proklamasi pada [[17 Agustus]] [[1945]]. Pada sisi selatan terdapat patung [[Garuda Pancasila]], lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka [[Merah Putih]], yang aslinya dikibarkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi '''[[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]]'''.Semua itu sangat indah.
 
== Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan ==
 
[[Berkas:Monas Peak Platform.JPG|thumbjmpl|rightka|250px|Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian]]
[[Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20023694, Dia- Java, Jakarta Bezoekers van het uitkijkpunt op het Monas; oude man ', Jaap de Jonge, 1993.jpg|jmpl|ka|250px|Seorang kakek tampak sedang menikmati panorama Jakarta dari balik kaca di Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan Monas, 1993.]]
Sebuah [[elevatorlift]] (liftelevator) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
 
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram,<ref name="HEUKEN25">Heuken (2008) p25</ref>, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.<ref name="NATMONOFF"> National monument Office, Jakarta (1996) p28</ref> Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawahdi bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
Sebuah [[elevator]] (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
 
Sebanyak 28 &nbsp;kg dari 38 &nbsp;kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari [[Teuku Markam]], seorang pengusaha [[Aceh]] yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.<ref>[http://www.merdeka.com/khas/monas-5-merekam-jejak-keluarga-markam.html Teuku Markam]</ref>
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram<ref name="HEUKEN25">Heuken (2008) p25</ref>, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.<ref name="NATMONOFF"> National monument Office, Jakarta (1996) p28</ref> Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat [[Proklamasi Kemerdekaan RI]] (17-8-1945).
 
Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari [[Teuku Markam]], seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.<ref>[http://www.merdeka.com/khas/monas-5-merekam-jejak-keluarga-markam.html Teuku Markam]</ref>
 
{{Wide image|View of Jakarta from Monas.jpg|1800px|Pandangan Jakarta Pusat dari puncak Monumen Nasional}}
 
== Transportasi ==
Monumen Nasional dapat diakses dengan transportasi umum berikut ini:
* BRT [[Transjakarta]]:
** {{rint|jakarta|tjk1}} {{rint|jakarta|tjk3}} [[Halte Transjakarta Monumen Nasional|Halte Monumen Nasional]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk5c}} {{rint|jakarta|tjk6a}} {{rint|jakarta|tjk6b}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Balai Kota|Halte Balai Kota]]
** {{rint|jakarta|tjk2}} {{rint|jakarta|tjk2a}} {{rint|jakarta|tjk7f}} [[Halte Transjakarta Gambir|Halte Gambir 1]] dan [[Halte Transjakarta Gambir 2|2]]
 
 
Di dalam kompleks Monumen Nasional terdapat kereta wisata untuk membawa pengunjung ke pintu masuk monumen. Kereta wisata ini diresmikan pada tanggal 9 Maret 2008 oleh Gubernur DKI Jakarta [[Fauzi Bowo]].<ref>{{cite web|url=http://djakarta.biz.id/monumen-nasional-monas/|title=Monumen Nasional (Monas)|website=www.djakarta.biz.id|access-date=26 Maret 2023|language=id}}</ref> Kereta ini mengangkut penumpang dari Lapangan IRTI (Silang Monas Barat Daya) sampai ke mulut terowongan masuk area tugu, dengan tidak berhenti selain di tempat pemberhentian yang sudah disediakan. Kereta ini beroperasi dari pukul pukul 06.00 sampai dengan 16.00 WIB .setiap harinya dan penumpang tidak dipungut biaya.
 
== Galeri ==
 
<gallery>
Berkas:Collectie NMvWereldculturen, TM-20000934, Negatief- Gezicht vanaf het Nationaal Monument op het Merdeka plein met de Jalan Thamrin, Henk van Rinsum, 1981.jpg|Pemandangan Kota Jakarta dari puncak Monas, 1981.
Berkas:Monas Museum of Indonesian History.JPG|<small>Museum Sejarah Nasional Indonesia di kaki monumen. </small>
Berkas:Diorama 01.JPG|<small>Diorama sejarah Indonesia di dalam museum. </small>
Berkas:Monas view from Gambir Bus Terminal.JPG|<small>Kolam pantul Monas di Taman Medan Merdeka Monas.</small>
Berkas:Monas avond.JPG|<small>Monas di kala malam.</small>
Baris 106 ⟶ 122:
Berkas:Proclamation of Independence Text.JPG|<small>Naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] disimpan di Ruang Kemerdekaan Monas. </small>
Berkas:Indonesian Archipelago and Students.JPG|<small>Peta [[Nusantara]] berlapis emas di dalam Ruang Kemerdekaan. </small>
Berkas:Monumen Nasional, Jakarta, Indonesia.jpg|
 
Berkas:Jakarta Panorama.jpg|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) te Jakarta, KITLV 160579.tiff|
Berkas:Monas (Monumen Nasional) op Medan Merdeka te Jakarta, KITLV D13240.tiff|
</gallery>
 
== Referensi ==
* Heuken, A, (2008) ''Medan Merdeka - Jantung IbukotaIbu kota RI'', Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, No ISBN
* [http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm Jakarta Local Government website: Museums in Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100310162517/http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm |date=2010-03-10 }}
* National Monument Office, Jakarta Capital City Administration (1996), ''National Monument: The Monument of the Indonesian National Struggle'' ISBN 979-95172-0-6
 
Baris 119 ⟶ 138:
== Pranala luar ==
{{commonscat|Monas}}
* {{id}} [http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm Informasi tentang Monas di situs web resmi Pemerintah Provinsi Jakarta] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100310162517/http://www.jakarta.go.id/jakartaku/museum_di_dki01.htm |date=2010-03-10 }}
* {{id}} [http://indonesia.travel/id/destination/424/monas Situs web resmi Pariwisata Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140927031843/http://www.indonesia.travel/id/destination/424/monas |date=2014-09-27 }}
 
{{Museum di Jakarta}}
{{Topik Jakarta}}
{{coord|-6|10|31.1744445|S|106|49|37.82961|E|type:landmark|display=title}}
 
[[Kategori:Monas]]
[[Kategori:Markah tanah di Indonesia]]
[[Kategori:Tempat wisata di Jakarta]]
[[Kategori:Monumen di Indonesia]]
[[Kategori:Museum di Jakarta]]
[[Kategori:Pendirian tahun 1975 di Indonesia]]