Soeharto: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membatalkan revisi 940798 oleh 222.124.119.153 (Bicara)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 1:
{{pp}}
{{Politikus RI|
{{Redirect|Suharto|orang-orang dengan nama yang sama|Soeharto (disambiguasi)}}
nama=Soeharto|
{{Infobox President
foto=[[Gambar:Soeharto.jpg|200px|Soeharto.]]|
| honorific-prefix = <!-- Hanya gelar kenegaraan/kehormatan (non-akademis) -->[[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]])
jabatan=[[Presiden Republik Indonesia|Presiden Indonesia]] ke-2|
| name = Soeharto
bakti=[[12 Maret]] [[1967]]&mdash;[[21 Mei]] [[1998]]|
| image = President Suharto, 1993.jpg
pendahulu=[[Soekarno]]|
| alt = Foto resmi Soeharto pada masa jabatan 1993 - 1998
pengganti=[[B.J. Habibie]]|
| caption = Potret resmi, 1993
pasangan=Istri|
| office = Presiden Indonesia
namapasangan=[[Siti Hartinah|Tien Soeharto]]|
| order = ke-2
profesi=[[Tentara]]|
| term_start = 27 Maret 1968
parpol=[[Golongan Karya]]|
| term_end = 21 Mei 1998
| vicepresident = {{Collapsible list|{{Plainlist|
* [[Hamengkubuwana IX]] (1973—1978)
* [[Adam Malik]] (1978—1983)
* [[Umar Wirahadikusumah]] (1983—1988)
* [[Soedharmono]] (1988—1993)
* [[Try Sutrisno]] (1993—1998)
* [[B. J. Habibie]] (1998)
}}
}}
[[Jenderal Besar]] [[Purnawirawan]] '''Soeharto''', ([[ER]], [[EYD]]: Suharto), atau juga dikenal sebagai '''Haji Muhammad Soeharto''' (lahir di [[Kemusuk]], [[Argomulyo, Yogyakarta|Argomulyo]], [[Yogyakarta]], [[8 Juni]] [[1921]]) adalah [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Indonesia]] yang kedua setelah [[Soekarno]].
| predecessor = [[Soekarno]]
| successor = [[B. J. Habibie]]
| office2 = [[Presiden Indonesia|Penjabat Presiden Indonesia]]
| term_start2 = 12 Maret 1967
| term_end2 = 27 Maret 1968
 
| office3 = Sekretaris Jenderal [[Gerakan Non-Blok]] ke-16
Ia mulai menjabat sejak keluarnya [[Supersemar]] yang dinilai kontroversial pada tanggal [[12 Maret]] [[1967]] sebagai Pejabat Sementara Presiden dan dipilih sebagai Presiden pada tanggal 21 Maret 1967 oleh [[MPRS]].
| term_start3 = 7 September 1992
| term_end3 = 20 Oktober 1995
| predecessor3 = [[Dobrica Ćosić]]
| successor3 = [[Ernesto Samper Pizano]]
 
| office4 = Daftar Menteri Pertahanan Indonesia {{!}}Menteri Pertahanan Keamanan Republik Indonesia
Soeharto dipilih kembali oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat|suara MPR]] pada tahun [[1973]], [[1978]], [[1983]], [[1988]], [[1993]], dan [[1998]]. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal [[21 Mei]] tahun tersebut, menyusul terjadinya [[Kerusuhan Mei 1998]] dan [[pendudukan gedung DPR/MPR]] RI oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.
| order4 = ke-13
| term_start4 = 28 Maret 1966
| term_end4 = 28 Maret 1973
| predecessor4 = [[Abdul Haris Nasution]]
| successor4 = [[Maraden Panggabean]]
 
| office5 = Panglima Tentara Nasional Indonesia{{!}}Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Soeharto menikah dengan Suhartini "[[Ibu Tien|Tien]]" dan dikaruniai 6 anak, yaitu [[Sigit Harjojudanto]], [[Siti Hardijanti Rukmana]] (Tutut), [[Bambang Trihatmodjo]], [[Siti Hediati Hariyadi]] (Titiek), [[Hutomo Mandala Putra]] (Tommy), dan [[Siti Hutami Endang Adiningsih]] (Mamiek). Nama panggilan beliau adalah "Pak Harto".
| order5 = ke-5
| term_start5 = 6 Juni 1968
| term_end5 = 28 Maret 1973
| predecessor5 = [[Abdul Haris Nasution]]
| successor5 = [[Maraden Panggabean]]
 
| office6 = Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban{{!}}Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
==Latar belakang==
| order6 = ke-1 dan ke-5
Soeharto lahir di [[Kemusuk]], [[Argomulyo]], [[Yogyakarta]]. Dia bergabung dengan pasukan kolonial [[Belanda]], [[KNIL]]. Selama [[Perang Dunia II]], dia menjadi komandan [[batalion]] di dalam militer yang disponsori oleh [[Jepang]] yang dikenal sebagai tentara [[PETA]] (Pembela Tanah Air).
| term_start6 = 5 Oktober 1965
| term_end6 = 19 November 1969
| predecessor6 =
| successor6 = [[Maraden Panggabean]]
 
| term_start7 = 2 Maret 1974
Setelah proklamasi kemerdekaan oleh [[Soekarno]] pada [[1945]], pasukannya bentrok dengan Belanda yang sedang berupaya mendirikan kembali [[kolonialisme|hukum kolonialisme]]. Soeharto dikenal luas dalam militer dengan serangan tiba-tibanya yang menguasai [[Yogyakarta]] pada [[1 Maret]] 1949 (lihat [[Serangan Umum 1 Maret]]) hanya dalam satu hari. Namun gerakan ini cenderung ditafsirkan sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia terhadap pasukan Belanda. Penggagas sebenarnya dalam serangan ini adalah [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]], sebagai raja Yogyakarta, Gubernur Militer serta Menteri Pertahanan.
| term_end7 = 5 April 1978
| predecessor7 = [[Soemitro Sastrodihardjo]]
| successor7 = [[Soedomo]]
 
| office8 = Kepala Staf TNI Angkatan Darat{{!}}Panglima Angkatan Darat
Di tahun berikutnya dia bekerja sebagai pejabat militer di Divisi Diponegoro [[Jawa Tengah]]. Pada [[1959]] dia dituduh terlibat kasus penyelundupan dan kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel [[Ahmad Yani]]. Namun atas saran Jendral [[Gatot Subroto]] saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat ([[SESKOAD]]) di [[Bandung]], [[Jawa Barat]] meskipun menurut koleganya di SESKOAD, Kolonel [[Hario Kecik]] yang akhirnya menjadi Pangdam Mulawarman, Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kolonel [[D.I. Panjaitan]]. Sebelumnya Letkol Soeharto menjadi komandan penumpasan pemberontakan di [[Makassar]] dibawah komando Kolonel [[Alex Kawilarang]] di mana Soeharto mengalami konflik pribadi dengan Kawilarang akibat keteledorannya sehingga huru-hara meletus kembali ketika Kawilarang melaporkan situasi Makassar yang dianggap aman kepada Presiden [[Soekarno]] di [[Jakarta]].
| order8 = ke-7
| term_start8 = 16 Oktober 1965
Pada [[1961]] dia mencapai pangkat [[brigadir jendral]] dan memimpin Komando Mandala yang bertugas merebut [[Irian Barat]]. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal [[A.H. Nasution]]. Di pertengahan tahun [[1962]], Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga [[1965]].
| term_end8 = 1 Mei 1968
| 1blankname8 = Panglima
| 1namedata8 = [[Abdul Haris Nasution]]
| predecessor8 = [[Pranoto Reksosamodra]]
| successor8 = [[Maraden Panggabean]]
 
| office9 = Daftar Kepala Badan Intelijen Negara{{!}}Kepala Badan Intelijen Negara
Pada [[1965]], Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, khususnya Angkatan Darat mengalami konflik internal, terutama akibat politik [[Nasakom]] pada saat itu sehingga digambarkan pecah menjadi dua faksi, satu [[sayap kiri]] dan satu lagi [[sayap kanan]], dengan Soeharto berada di bagian sayap kanan. Hal terpenting yang diperoleh Soeharto dari operasi militer ini adalah perkenalannya dengan Kol. Laut [[Sudomo]], Mayor [[Ali Murtopo]], Kapten [[Benny Murdani]] yang kemudian tercatat sebagai orang-orang terpenting dan strategis di tubuh pemerintahannya kelak.
| order9 = ke-3
| term_start9 = 1965
| term_end9 = 22 Agustus 1966
| president9 = [[Soekarno]]
| predecessor9 = [[Soebandrio]]
| successor9 = [[Yoga Sugama]]
 
| office10 = [[Ketua Presidium Kabinet Indonesia]]
== Naik ke kekuasaan ==
| order10 =
| term_start10 = 25 Juli 1966
| term_end10 = 17 Oktober 1967
| predecessor10 = [[Soekarno]] (sebagai Perdana Menteri)
| successor10 = Tidak ada
 
| office11 = Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat{{!}}Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
| order11 = ke-1
| term_start11 = 6 Maret 1961
| term_end11 = 2 Desember 1965
| predecessor11 =
| successor11 = [[Umar Wirahadikusumah]]
 
| birthname =
| birth_date = {{Birth date|1921|6|8}}
| birth_place = [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|2008|1|27|1921|6|8}}<ref name="NYT">{{cite web|title=Suharto Dies at 86; Indonesian Dictator Brought Order and Bloodshed|date=28 Januari 2008|work=The New York Times|last=Berger|first=Marilyn|language=en|url=https://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28suharto.html|access-date=2018-12-14|archive-date=2018-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20181202231503/https://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28suharto.html|dead-url=no}}</ref>
| death_place = [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], Indonesia
| restingplace = [[Astana Giribangun]], [[Matesih]], [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]]
| citizenship = Indonesia
| spouse = {{Marriage|[[Tien Soeharto|Raden Ajeng Siti Hartinah]]|1947|28 April 1996|end=d.}}
| children = {{Plainlist|
* [[Siti Hardijanti Rukmana]]
* [[Sigit Harjojudanto]]
* [[Bambang Trihatmodjo]]
* [[Siti Hediati Hariyadi]]
* [[Hutomo Mandala Putra]]
* [[Siti Hutami Endang Adiningsih]] }}
| parents =
| relatives = [[Keluarga Soeharto]]
| profession = {{Hlist|Tentara|politikus}}
| signature = Suharto signature.svg
| serviceyears = 1940–1974
| servicenumber = 10684<ref>{{cite web|url=https://news.detik.com/berita/d-4728173/sekondan-soeharto-di-pusaran-g30spki/2|title=Sekondan Soeharto di Pusaran G30S/PKI|date=30 September 2019|access-date=16 Juni 2023|website=detikNews|last=Mappapa|first=Pasti Liberti|quote=Latief sendiri mengaku anak buah langsung Soeharto sejak bertugas di Yogyakarta. [[Nomor Registrasi Pokok]] (NRP) keduanya berurutan. "NRP saya 10685, sedangkan NRP Pak Harto 10684, jadi saya selalu menempel di belakangnya.}}</ref>
| rank = [[File:23-TNI Army-GA.svg|25px| ]] [[Jenderal Besar]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]]
| branch = {{bulleted list|{{flagicon image|Flag of the Netherlands.svg}} [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] (1940—1942)|{{flagicon image|Flag of PETA (Pembela Tanah Air).svg}} [[Pembela Tanah Air|PETA]] (1942—1945)|{{flagicon image|Flag of the Indonesian Army.svg}} [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]] (1945—1974)}}
| unit = [[Infanteri]]
| battles = [[Revolusi Nasional Indonesia|Perang Kemerdekaan Indonesia]]{{tree list}}
** [[Pertempuran Ambarawa]]
** [[Serangan Umum 1 Maret]]
** [[Pemberontakan Darul Islam]]{{br}}
[[Operasi Trikora]]{{br}}[[Konfrontasi Indonesia-Malaysia]]
| party = {{parpolicon|Golongan Karya}}
| allegiance = {{bulleted list|{{flag|Hindia Belanda}} (1940—1942)|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1942—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1974)}}
| residence =
| alma_mater = {{Plainlist|
* Schakel Muhammadiyah Yogyakarta (1935—1938)
* Sekolah Bintara KNIL di [[Gombong]] (1940)
}}
}}
{{Seri Soeharto}}
 
'''Soeharto''' ({{lahirmati|[[Sedayu, Bantul|Sedayu]], [[Bantul]]|8|6|1921||27|1|2008}}) adalah [[Presiden Indonesia]] kedua yang menjabat sejak tahun 1968 sampai 1998. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai penjabat presiden sebelum akhirnya diangkat menjadi presiden. Secara luas ia dianggap sebagai [[kediktatoran militer|diktator militer]] oleh pengamat internasional. Soeharto memimpin Indonesia sebagai [[otoritarianisme|rezim otoriter]] sejak [[Transisi ke Orde Baru|kejatuhan]] pendahulunya [[Soekarno]] pada tahun 1967 hingga [[Kejatuhan Soeharto|pengunduran dirinya]] pada tahun 1998 menyusul [[kerusuhan Mei 1998|kerusuhan nasional]].<ref>{{cite web | title = Obituary: Suharto, former Indonesian dictator: 1921–2008 | date = 28 January 2008 | url = https://www.theguardian.com/world/2008/jan/27/obituaries.johngittings | work = The Guardian | last = Gittings | first = John | access-date = 17 December 2016 | archive-date = 14 December 2018 | archive-url = https://web.archive.org/web/20181214164141/https://www.theguardian.com/world/2008/jan/27/obituaries.johngittings | url-status = live }}</ref><ref>{{cite web | title = Is Indonesia's Reformasi a success, 20 years after Suharto? | date = 19 May 2018 | work = South China Morning Post | last = Hutton | first = Jeffrey | url = https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/2146838/indonesias-reformasi-success-20-years-after-suharto | quote = ...would topple the dictator Suharto. | access-date = 14 December 2018 | archive-date = 13 April 2022 | archive-url = https://web.archive.org/web/20220413020721/https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/2146838/indonesias-reformasi-success-20-years-after-suharto | url-status = live }}</ref> Kediktatorannya selama 32 tahun dianggap sebagai salah satu kediktatoran paling brutal dan korup di abad ke-20.<ref>{{Cite news |last=Berger |first=Marilyn |date=28 January 2008 |title=Suharto Dies at 86; Indonesian Dictator Brought Order and Bloodshed |language=en-US |work=The New York Times |url=https://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28suharto.html |access-date= |issn=0362-4331 |archive-date=2 December 2018 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181202231503/https://www.nytimes.com/2008/01/28/world/asia/28suharto.html |url-status=live }}</ref><ref>{{harvp|Wiranto|2011| p = 24}}.<br />{{cite book | last1 = Forrester | first1 = Geoff | last2 = May | first2 = R.J. | title = The Fall of Soeharto | date = 1998 | publisher = C. Hurst and Co. | location = Bathurst, Australia | isbn = 1-86333-168-9}}</ref>
 
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa [[Hindia Belanda]] dan [[Kekaisaran Jepang]], dengan pangkat terakhir [[Mayor Jenderal]]. Setelah [[Gerakan 30 September]] [[1965]], Soeharto kemudian melakukan operasi penertiban dan pengamanan atas perintah dari Presiden Soekarno, salah satu yang dilakukannya adalah dengan menumpas [[Gerakan 30 September]] dan menyatakan bahwa [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] sebagai organisasi terlarang. Berbagai kontroversi menyebut operasi ini menewaskan sekitar 100.000 hingga 2 juta jiwa.<ref>{{cite journal |title=Unresolved Problems in the Indonesian Killings of 1965–1966 |first=Robert |last=Cribb |journal=Asian Survey |volume=42 |issue=4 |date=2002 |pages=550–563 |doi=10.1525/as.2002.42.4.550}}</ref><ref>Friend (2003), pages 107–109; {{cite video |people =Chris Hilton (writer and director) |title =Shadowplay |medium =Television documentary |publisher =Vagabond Films and Hilton Cordell Productions |year=2001 }}; Ricklefs (1991), pages 280–283, 284, 287–290</ref>
 
Soeharto kemudian diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sebagai Presiden pada 26 Maret 1968<ref>{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2019/03/26/18242931/26-maret-1968-saat-soeharto-ditunjuk-gantikan-soekarno-jadi-presiden|title=26 Maret 1968, Saat Soeharto Ditunjuk Gantikan Soekarno Jadi Presiden|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-06-19|archive-date=2019-06-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20190619154935/https://nasional.kompas.com/read/2019/03/26/18242931/26-maret-1968-saat-soeharto-ditunjuk-gantikan-soekarno-jadi-presiden|dead-url=no|editor-last=Galih|editor-first=Bayu|first=Aswab Nanda|last=Prattama}}</ref> menggantikan [[Soekarno]], dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat|MPR]] pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya [[kerusuhan Mei 1998]] dan [[pendudukan gedung DPR/MPR]] oleh ribuan [[mahasiswa]]. Ia merupakan orang terlama yang menjabat sebagai presiden Indonesia. Soeharto digantikan oleh [[B.J. Habibie]].
 
Soeharto juga merupakan sosok yang kontroversial karena [[Diskriminasi terhadap Tionghoa-Indonesia|membatasi kebebasan]] warga negara Indonesia keturunan [[Tionghoa]], [[pendudukan Indonesia di Timor Leste|menduduki]] [[Timor Timur]], pemaksaan asas tunggal [[Pancasila]] di berbagai bidang, dan disebut sebagai salah satu rezim paling korup dalam sejarah dunia modern. Menurut [[Transparency International]], estimasi kerugian negara adalah sekitar 15–35 miliar [[dolar Amerika Serikat]] selama pemerintahannya.<ref>{{cite news | url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3567745.stm | title=Suharto tops corruption rankings | work=BBC News | date=25 March 2004 | accessdate=4 February 2006 | archive-date=2020-11-13 | archive-url=https://web.archive.org/web/20201113042444/http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3567745.stm | dead-url=no }}</ref> Namun, hal ini tidak berhasil dibuktikan, bahkan [[Majalah Time|Majalah ''Time'']] kalah dalam gugatan <ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/4049227/12-tahun-lalu-soeharto-menang-lawan-majalah-time|title=12 Tahun Lalu, Soeharto Menang Lawan Majalah Time|date=2019-08-30|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2019-12-16|archive-date=2019-12-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20191223115012/https://m.liputan6.com/news/read/4049227/12-tahun-lalu-soeharto-menang-lawan-majalah-time|dead-url=no|last=Liputan6.com|editor-last2=Linawati|editor-first2=Mevi|editor-last=Salim|editor-first=Hanz Jimenez}}</ref> dan usaha lain untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di [[Jakarta]] pada tanggal 27 Januari 2008.
 
== Keluarga ==
 
=== Orang Tua ===
[[Berkas:Lukisan Ny Soekirah Ibunda Presiden Soeharto.jpg|jmpl|Lukisan Ny Sukirah, Ibu Kandung Soeharto.]]
{{utama|Keluarga Soeharto}}
Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 dari seorang wanita yang merupakan ibunya, yang bernama Sukirah di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, [[Kabupaten Bantul|Bantul]], [[Yogyakarta]]. Kelahiran itu dibantu dukun beranak bernama Mbah Kromodiryo yang juga adalah adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono.<ref>{{cite web|url=https://blogs.unpad.ac.id/maharani/biografi-presiden-soeharto/|title=Biografi Soeharto|website=blogs.unpad.ac.id/maharani|access-date=01 Juni 2023|language=id}}</ref>
 
Dalam autobiografinya, ''Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya,'' yang disusun G. Dwipayana, Sukirah digambarkan oleh Soeharto sebagai ibu muda yang sedang sulit memikirkan masalah-masalah rumah tangga. Namun, banyak catatan di buku-buku sejarah Soeharto lain yang banyak menyebutkan Sukirah sedang mengalami masalah mental yang amat sulit.<ref name="soeharto">{{Cite web|url=http://vindictivesquad.blogspot.co.id/2012/06/secuil-kisah-tentang-mantan-presiden.html|title=secuil kisah tentang mantan presiden Soeharto|access-date=2015-10-24|archive-date=2016-05-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20160531163618/http://vindictivesquad.blogspot.co.id/2012/06/secuil-kisah-tentang-mantan-presiden.html|dead-url=yes}}</ref> Sebelum Soeharto (yang lahir 8 Juni 1921) berumur 40 hari, Sukirah harus menghadapi talak suaminya, Kertosudiro.<ref>{{Cite web|url=https://soeharto.co/akar-saya-dari-desa/|title=Akar Saya Dari Desa|date=2013-09-27|website=soeharto.co|language=id|access-date=2019-11-4|archive-date=2019-10-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20191011123024/https://soeharto.co/akar-saya-dari-desa/|dead-url=no}}</ref>
 
Kertosudiro, seorang mantri ''ulu-ulu'' (pengatur irigasi) miskin yang kelak sebagai ayah Soeharto, tidak memainkan peran banyak dalam kehidupan Soeharto. Bahkan, banyak pengamat Soeharto, seperti R.E. Elson, beberapa biografer dan orang dekatnya, termasuk mantan Menteri Penerangan yang dekat dengan Soeharto, Mashuri, meyakini bahwa Kertosudiro bukanlah ayah kandung Soeharto.<ref name="soeharto" /> Pada tahun 1974, pernah muncul pemberitaan yang menghebohkan dari majalah gosip bernama ‘POP’ dengan liputan yang menurunkan kisah lama yang beredar bahwa Soeharto adalah anak dari Padmodipuro, seorang bangsawan dari trah Hamengkubowono II.<ref name="soeharto" /> Soeharto kecil yang berumur 6 tahun dibuang ke desa dan diasuh oleh Kertosudiro. Hal ini kemudian dibantah keras oleh Soeharto. Dengan separuh murka, Soeharto mengadakan konferensi pers di Bina Graha bahwa liputan mengenai asal usul dirinya yang anak bangsawan bisa saja merupakan tunggangan untuk melakukan subversif. Soeharto dengan caranya sendiri ingin mengesankan bahwa dia adalah anak desa.<ref name="soeharto" />
 
Ketidakjelasan asal-usul Soeharto secara genealogi sampai sekarang masih belum terpecahkan.<ref name="soeharto" /> Namun, dari semua itu, bayi Soeharto berada di dunia dengan kondisi keluarga yang kurang menguntungkan. Sukirah yang tertekan dan senang bertapa pernah ditemukan hampir mati di suatu tempat karena memaksa dirinya berpuasa ''ngebleng'' (tidak makan dan minum selama 40 hari) di suatu tempat yang tersembunyi, dan hilangnya sempat pernah membuat panik penduduk desa Kemusuk sehingga para penduduk mencarinya.<ref name="soeharto" /> Sadar dengan kondisi Sukirah yang kurang baik, keluarga Sukirah akhirnya memutuskan untuk menyerahkan pengurusan bayi Soeharto kepada kakak perempuan Kertosudiro.<ref name="soeharto" />
 
Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, [[Probosutedjo]].
 
=== Istri dan anak-anak ===
[[Berkas:Suharto family.jpg|jmpl|Foto keluarga Soeharto]]
{{utama|Keluarga Soeharto}}
Pada bulan Oktober 1947, Soeharto didatangi oleh keluarga Prawirowihardjo yang tidak lain merupakan paman sekaligus orang tua angkatnya. Mereka berencana menjodohkan Soeharto dengan [[Siti Hartinah|Raden Ayu Siti Hartinah]], anak KRMT Soemoharyomo. Soemoharyomo adalah seorang Wedana di [[Solo]]. Soeharto yang kala itu sudah berusia 26 tahun mengaku belum memiliki calon, bahkan ia juga belum pernah menjalin hubungan asmara dengan wanita manapun. Keluarganya khawatir jika Soeharto bakal menjadi bujang lapuk, mengingat mereka telah lama mengenal sifat Soeharto yang sangat pendiam, pasif dan cenderung pemalu. Akhirnya, rencana perjodohan keluarga Prawirodihardjo tersebut berjalan dengan lancar.<ref>{{Cite web|title=Disebut Pendiam dan Pemalu, Kehidupan Asmara Pak Harto Ternyata Tidak Semulus Kariernya|url=https://kaltim.tribunnews.com/2017/04/09/disebut-pendiam-dan-pemalu-kehidupan-asmara-pak-harto-ternyata-tidak-semulus-kariernya|website=Tribunkaltim.co|language=id-ID|access-date=2022-12-15|archive-date=2023-03-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230324032930/https://kaltim.tribunnews.com/2017/04/09/disebut-pendiam-dan-pemalu-kehidupan-asmara-pak-harto-ternyata-tidak-semulus-kariernya|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Letkol Soeharto Pada Tahun 1949.jpg|jmpl|Soeharto muda yang sibuk memperjuangkan kemerdekaan, sehingga tak sempat mencari pasangan.]]
Tanpa melalui proses pacaran, perkawinan antara Letnan Kolonel (Letkol) Soeharto dengan Siti Hartinah (yang kemudian dikenal dengan Tien Soeharto) segera dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo. Ketika itu, usia Soeharto 26 tahun, sedangkan [[Siti Hartinah]] berusia 24 tahun. Pasangan ini dikarunia enam putra-putri, yaitu [[Siti Hardijanti Rukmana|Siti Hardiyanti Hastuti]] (Tutut), [[Sigit Harjojudanto]], [[Bambang Trihatmodjo]], [[Siti Hediati Hariyadi|Siti Hediati Harijadi]] (Titiek), [[Hutomo Mandala Putra]] (Tommy), dan [[Siti Hutami Endang Adiningsih]] (Mamiek).<ref>{{Cite web|url=https://www.jawapos.com/nasional/pemilihan/21/07/2018/sah-anak-anak-pak-harto-berkumpul-di-partai-berkarya//|title=Sah Anak_Anak Pak Harti Berkumpul di Partai Berkarya|date=2018-07-21|website=jawapos.com|language=id|access-date=2019-11-4|archive-date=2019-11-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20191104042837/https://www.jawapos.com/nasional/pemilihan/21/07/2018/sah-anak-anak-pak-harto-berkumpul-di-partai-berkarya/|dead-url=no}}</ref>.
 
== Kehidupan awal ==
 
=== Masa kecil dan pendidikan ===
[[Berkas:Tempat Presiden Soeharto Lahir di Dusun Kemusuk Yogyakarta By Dany Hilmi Amrullah.jpg|jmpl|Lokasi Soeharto dilahirkan, Dusun Kemusuk, [[Yogyakarta]] pada tahun 1921.]]
Soeharto tidak seperti anak desa lainnya yang harus bekerja di sawah. Dalam usia yang sangat muda, ia disekolahkan oleh Kertosudiro.<ref name="soeharto" /> Tidak ada berita-berita mengenai masa Soeharto di [[Sekolah Rakyat]] (setingkat SD). Kesan Soeharto pada masa SD itu hanya pada ingatannya tentang kerbau-kerbaunya. Dunia Soeharto hanya berkutat pada penggembalaan kerbau, jauh dari cerita-cerita anak yang didapat dari buku-buku yang kerap dibaca anak-anak SD. Hal ini berbeda misalnya dengan cerita Soekarno sewaktu dia masih di SD yang banyak berkisah tentang masa sekolahnya dan apa yang dibacanya, begitu juga dengan Hatta dan Sjahrir yang sejak kecil sudah akrab dengan [[Karl May]] atau cerita dari novel-novel [[Charles Dickens]].<ref name="soeharto" />
 
Masa kecil Soeharto begitu banyak menyimpan kenangan pahit. Bukan hanya pahit, tapi juga menyakitkan hatinya. Seperti yang dialaminya saat SD, Soeharto kerap menjadi korban perundungan dari kawan-kawannya. Kelak, walau sudah berpuluh-puluh tahun perundungan itu masih terekam dikepalanya. Seperti, ejekan ''"Den Bagus tahi mabul! Den Bagus tahi mabul"'' dan ''"Harto sirah gede!"''. Hal tersebut membuat Soeharto kecil dikenal sebagai siswa yang sangat pendiam dan tertutup, bahkan paling pendiam diantara kawan-kawan sekolahnya pada kala itu. Selain dengan kawan-kawannya, kenangan menyakitkan juga ia alami dengan buyutnya, Mbah Notosudiro yang memperlakukan Soeharto kecil berbeda dari saudara-saudaranya yang lain. Kenangan pahit dan menyakitkan yang dialami Soeharto kecil, membuatnya bertekad keras untuk menjadi orang yang kaya dan berkedudukan tinggi di masa depan.<ref name="Jejak Masa Kecil Soeharto Bocah Bertelanjang Dada Yang Sampai Ke Istana">{{Cite web |url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/06/08/jejak-masa-kecil-soeharto-bocah-bertelanjang-dada-yang-sampai-ke-istana |title=Salinan arsip |access-date=2022-04-30 |archive-date=2022-05-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220520070937/https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/06/08/jejak-masa-kecil-soeharto-bocah-bertelanjang-dada-yang-sampai-ke-istana |dead-url=no }}</ref>
 
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran ibu dan ayah tirinya, Pramono, pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke [[Wuryantoro, Wonogiri]], Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya.
 
Kegemaran bertani tumbuh selama Soeharto menetap di Wuryantoro. Di bawah bimbingan pamannya yang mantri tani, Soeharto menjadi paham dan menekuni pertanian. Sepulang sekolah, Soeharto belajar mengaji di langgar bersama teman-temannya, bahkan dilakukan sampai semalam suntuk. Ia juga aktif di kepanduan [[Hizbul Wathan]] dan mulai mengenal para pahlawan seperti [[Kartini|Raden Ajeng Kartini]] dan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]] dari sebuah koran yang sampai ke desa.
 
Setamat Sekolah Rendah (SR) empat tahun, Soeharto disekolahkan oleh orang tuanya ke sekolah lanjutan rendah di Wonogiri. Setelah berusia 14 tahun, Soeharto tinggal di rumah Hardjowijono. Hardjowijono adalah teman ayahnya yang merupakan pensiunan pegawai kereta api. Hardjowijono juga seorang pengikut setia Kiai Darjatmo, tokoh agama terkemuka di Wonogiri waktu itu.
 
Karena sering diajak, Soeharto sering membantu Kiai Darjatmo membuat resep obat tradisional untuk mengobati orang sakit. Pada tahun 1935 Soeharto kembali ke kampung asalnya, Kemusuk, untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Hal tersebut dilakukannya karena di sekolah itu siswanya boleh mengenakan sarung dan tanpa memakai alas kaki (sepatu). Pada masa ini Soeharto yang ''kulino meneng'' (pendiam) hanya memiliki satu sahabat karib, yaitu Sulardi, adik sepupunya, saudara kandung [[Sudwikatmono]] dan teman sekelas Ibu [[Tien Soeharto]] saat bersekolah di Ongko Loro. Sulardi setia menemaninya bermain dan berpetualang seperti anak desa di waktu itu.
 
=== Riwayat Pekerjaan ===
Setamat SMP pada tahun 1938, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari, tetapi gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Ia pun mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu klerek/ clerk (pegawai) pada sebuah Bank Desa (Volks Bank), Soeharto pun bekerja dengan mengikuti sang klerek berkeliling kampung menggunakan sepeda dan pakaian Jawa lengkap, kain blankon serta baju beskap. Karirnya sebagai pembantu klerek pun tamat dalam waktu singkat ketika kainnya sobek usai turun dari sepeda yang sudah reot. Kain itu tersangkut pada sadel yang menonjol keluar. Padahal itu adalah satu-satunya kain yang bisa dipakainya untuk bekerja. Saat itu dia dicela klerek dan dimarahi sang bibi, Ibu Prawirowihardjo. Sejak itu, Soeharto yang kelak memimpin Indonesia menjadi pengangguran lagi.<ref name="Kisah Soeharto Saat Jadi Pengangguran">{{Cite web |url=https://www.liputan6.com/news/read/2421905/kisah-soeharto-saat-jadi-pengangguran |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013230533/https://www.liputan6.com/news/read/2421905/kisah-soeharto-saat-jadi-pengangguran |dead-url=no }}</ref>
 
Hari-harinya diisi dengan kegiatan gotong-royong, membantu keluarga dan sesekali bekerja serabutan. Ia terus mencoba untuk melamar berbagai pekerjaan, seperti melamar menjadi pegawai kereta api hingga melamar sebagai pegawai bank milik Belanda di [[Semarang]], namun hasilnya selalu gagal.<ref name="Soeharto Kemiskinan Masa Muda dan Momentum G30S">{{Cite web |url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210608111234-32-651650/soeharto-kemiskinan-masa-muda-dan-momentum-g30s |title=Salinan arsip |access-date=2022-04-27 |archive-date=2022-04-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220427093703/https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210608111234-32-651650/soeharto-kemiskinan-masa-muda-dan-momentum-g30s |dead-url=no }}</ref> Pada masa inilah Soeharto terus mengasah kemampuan spiritualnya dengan cara menjalani tirakat, seperti berpuasa sebagai wujud laku prihatin.
 
Setelah bertahun-tahun mencari pekerjaan, Soeharto di ajak seorang temannya dari Wonogiri untuk mendaftar pada Angkatan Laut Kerajaan Belanda dengan posisi sebagai juru masak kapal, ia tidak terlalu tertarik pada posisi tersebut, terlebih pada saat yang bersamaan, yaitu awal tahun [[1940]] ia mendengar kabar akan di buka lowongan pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) ''Koninklijk Nederlands Indisce Leger'' ([[KNIL]]) atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di [[Bandung]]. Ia mencoba mendaftar, tetapi gagal. Cita-citanya menjadi perwira kandas pada saat itu, Soeharto pun kembali menganggur.<ref name="Masa masa sulit Soeharto sebelum masuk militer">{{Cite web |url=https://nasional.okezone.com/read/2021/07/05/337/2436000/masa-masa-sulit-soeharto-sebelum-masuk-militer |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013072303/https://nasional.okezone.com/read/2021/07/05/337/2436000/masa-masa-sulit-soeharto-sebelum-masuk-militer |dead-url=no }}</ref>
 
Soeharto tak putus asa, suatu hari pada pertengahan tahun 1940 ia membaca pengumuman penerimaan Bintara KNIL di [[Gombong]], [[Jawa Tengah]]. Ia mendaftarkan diri dan diterima, ia resmi menjadi tentara pada usia 21 tahun (1942). Waktu itu, ia hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan karena Belanda menyerah kepada Jepang. Sersan Soeharto kemudian pulang ke Dusun Kemusuk. Justru di sinilah, karier militernya dimulai.
 
=== Karier militer ===
[[Berkas:Mayor Soeharto Saat Menjadi Komandan Resimen Tahun 1946.Jpg|jmpl|Mayor Soeharto pada tahun 1946, ketika itu menjabat Komandan Resimen di [[Yogyakarta]].]]
 
Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Jawa Tengah]]. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat [[kopral]]. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong. Soeharto resmi bergabung dengan pasukan kolonial [[Belanda]], [[KNIL]] saat [[Perang Dunia II]] sedang berkecamuk. Ia dikirim ke [[Bandung]] untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu dengan pangkat sersan.<ref name="Masa masa sulit Soeharto sebelum masuk militer"/>
 
Nasib Soeharto kembali apes, tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Berakhir pulalah kiprahnya di KNIL. Soeharto pun kembali menumpang di rumah bibinya di Wuryantoro, ia kembali menganggur. Pada rentang waktu ini, Soeharto terserang penyakit malaria yang menyebabkan dirinya harus dirawat lama di rumah sakit. Setelah pulih, karena tak memiliki uang dan tidak enak hanya sekedar menumpang, Soeharto meminta bantuan sang paman, Prawirowihardjo yang berprofesi sebagai penyuluh (mantri) tani untuk mencarikannya pekerjaan. Namun, sang paman hanya dapat memberikannya pekerjaan sekedar untuk mendampingi dan mempersiapkan keperluan pekerjaan pamannya sebagai penyuluh pertanian. Soeharto menerima dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk mempelajari Ilmu Pertanian dari sang paman, meski dalam waktu yang singkat.<ref name="Soeharto Pribadi Tangguh Pantang Mengeluh">{{Cite web |url=https://news.detik.com/berita/d-599748/soeharto-pribadi-tangguh-pantang-mengeluh |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013083258/https://news.detik.com/berita/d-599748/soeharto-pribadi-tangguh-pantang-mengeluh |dead-url=no }}</ref>
 
Bosan menganggur, Soeharto mencoba mendaftar jadi Keibuho atau polisi Jepang pada November 1942. Ia mengaku sedikit takut jika identitasnya sebagai bekas tentara Belanda ketahuan. Tetapi akhirnya memberanikan diri mendaftar dan diterima. Dengan cerdik dan hati-hati ia berusaha keras untuk menyembunyikan identitasnya sebagai bekas tentara Belanda. Soeharto lulus pendidikan polisi sebagai salah satu lulusan terbaik. Jelas saja, ia sudah mahir karena pernah mengikuti pendidikan bintara KNIL Belanda.<ref name="Saat daftar tentara PETA, Soeharto takut rahasianya ketahuan">{{Cite web |url=https://www.merdeka.com/peristiwa/saat-daftar-tentara-peta-soeharto-takut-rahasianya-ketahuan.html |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013084756/https://www.merdeka.com/peristiwa/saat-daftar-tentara-peta-soeharto-takut-rahasianya-ketahuan.html |dead-url=no }}</ref>
 
Saat itulah atasan Soeharto di kepolisian memberi tahu ada pendaftaran Tentara [[Pembela Tanah Air]] (PETA), pasukan militer yang disponsori [[Jepang]]. Perwira Jepang itu menyarankan Soeharto mendaftar masuk PETA, ia kemudian menjadi perwira magang/pembantu letnan yang berdinas di [[Karanganyar, Kebumen]]. Setelah masa percobaannya selesai dan dianggap layak, ia pun mengikuti pendidikan militer lanjutan di [[Bogor]], [[Jawa Barat]], ia diangkat menjadi Chudancho (komandan [[kompi]] ). Di asrama Peta Bogor ia tinggal bersama-sama dengan Shodancho Singgih, Putra Panji Singgih teman seperjuangan Soekarno. Berikutnya sebagai Chudanco di Seibu, markas besar PETA di [[Solo]], kemudian dimutasi ke Kaki [[Gunung Wilis]] di desa Brebeg Selatan Madiun untuk melatih prajurit PETA.<ref name="Kisah Soeharto yang Tidak Tahu Bung Karno Kumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia">{{Cite web |url=https://daerah.sindonews.com/read/858305/29/kisah-soeharto-yang-tidak-tahu-bung-karno-kumandangkan-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-1660694893/10 |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013083257/https://daerah.sindonews.com/read/858305/29/kisah-soeharto-yang-tidak-tahu-bung-karno-kumandangkan-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-1660694893/10 |dead-url=no }}</ref>
 
Pada 17 Agustus 1945 Indonesia resmi mengumumkan kemerdekaan, Soeharto kemudian secara resmi diangkat menjadi anggota [[TNI]] per 5 Oktober [[1945]] dengan pangkat letnan. Tidak lama kemudian, berkat reputasi dan pengalamannya di [[PETA]], Ia kemudian ditunjuk sebagai komandan batalion dengan pangkat mayor. Pada tahun 1946, pangkatnya kembali naik menjadi komandan resimen yang berpangkat letnan kolonel atau overste.<ref name="Tokoh Soeharto">{{Cite web |url=https://tni.mil.id/tokoh-9-soeharto.html |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013121459/https://tni.mil.id/tokoh-9-soeharto.html |dead-url=no }}</ref>
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Perang Kemerdekaan]] berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat [[letnan]] [[kolonel]]. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan [[Andi Azis]] di [[Sulawesi]]. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor [[Kota Makassar]] yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.
 
Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam [[Serangan Umum 1 Maret|serangan umum]] yang berhasil menduduki [[Kota Yogyakarta]] selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran [[Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] kepada [[Soedirman|Panglima Besar Soedirman]] bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di [[Yogyakarta]] dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa [[Republik Indonesia]] (RI) masih ada.
 
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953). Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV/Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV/Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi [[kolonel]].
 
Lembaran hitam juga sempat mewarnai perjalanan militernya. Ia pernah dipecat oleh Jenderal [[Nasution]] sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan terjadi pada 17 Oktober 1959 tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di [[Jawa Tengah]]. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel [[Ahmad Yani]].<ref name="Persinggungan Soeharto dengan Para Pahlawan Revolusi">{{Cite web |url=https://tirto.id/persinggungan-soeharto-dengan-para-pahlawan-revolusi-bXsU |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013114017/https://tirto.id/persinggungan-soeharto-dengan-para-pahlawan-revolusi-bXsU |dead-url=no }}</ref> Atas saran Jenderal [[Gatot Soebroto]] saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat ([[Seskoad]]) di [[Bandung]], [[Jawa Barat]]. Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di [[Bandung]]. Sebenarnya, secara kepangkatan Soeharto sudah terlambat untuk mengikuti kursus tersebut, pada saat itu Kursus SSKAD biasanya di ikuti oleh perwira yang berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) yang akan naik pangkat menjadi Kolonel.
 
Pangkat Soeharto dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960. Ia berhasil meraih bintang di pundaknya, meski sebelum lulus kursus di SSKAD hanya pernah mengenyam pendidikan militer setingkat bintara. Banyak para Jenderal kala itu meragukan kualitas intelektualnya untuk menjadi Jenderal. Namun, Soeharto juga dikenal sebagai seorang perwira lapangan yang handal selama masa perjuangan dengan kekuatannya, yaitu pengalaman, kecerdikan, intuisi, kepemimpinan, kecerdasan emosi hingga kejelian/keberuntungannya dalam membaca setiap kesempatan, meskipun Ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal/informal yang memadai atau kursus militer di luar negeri. Akhirnya, atas peran Letnan Jenderal Gatot Soebroto Ia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat.<ref name="Bung Karno Sudah Meramal Pak Harto Sebagai Penggantinya">{{Cite web |url=https://www.bilikmisteri.web.id/4144/bung-karno-sudah-meramal-pak-harto-sebagai-penggantinya.html |title=Salinan arsip |access-date=2022-10-13 |archive-date=2022-10-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221013114021/https://www.bilikmisteri.web.id/4144/bung-karno-sudah-meramal-pak-harto-sebagai-penggantinya.html |dead-url=no }}</ref>
 
Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di [[Beograd]] ([[Yugoslavia]]), [[Paris]] ([[Perancis]]), dan [[Bonn]] ([[Jerman Barat]]). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal (1 Januari 1962) dan menjadi Panglima [[Komando Mandala]] [[Pembebasan Irian Barat]] dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar. Sepulang dari kawasan Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal [[Abdul Haris Nasution]].
 
Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. Sekitar setahun kemudian, tepatnya, 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Kemudian ia diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963. Mayor Jenderal Soeharto lalu dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi [[Gerakan 30 September|G-30-S]] yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI.
 
[[Berkas:Panglima Mandala Mayjen Soeharto.jpg|jmpl|Mayor Jenderal Soeharto pada tahun 1962, ketika itu menjabat Panglima Komando Mandala.]]
 
=== Riwayat pekerjaan ===
* Pembantu Klerek Bank Desa (Volk-Bank) di Kemusuk, Yogyakarta (1938)
* Siswa Sekolah Bintara KNIL di Gombong (1940—1942)
* Tentara Cadangan Markas Besar Angkatan Darat KNIL (1942)
* Pembantu/asisten Mantri Tani di Wuryantoro, Wonogiri (1942)
* Siswa Keibuho (Polisi Jepang) Jepang (1942)
* Komandan Regu dan Pembantu Perwira PETA di Karanganyar, Kebumen (1942—1943)
* Siswa Pendidikan Militer Lanjutan PETA di Bogor (1943—1944)
* Komandan Pleton (Shudanco) PETA di Glagah, Wates (1944)
* Komandan Kompi (Chodanco) di Markas Besar PETA di Surakarta (1944)
* Komandan Kompi (Chodanco) Perwira pendidik PETA di Desa Brebeg, Jawa Timur (1944—1945)
* Letnan di Brigade Mataram, Yogyakarta (1945)
* Komandan Batalyon infanteri di Kebumen dengan pangkat Kapten - Mayor (1945—1946)
* Komandan Batalyon X di bawah Divisi IX di Yogyakarta dengan pangkat Mayor (1946—1948)
* Komandan Brigade Mataram - Wehrkreise III di Yogyakarta dengan pangkat Letnan Kolonel (1948—1950)
* Komandan Komando Resimen Salatiga dengan pangkat Letnan Kolonel (1950—1953)
* Komandan Resimen Infanteri 15 di Solo dengan pangkat Letnan Kolonel (1953—1956)
* Kepala Staf Teritorium IV/Diponegoro di Semarang dengan pangkat Letnan Kolonel (1956—1957)
* Panglima Teritorium IV/Diponegoro di Semarang dengan pangkat Kolonel (1957—1959)
* Siswa Sekolah Staf Komando Angkatan Darat/SSKAD (1959—1960)
* Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat dengan pangkat Brigadir Jenderal (1960—1961)
* Panglima Corps Tentara Cadangan Umum Angkatan Darat/CADUAD dengan pangkat Brigadir Jenderal (1961)
* Atase Militer/Hankam di Beograd, Yugoslavia (1961)
* Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan pangkat Mayor Jenderal (1962)
* Panglima Komando Strategis Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal (1962—1965)
* Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal - Letnan Jenderal (1965—1968)
* Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/Kopkamtib (1965—1969)
* Ketua Presidium Kabinet Ampera I (1966—1967)
* Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI merangkap Menteri Pertahanan dengan pangkat Jenderal (1968—1973)
* Penjabat Presiden Republik Indonesia (1967—1968)
* Presiden Republik Indonesia (1968—1998)
* Sekertaris Jenderal Gerakan Non Blok (1992—1995)
 
== Presiden (1966-1998) ==
{{Noref section}}
{{taknetral}}
{{PemimpinIndonesia}}
{{utama|Gerakan 30 September}}
[[Berkas:Jenderal TNI Soeharto.png|jmpl|Pasca terjadinya Peristiwa [[G30S]], Mayjen TNI Soeharto mulai masuk ke dalam kabinet. Pada 14 Oktober 1965, ia ditunjuk oleh [[Soekarno|Presiden Soekarno]] untuk menjabat sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|Menteri Panglima Angkatan Darat]].]]
Pada pagi hari [[1 Oktober]] [[1965]], beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, [[Cakrabirawa|Tjakrabirawa]] di bawah Letnan Kolonel [[Untung Syamsuri]] bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jendral. Pada peristiwa itu Jendral [[A.H. Nasution]] yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jendral Soeharto, meski menjadi sebuah pertanyaan apakah Soeharto ini terlibat atau tidak dalam peristiwa yang dikenal sebagai [[Gerakan 30 September|G-30-S]] itu. Beberapa sumber mengatakan, Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung oleh [[CIA]] yang direncanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada "Hari ABRI", 5 Oktober 1965 oleh badan militer yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal.
 
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, [[Cakrabirawa|Tjakrabirawa]] di bawah Letnan Kolonel [[Untung Syamsuri]] bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jenderal. Pada peristiwa itu Jenderal [[A.H. Nasution]] yang menjabat sebagai [[Menteri]] Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jenderal Soeharto. Mayor Jenderal Soeharto tidak masuk target Gerakan 30 September 1965 atau [[Gerakan 30 September|G-30-S]] PKI karena dia bukan termasuk Jenderal yang secara terbuka menolak permintaan PKI untuk mempersenjatai angkatan ke-5, selain itu Soeharto adalah Jenderal yang tidak diperhitungkan baik oleh pimpinan PKI maupun rekannya di militer ia hanya dianggap sebagai pengikut Jenderal A.H. Nasution yang tidak memiliki potensi untuk memukul percobaan kudeta tersebut.<ref>{{Cite news|url=https://news.okezone.com/read/2016/06/01/337/1403718/ini-alasan-pki-tak-incar-soeharto-di-peristiwa-1965|title=Ini Alasan PKI Tak Incar Soeharto di Peristiwa 1965|last=Khoemaeni|work=[[Okezone.com]]|language=id-ID|access-date=2019-07-17|archive-date=2019-07-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20190717030331/https://news.okezone.com/read/2016/06/01/337/1403718/ini-alasan-pki-tak-incar-soeharto-di-peristiwa-1965|dead-url=no|first=Syamsul Anwar}}</ref> Dalam pandangan [[DN Aidit]], Soeharto hanyalah seorang Jenderal pendiam, penganut kejawen, tidak mengerti politik, opportunis dan tidak punya banyak kawan maupun jaringan, terlebih taraf internasional. Pandangan tersebut beralasan, karena banyak orang memandang Soeharto sebagai Jenderal berpendidikan rendah dibanding Jenderal lainnya yang bahkan banyak di sekolahkan ke luar negeri oleh Soekarno atau A.H. Nasution. Presiden Soekarno pun awalnya memandang remeh Soeharto sebagai seorang Jenderal yang sekedar keras kepala, kaku, kuno, dan sangat pendiam. Hal tersebut di buktikan Soekarno yang sebenarnya memilih Mayjen [[Pranoto Reksosamudro]] sebagai pengganti Jenderal [[Ahmad Yani]], ketimbang Soeharto yang lebih senior dari Pranoto.
 
Beberapa sumber mengatakan, motif Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung oleh [[CIA]] yang direncalanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada "Hari ABRI", 5 Oktober 1965 oleh badan [[militer]] yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal. Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan [[Jakarta]], menurut versi resmi sejarah pada masa [[Orde Baru]], terutama setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima [[Kostrad]] yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret ([[Supersemar]]) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Keputusan yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga ''terlibat'' G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara [[Omar Dhani]] yang dinilai pro-Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan [[eksekutif]]. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur [[komunis]] (PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di [[Indonesia]] yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu "tersangka komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas [[Tionghoa Indonesia]]. Soeharto dikatakan menerima dukungan [[CIA]] dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar "operasi komunis" Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer Indonesia. Been Huang, bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: "Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di ''State Department's Bureau of Intelligence and Research'' di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya."<sup>1</sup> Dia mengakhiri konfrontasi dengan [[Malaysia]] dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
 
Setelah dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Tepat 11 Maret 1966, dia menerima [[Surat Perintah Sebelas Maret]] (Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal, yaitu Basuki Rachmat, Amir Machmud, dan M Jusuf. Isi Supersemar adalah memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi agar mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi. Sehari kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia.
 
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967, Soeharto yang telah menerima kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat pada 1 Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967. Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Melalui Sidang Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
 
Jenderal Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno ([[NAWAKSARA]]) ditolak MPRS. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan. Pada 1 Juni 1968 Lama. Mulai saat ini dikenal istilah ''[[Orde Baru]]''. Susunan kabinet yang diumumkan pada 10 Juni 1968 diberi nama Kabinet Pembangunan "Rencana Pembangunan Lima Tahun" I. Pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Soebroto, Dr Emil Salim, Drs Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro.
 
Pada 3 Juli 1971, presiden mengangkat 100 anggota DPR dari Angkatan Bersenjata dan memberikan 9 kursi wakil Provinsi Irian Barat untuk wakil dari Golkar. Setelah menggabungkan kekuatan-kekuatan partai politik, Soeharto dipilih kembali menjadi presiden oleh Sidang Umum MPR (Tap MPR No IX/MPR/1973) pada 23 Maret 1973 untuk jabatan yang kedua kali. Saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendampinginya sebagai wakil presiden.
 
Pada usia 55 tahun, Soeharto memasuki masa pensiun dari dinas militer (Keprres No 58/ABRI/1974). Pencapaian puncak di dunia politik turut melengkapi kisahnya hidupnya sebagai seorang penguasa. Setelah mencapai posisi pucuk di republik, geliat kekuasaanya mulai metampakkan taringnya. Pada 20 Januari 1978, Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu [[Kompas]], [[Sinar Harapan]], [[Merdeka]], [[Pelita]], The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Beberapa di antaranya kemudian meminta maaf kepada Soeharto.
Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan [[Jakarta]], menurut versi resmi sejarah pada masa [[Orde Baru]], terutama setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret ([[Supersemar]]) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga ''terlibat'' G-30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara [[Omar Dhani]] yang dinilai pro Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan [[eksekutif]]. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur [[komunis]] (PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di Indonesia yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu "tersangka komunis", kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas [[Tionghoa Indonesia]]. Soeharto dikatakan menerima dukungan [[CIA]] dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar "operasi komunis" Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer Indonesia. [[Been Huang]], bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: "Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat." Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di ''State Department's Bureau of Intelligence and Research'' di 1965: "Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya."<sup>1</sup> Dia mengakhiri konfrontasi dengan [[Malaysia]] dalam rangka membebaskan sumber daya di militer.
 
Pada 22 Maret 1978, Soeharto dilantik kembali presiden untuk periode ketiga kalinya dan Adam Malik sebagai wakil presiden. Sidang Umum MPR 1 Maret 1983 memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai presiden dan Umar Wirahadikusumah sebagai wakil presiden. Melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Jendral Soeharto akhirnya menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno ([[NAWAKSARA]]) ditolak MPRS pada tahun [[1967]], kemudian mendirikan apa yang disebut ''[[Orde Baru]]''.
Pada 16 Maret 1983, Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda, dan tiga pejabat setingkat menteri. Pada 1 Januari 1984, Presiden Soeharto mengisi formulir keanggotaan Golkar dan sejak itu ia resmi menjadi anggota Golkar.
 
Beberapa pengamat politik baik dalam negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto membersihkan [[parlemen]] dari [[komunis]], menyingkirkan [[serikat buruh]] dan meningkatkan [[sensor]]. Dia juga memutuskan [[hubungan diplomatik]] dengan [[Republik Rakyat Tiongkok]] dan menjalin hubungan dengan negara barat dan [[PBB]]. Dia menjadi penentu dalam semua keputusan politik.
 
JendralJenderal Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan intelijen -: Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ([[Kopkamtib]]) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam [[pembersihan]] massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut "[[musuh negara]]" dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai [[1990]]).
 
Diduga bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh [[CIA]]. Sebagai tambahan, [[CIA]] melacak nama dalam daftar ini ketika [[rezim]] Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari [[Pemerintah Amerika Serikat]] untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi [[Timor Timur]], dan terus berlangsung sampai akhir [[1990-an]]. Karena kekayaan sumber daya alamnya dan populasi [[konsumen]] yang besar, Indonesia dihargai sebagai [[rekan dagang]] [[Amerika Serikat]] dan begitu juga pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungimengunjungi Washington pada 1995 pejabat administratif Clinton dikutip di [[New York Times]] mengatakan bahwa Soeharto adalah "orang seperti kita" atau "orang golongan kita".
 
Pada [[12 Maret]] [[1967]] Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. PadaSetahun [[21kemudian, pada 27 Maret]] 1968 dia resmi terpilihdiangkat disebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun pertamanyayang sebagai Presidenpertama. Dia secara langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai [[Golkar]] menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. [[Indonesia]] juga menjadi salah satu pendiri [[ASEAN]].
 
Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasehatnasihat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai "[[mafia Berkeley]]". Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiridimungkiri. Peran [[SudjonoSoedjono HumardaniHoemardani]] sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini.
 
Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada [[Ali MurtopoMoertopo]] sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui [[fusi dalam sistem kepartaian]].
 
[[Berkas:Indonesia 1993 p50000r o.jpg|jmpl|kiri|200px|Gambar Presiden Soeharto pada uang pecahan 50.000, salah satu dari sedikit uang yang menampilkan tokoh yang masih hidup]]
==Meredam oposisi==
Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan.<ref>{{Cite web|url=https://indonesiainside.id/khazanah/2018/12/21/soeharto-mati-matian-bangun-sektor-pertanian|title=Soeharto Mati-matian Bangun Sektor Pertanian|date=2018-12-21|website=Indonesia Inside|language=id-ID|access-date=2020-01-20|archive-date=2020-06-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20200610215930/https://indonesiainside.id/khazanah/2018/12/21/soeharto-mati-matian-bangun-sektor-pertanian|dead-url=no}}</ref>
Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep [[dwifungsi]] untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen.
 
[[Berkas:President Suharto, 1973 (full).jpg|jmpl|kiri|200px|Foto resmi Presiden Soeharto untuk masa jabatan 1973–1978]]
“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton.<ref>{{Cite web|url=https://indonesiainside.id/news/humaniora/2019/01/28/berkaca-pada-revolusi-hijau-strategi-swasembada-pangan-pak-harto/|title=Berkaca pada Revolusi Hijau, Strategi Swasembada Pangan Pak Harto|date=2019-01-28|website=Indonesia Inside|language=en-US|access-date=2019-10-03|archive-date=2019-06-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20190621032910/https://indonesiainside.id/news/humaniora/2019/01/28/berkaca-pada-revolusi-hijau-strategi-swasembada-pangan-pak-harto/|dead-url=no}}</ref>
 
[[Berkas:Suharto 1978.jpg|jmpl|200px|Foto resmi Presiden Soeharto untuk masa jabatan 1978–1983]]
Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada [[Sudharmono]] setelah bersaing dengan DR H [[Djaelani Naro|Jaelani Naro]] SH Ketua Umum DPP PPP Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto.
 
[[Berkas:President Suharto, 1983.jpg|jmpl|kiri|200px|Foto resmi Presiden Soeharto untuk masa jabatan 1983–1988]]
[[Berkas:President Suharto, 1988.jpg|jmpl|200px|Foto resmi Presiden Soeharto untuk masa jabatan 1988–1993]]
[[File:President Suharto portrait 1988.jpg|thumb|upright|Foto resmi Presiden Soeharto yang terpampang di Istana Negara 1988-1998]]
 
Sebab itu, pada 14 September 1991, Presiden Soeharto menolak permintaan Amerika Serikat untuk memperoleh pangkalan militer di Indonesia setelah pindah dari Filipina. Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Kali ini, Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Setelah enam kali berturut-turut ditetapkan MPR sebagai presiden, Soeharto mulai menyatakan jika dirinya tidak berambisi menjadi presiden seumur hidup (12 Maret 1994). Pada kepemimpinannya periode ini, Presiden Soeharto memberhentikan Prof Dr Satrio Budiharjo Joedono selaku Menteri Perdagangan sebelum akhir masa jabatan (6 Desember 1995).
 
Soeharto yang mengawali kekuasaannya sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 dan menjadi presiden pada 27 Maret 1968 terus menggenggam jabatan itu selama 31 tahun. Semula ada yang memperkirakan bahwa Soeharto akan menolak pencalonannya kembali sebagai presiden untuk periode yang keenam pada tahun 1998 setelah istrinya meninggal dunia pada 28 April 1996. Perkiraan itu ternyata keliru. Ketika usianya mencapai 75 tahun, ia bukan saja bersedia untuk dicalonkan kembali tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode 1998–2003. Ia menerima penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jenderal Besar saat berusia 76 tahun (29 September 1997).
 
Pada 25 Juli 1996, Presiden Soeharto menerima PDI pimpinan Soerjadi dan menolak kepemimpinan Megawati Soekarnoputri untuk memimpin Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dua hari kemudian terjadi [[Peristiwa 27 Juli]].
 
== Upaya mengatasi krisis dan meredam oposisi ==
Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 menerpa juga ke Indonesia. Bahkan, krisis itu menerjang juga sektor krisis ekonomi. Pada 8 Oktober 1997, Presiden meminta bantuan IMF dan Bank Dunia untuk memperkuat sektor keuangan dan menyatakan badai pasti berlalu. Presiden minta seluruh rakyat tetap tabah dalam menghadapi gejolak krisis moneter (29 November 1997).<ref>{{Cite journal|last=Surapati|first=Putri Jasmine|last2=Maulidina|first2=Nada Nur|last3=Agustono|first3=Fayza Maritza Putri|last4=Pohan|first4=Hilda Ferira|date=2021-04-30|title=Comparative Analysis of President Soeharto and Kim Dae Jung's Policies in Overcoming the 1997 Economic Crisis based on Small Theory and Idiosyncratic Theory|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ks/article/view/11503|journal=Khazanah Sosial|volume=3|issue=2|pages=74–83|doi=10.15575/ks.v3i2.11503|issn=2715-8071|access-date=2023-01-07|archive-date=2023-01-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230107020302/https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ks/article/view/11503|dead-url=no}}</ref>
 
Di tengah krisis ekonomi yang parah dan adanya penolakan yang cukup tajam, pada 10 Maret 1998, MPR mengesahkan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Kali ini, Prof Ing BJ Habibie sebagai wakil presiden. Pada 17 Maret 1998, ia menyumbangkan seluruh gaji dan tunjangannya sebagai presiden dan meminta kerelaan para pejabat tinggi lainnya untuk menyerahkan gaji pokoknya selama satu tahun dalam rangka krisis moneter.
 
Menghadapi tuntutan untuk mundur, pada 1 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa reformasi akan dipersiapkan mulai tahun 2003. Ketika di Mesir pada 13 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan bersedia mundur kalau memang rakyat menghendaki dan tidak akan mempertahankan kedudukannya dengan kekuatan senjata. Sebelas menteri bidang ekonomi dan industri (ekuin) Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri (20 Mei 1998). Krisis moneter dan ekonomi benar-benar menggerogoti sistem kepemimpinannya. Dampaknya, Soeharto tidak bisa bertahan di pucuk kepemimpinan negeri.
 
Hanya berselang 70 hari setelah diangkat kembali menjadi presiden untuk periode yang ketujuh kalinya, Soeharto terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden. Presiden Soeharto lengser tepat 21 Mei 1998. Tepat pukul 09.00 WIB (Waktu Indonesia Barat), Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden. Layar kaca televisi saat itu menyiarkan secara langsung detik per detik proses pengunduran dirinya.
 
Tanggal 12-20 Mei 1998 menjadi periode yang teramat panjang. Bagaimanapun, masa-masa itu kekuasaannya semakin tergerus oleh berbagai aksi dan peristiwa. Aksi mahasiswa menyebar ke seantero negeri. Ribuan mahasiswa menggelar aksi keprihatinan di berbagai tempat. Mahasiswa Trisakti, Jakarta menggelar aksinya tidak jauh dari kampus mereka. Peserta aksi mulai keluar dari halaman kampus dan memasuki jalan arteri serta berniat datang ke Gedung MPR/DPR yang memang sangat stategis. Tanggal 12 Mei 1998 sore, terdengar siaran berita meninggalnya empat mahasiswa Trisakti.
 
Sehari kemudian, tanggal 13 Mei 1998, jenasah keempat mahasiswa yang tewas diberangkatkan ke kediaman masing-masing. Mahasiswa yang hadir menyanyikan lagu [[Gugur Bunga]]. Tewasnya para mahasiswa disiarkan secara luas melalui pemberitaan radio, televisi, dan surat kabar. Tewasnya keempat mahasiswa seakan sebagai ledakan suatu peristiwa yang lebih besar. Kamis, 14 Mei 1998, ibu kota negara (Jakarta) dilanda kerusuhan hebat. Tanggal 15 Mei 1998, pesawat yang membawa Presiden Soeharto dan rombongan mendarat menjelang pukul 05.00 WIB pagi di pangkalan udara utama TNI AU Halim Perdanakusuma dari kunjungan ke Kairo, Mesir untuk mengikuti Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15 (Group 15/G-15).
 
Tanggal 16 Mei 1998, Presiden mengadakan serangkaian pertemuan termasuk berkonsultasi dengan unsur pimpinan DPR. Tanggal 17 Mei 1998, Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Abdul Latief mengajukan surat pengunduran diri sebagai menteri. Tanggal 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa mendatangi Gedung MPR/DPR. Aksi tersebut berakhir seiring dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.
 
Mereka yang tewas adalah dua mahasiswa angkatan 1995 dan dua mahasiswa angkatan 1996. Angkatan 1995 terdiri dari Hery Hartanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin) dan Hafidhin Alifidin Royan (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin). Sedang, mahasiswa yang tewas angkatan 1996 adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen) .
 
Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep [[dwifungsi]] untuk memperoleh dukungan basis teoretis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen.
 
Sepak terjang Ali Murtopo dengan badan inteligennya mulai mengancam Soeharto. Persaingan antara Ali Moertopo dan [[Sumitro]] dipergunakan untuk menyingkirkan Ali. Namun Sumitro pun segera ditarik dari jabatannya dan kendali [[Kopkamtib]] dipegang langsung oleh Soeharto karena dianggap potensial mengancam. Beberapa bulan setelah peristiwa Malari sebanyak 12 surat kabar ditutup dan ratusan rakyat Indonesia termasuk mahasiswa ditangkap dan dipenjarakan.
 
Pada 1978 untuk mengeliminir [[gerakan mahasiswa]] maka segera diberlakukannya [[NKK/BKK]] (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Kebijakan ini ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan kegiatan mahasiswa dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat.
 
Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak lebih dari wayang-wayang Orde Baru.
 
Kemudian pada tahun 1979-19801979–1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis, yang tergabung dalam [[Petisi 50]], mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya, pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap pemerintahan Orde Baru.
 
== Puncak Orde Baru ==
[[Berkas:Pelantikan Presiden Soeharto.jpg|jmpl|Pelantikan Presiden Soeharto.]]
Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang umumnya berpendidikan barat dan liberal ([[Amerika Serikat]]) diangkat adalah lulusan [[Berkeley]] sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai ''[[Mafia Berkeley]]'' di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari negara-negara donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan [[IGGI]] yang diseponsori oleh pemerintah [[Belanda]]. Namun pada tahun [[1992]], IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus [[Timor Timur]] pasca [[Insiden Dili]]. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor [[CGI]] yang disponsori [[Perancis]]. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah [[PBB]] seperti [[UNICEF]], [[UNESCO]] dan [[WHO]]. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem ''trickle down effect'' (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska [[Krisis 1997]]. Dalam bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun [[1984]]. Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan [[Malaysia]], [[Filipina]] dan [[Thailand]], selain [[Singapura]], [[Taiwan]] dan [[Korea Selatan]].
Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang umumnya berpendidikan barat dan liberal ([[Amerika Serikat]]) diangkat adalah lulusan [[Berkeley]] sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai ''[[Mafia Berkeley]]'' di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari negara-negara donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan [[IGGI]] yang diseponsori oleh pemerintah [[Belanda]]. Namun pada tahun 1992, IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus [[Timor Timur]] pasca [[Insiden Dili]]. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor [[CGI]] yang disponsori [[Prancis]]. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada di bawah [[PBB]] seperti [[UNICEF]], [[UNESCO]] dan [[WHO]]. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem ''trickle down effect'' (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska [[Krisis 1997]]. Dalam bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun 1984. Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang mendekati negara-negara [[Industri]] Baru bersama dengan [[Malaysia]], [[Filipina]] dan [[Thailand]], selain [[Singapura]], [[Republik Tiongkok]], dan [[Korea Selatan]].
 
Di bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan [[partai politik|partai-partai politik]] sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik yakni [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP), [[Golongan Karya]] (Golkar) dan [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia sebagai akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan sistem multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap penyebab mandeknya pembangunan. Kemudian dikeluarkannnya UU Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik di mana muncullah istilah "mayoritas tunggal" di mana GOLKARGolkar dijadikan partai utama dan mengebirikan"mengebiri" dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan PEMILUpemilu. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun dapat diredam oleh sistem pada masa itu.
 
Seiring dengan naiknya taraf pendidikan pada masa pemerintahannya karena pertumbuhan ekonomi, muncullah berbagai kritik dan ketidakpuasan atas ketimpangan ketimpangan dalam pembangunan. Kesenjangan ekonomi, sosial dan politik memunculkan kalangan yang tidak puas dan menuntut perbaikan. Kemudian pada masa pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa kekerasan di masyarakat yang umumnya sarat kepentingan politik, selain memang karena ketidakpuasan dari masyarakat.
== Mundur dari jabatan presiden ==
{{utama|Kejatuhan Soeharto}}
[[File:Suharto 1998.jpg|jmpl|200px|Foto resmi Presiden Soeharto untuk masa jabatan 1998–2003]]
[[Berkas:Suharto resigns.jpg|jmpl|224x224px|Pada 21 Mei 1998, setelah tekanan politik besar dan beberapa demonstrasi, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi.]]
{{listen|title=Kejatuhan Presiden Soeharto|filename=Pidato Singkat Soeharto mengundurkan diri.ogg|description=Potongan pidato pengunduran diri Soeharto, Kamis 21 Mei 1998. |pos=right}}
 
Pada 1997, menurut [[Bank Dunia]], 20 sampai 30% dari dana pengembangan Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. [[Krisis finansial Asia 1997|Krisis finansial Asia]] pada tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintahan Presiden Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga berarti pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari [[Dana Moneter Internasional|IMF]]. Foto Direktur Pelaksana IMF [[Michel Camdessus]] bersedekap di samping Soeharto yang menandatangani ''Letter of Intent'' pinjaman [[Dolar Amerika Serikat|USD]] 43 miliar dari IMF menjadi viral karena menunjukkan keangkuhan yang seakan memberi makna kalau Indonesia tak berdaya dan telah jatuh ke tangan IMF.<ref>{{cite news |author=Muhammad Fakhriansyah |title=Kisah Indonesia 'Masuk Neraka' Usai Daftar Jadi Pasien IMF |url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20230508134851-4-435431/kisah-indonesia-masuk-neraka-usai-daftar-jadi-pasien-imf |access-date=27 Mei 2023 |work=CNBC Indonesia |date=8 Mei 2023}}</ref>
== Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru ==
Presiden Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku [[Tionghoa]], melarang penggunaan [[tulisan Tionghoa tertulis]] di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis.
 
Meskipun sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode 1998–2003, terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap dipilih kembali oleh [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR]] dalam Sidang Umum pada bulan Maret 1998. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan dan pembantaian rakyat, tekanan politik dan militer, dan berpuncak pada [[Pendudukan Gedung DPR/MPR|pendudukan gedung DPR/MPR]], Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh Wakil Presiden [[B. J. Habibie]], yang menjadi presiden.
Pada [[1970]] Soeharto melarang [[protes]] pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan [[korupsi]]. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik.
 
Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran [[Hak asasi manusia|HAM]]. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran [[media massa|media]]. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan [[monopoli]] kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung unsur [[Islam]].
 
Di Credentials Room [[Istana Merdeka]], Jakarta, Presiden Soeharto membacakan pidato yang terakhir kali sebagai berikut:
Pada [[1973]] dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan "''electoral college''". dan juga terpilih kembali pada [[1978]], [[1983]], [[1988]], [[1993]], dan [[1998]]. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, [[Golkar]]. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi [[Partai Persatuan Pembangunan]], sementara partai-partai non-Islam (Katolik dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi [[Partai Demokrasi Indonesia]].
{{cquote|Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara tertib, damai, dan konstitusional.<br />
Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.<br />
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.<br />
Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998.<br />
Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI saya sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR pada kesempatan silaturahmi. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR 1998–2003. Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangannya semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945.<br />
Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VII demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.}}
 
[[Berkas:Soeharto leaves the palace, The DPR-RI Stance on the Reform Process and the Resignation of President Soeharto, p56.jpg|jmpl|Mantan Presiden kedua [[Soeharto|H.M. Soeharto]] didampingi putrinya [[Siti Hardiyanti Rukmana]] meninggalkan [[Istana Merdeka]] beberapa saat setelah ia [[Kejatuhan Soeharto|mengundurkan diri]] sebagai Presiden pada 21 Mei 1998.]]
Pada [[1975]], dengan persetujuan bahkan permintaan [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], ia memerintahkan pasukan Indonesia untuk memasuki bekas koloni [[Portugal]] [[Timor Timur]] setelah Portugal mundur dan gerakan [[Fretilin]] memegang kuasa yang menimbulkan kekacauan di masyarakat Timor Timur Sendiri, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas tidakan Fretilin yang menurutnya mengundang campur tangan Uni Soviet. Kemudian pemerintahan pro integrasi dipasang oleh Indonesia meminta wilayah tersebut berintegrasi dengan Indonesia. Pada [[15 Juli]] [[1976]] Timor Timur menjadi provinsi Timor Timur sampai wilayah tersebut dialihkan ke administrasi [[PBB]] pada [[1999]].
 
Sesaat kemudian, Presiden Soeharto menyerahkan pucuk pimpinan negeri kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Setelah melaksanakan sumpah jabatan, akhirnya BJ Habibie resmi memangku jabatan presiden ke-3 RI. Ucapan selamat datang mulai dari mantan Presiden Soeharto, pimpinan dan wakil-wakil pimpinan MPR/DPR, para menteri serta siapa saja yang turut dalam pengucapan sumpah jabatan presiden ketika itu.
[[Image:william_cohen_with_suharto.jpg|thumb|290px|Soeharto dengan [[William Cohen]]]]
 
Tak berselang terlalu lama, Menteri Pertahanan Keamanan merangkap Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto membacakan pernyataan sikap, demikian: pertama, memahami situasi yang berkembang dan aspirasi masyarakat, ABRI mendukung dan menyambut baik permintaan berhenti Bapak Soeharto sebagai Presiden RI serta berdasarkan konstutusi mendukung Wakil Presiden Bapak BJ Habibie sebagai Presiden RI.
Korupsi menjadi beban berat pada [[1980-an]]. Pada [[5 Mei]] [[1980]] sebuah kelompok yang kemudian lebih dikenal dengan nama [[Petisi 50]] menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari anggota militer, politisi, akademik, dan mahasiswa. Media Indonesia menekan beritanya dan pemerintah mecekal penandatangannya. Setelah pada [[1984]] kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan [[negara satu partai]], beberapa pemimpinnya dipenjarakan.
 
Kedua, ABRI yang tetap kompak dan satu berharap dan mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menerima kehendak pribadi Presiden Soeharto tersebut yang telah sesuai dengan konstitusi, yakni Pasal 8 UUD 1945.
Catatan [[hak asasi manusia]] Soeharto juga semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada [[1993]] [[Komisi HAM PBB]] membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur. Presiden AS [[Bill Clinton]] mendukungnya.
 
Ketiga, dalam hal ini, ABRI akan tetap berperan aktif guna mencegah penyimpangan dan hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.
Pada [[1996]] Soeharto berusaha menyingkirkan [[Megawati Soekarnoputri]] dari kepemimpinan [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Di bulan Juni, pendukung Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan pecah di [[Jakarta]] pada tanggal [[27 Juli]] [[1996]] (peristiwa [[peristiwa 27 Juli|Sabtu Kelabu]]) yang dikenal sebagai "''Peristiwa Kudatuli''" (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).
 
Keempat, menjunjung tinggi nilai luhur budaya bangsa, ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR termasuk Bapak Soeharto beserta keluarganya.
== Soeharto turun takhta ==
[[Gambar:Suharto_resigns.jpg|thumb|Pada 21 Mei 1998, setelah tekanan politik besar dan beberapa demonstrasi, para pendukung revolusi mendapatkan hadiahnya: Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi.]]
Pada [[1997]], menurut [[Bank Dunia]], 20 sampai 30% dari dana pengembangan Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. [[Krisis finansial Asia]] di tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintahan Presiden Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga berarti pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari [[Dana Moneter Internasional|IMF]].
 
Kelima, ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang, mencegah terjadinya kerusuhan dan tindak kekerasan yang akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.
Mekipun sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode [[1998]]-[[2003]], terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap memastikan ia terpilih kembali oleh [[parlemen]] untuk ketujuh kalinya di [[Maret]] [[1998]]. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta berpuncak pada [[pendudukan gedung DPR/MPR]] RI, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada [[21 Mei]] [[1998]] untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, [[B.J. Habibie]].
 
==Kontroversi==
Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto.
=== Kasus dugaan korupsi ===
 
[[Berkas:Rumah Cendana Kediaman Presiden Soeharto By Dany Hilmi Amrullah.jpg|jmpl|Rumah Cendana yang menjadi simbol kekuasaan Soeharto.]]
==Kasus dugaan korupsi==
:''Artikel utama: [[Kasus dugaan korupsi Soeharto]]''
Setelah Soeharto resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden, berbagai elemen masyarakat mulai menuntut agar digelar pengusutan dan pengadilan atas mantan presiden yang bekuasa paling lama di Indonesia itu. Pada 1 September 1998, tim Kejaksaan Agung mengumumkan adanya indikasi penggunaan uang yayasan di bawah pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Melalui Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada 6 September 1998, Soeharto muncul dan menyatakan bahwa dia tidak mempunyai kekayaan di luar negeri.
 
Jaksa Agung AM Ghalib dan Menko Wasbang/PAN Hartarto menemuinya di Jalan Cendana (Jakarta) untuk mengklarifikasi penyataan tersebut (21 September 1998). Pada 21 November 1998, Fraksi Karya Pembangunan (FKP) mengusulkan kepada pemerintah agar menetapkan mantan Presiden Soeharto sebagai tahanan kota. Ini merupakan tindak awal pengusutan harta dan kekayaan Soeharto yang diduga berasal dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
 
Pada 3 Desember 1998, Presiden BJ Habibie menginstruksikan Jaksa Agung AM Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa mantan Presiden Soeharto. Pada 9 Desember 1998, Soeharto diperiksa tim Kejaksaan Agung di Kejaksaan Tinggi Jakarta sehubungan dengan dana yayasan, program mobil nasional, kekayaan Soeharto di luar negeri, dan kasus Tapos. Majalah Time melansir berita tentang kekayaan Soeharto di luar negeri yang mencapai US$15 miliar (22 Mei 1999). Pada 27 Mei 1999, Soeharto menyerahkan surat kuasa khusus kepada Jaksa Agung AM Ghalib untuk menelisik kekayaannya di Swiss dan Austria, seperti diberitakan Majalah Time. Pada 2 Juni 1999, Soeharto mengadukan Majalah Time ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia atas tuduhan memfitnah pada pemberitaannya. Soeharto menuntut ganti rugi sekitar 27 miliar dollar AS.
 
Dalam persidangan gugatan akhirnya [[Mahkamah Agung]] (MA) memenangkan gugatan mantan Presiden Soeharto terhadap Majalah TIME Asia. Dalam putusan majelis hakim agung yang diketuai Ketua Muda Militer MA, Mayor Jenderal TNI Purnawirawan German Hoediarto dan beranggotakan Bahauddin Qoudry serta M. Taufik, tanggal 31 Agustus 2007 itu, Majalah TIME Asia diperintahkan membayar ganti rugi immateriil senilai Rp 1 triliun kepada HM Soeharto.[https://www.liputan6.com/news/read/183090/ma-menangkan-soeharto-lawan-majalah-time-asia MA Menangkan Soeharto Lawan Majalah TIME Asia]
 
Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh buah yayasan, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri.
 
Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk [[Kejaksaan Agung]], sejak tahun [[1999]].
 
Menurut [[Transparency International]], Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.<ref>{{cite news|author = |year = 2004|url = http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3567745.stm|title = Suharto tops corruption rankings|format = |work = |publisher = news.bbc.co.uk|date = 2004-03-25|accessdate = 2009-02-05|archive-date = 2020-11-13|archive-url = https://web.archive.org/web/20201113042444/http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3567745.stm|dead-url = no}}</ref>
Pada [[12 Mei]] [[2006]], bertepatan dengan peringatan sewindu [[Tragedi Trisakti]], [[Jaksa Agung]] [[Abdul Rahman Saleh]] mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan [[Surat Keputusan Penghentian Penuntutan]] (SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada [[tujuh yayasan Soeharto|tujuh yayasan]] yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan [[Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan]] pada [[11 Mei]] [[2006]], namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada [[12 Juni]] [[2006]].
 
Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu [[Tragedi Trisakti]], [[Jaksa Agung]] [[Abdul Rahman Saleh]] mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada tujuh yayasan yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada [[11 Mei]] 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006.
==Peninggalan==
=== Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru ===
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari [[Amerika Serikat]] memberantas paham [[komunisme]] dan melarang pembentukan partai komunis. Penjajahan [[Timor Timur]] juga dilakukan karena kekhawatirannya bahwa [[Fretilin]] (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.
Presiden Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku [[Tionghoa]], melarang penggunaan [[tulisan Tionghoa tertulis]] di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis. Selain itu hak-hak politik etnis Tionghoa dibatasi dan agama Kong Hu Cu tidak diakui keberadaannya.
 
Pada 1970 Soeharto melarang [[protes]] pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan [[korupsi]]. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik.
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye [[Keluarga Berencana]] yang menganjurkan pasangan untuk memiliki 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan hidup. Dalam bidang [[pendidikan]] Soeharto mempelopori proyek [[Wajib Belajar]] yang bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah ([[Sumbangan Pembiayaan Pendidikan]]) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun.
 
Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran [[media massa|media]]. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan [[monopoli]] kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung unsur [[Islam]].
==Lihat pula==
* [[Butir-Butir Budaya Jawa]]
* [[Daftar Presiden Indonesia]]
 
[[File:Suharto greeting Ford (cropped).jpg|thumb|left|Presiden [[Gerald Ford]] dan [[Suharto]] berjabat tangan pada 6 Desember 1975, sehari sebelum invasi ke Timor-Timur yang didukung Amerika Serikat dalam era [[Perang Dingin]].]]
== Referensi==
Pada 1973 dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan "''electoral college''". dan juga terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, [[Golkar]]. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi [[Partai Persatuan Pembangunan]], sementara partai-partai non-Islam (Katolik dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi [[Partai Demokrasi Indonesia]].
#Blum, William. ''Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II'', Black Rose, 1998, pp. 193-198
 
Pada 1975, dengan persetujuan bahkan permintaan [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]], ia memerintahkan pasukan Indonesia untuk memasuki bekas koloni [[Portugal]] [[Timor Timur]] setelah Portugal mundur dan gerakan pro-komunis [[Fretilin]] memegang kuasa yang menimbulkan kekacauan di masyarakat Timor Timur sendiri, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas tindakan Fretilin yang mendapat dukungan politik Uni Soviet dalam perebutan pengaruh dua negara adikuasa di periode [[Perang Dingin]] yang juga memanas di sekitar [[Perang Vietnam|kawasan Vietnam]]. Kemudian pemerintahan pro integrasi dipasang oleh Indonesia, dengan bantuan presiden [[Gerald Ford]], yang meminta wilayah tersebut berintegrasi dengan Indonesia untuk menghindari berkembangnya pengaruh komunis di Asia Tenggara.<ref>Simons, p. 189</ref><ref name="auto">{{cite book|title=Gerald R. Ford: The American Presidents Series: The 38th President|first=Douglas|last=Brinkley|date=2007|page=132|url=https://books.google.com/books?id=ANVyLKKIp9wC&pg=PA132|isbn=978-1429933414|access-date=2021-01-08|archive-date=2020-08-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20200803132941/https://books.google.com/books?id=ANVyLKKIp9wC&pg=PA132|dead-url=no}}</ref> Pada 15 Juli 1976, Timor Timur secara menjadi salah satu provinsi di NKRI sampai wilayah tersebut dialihkan ke administrasi [[PBB]] pada 1999.
 
Korupsi menjadi beban berat pada 1980-an. Pada 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang kemudian lebih dikenal dengan nama [[Petisi 50]] menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari anggota militer, politisi, akademik, dan mahasiswa. Media Indonesia menekan beritanya dan pemerintah mecekal penandatangannya. Setelah pada 1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan [[negara satu partai]], beberapa pemimpinnya dipenjarakan.
 
Catatan [[hak asasi manusia]] Soeharto juga semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada 1993 Komisi HAM PBB membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur. Presiden AS [[Bill Clinton]] mendukungnya.
 
Pada 1996 Soeharto berusaha menyingkirkan [[Megawati Soekarnoputri]] dari kepemimpinan [[Partai Demokrasi Indonesia]] (PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Di bulan Juni, pendukung Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan pecah di [[Jakarta]] pada tanggal 27 Juli 1996 (peristiwa [[peristiwa 27 Juli|Sabtu Kelabu]]) yang dikenal sebagai "''Peristiwa Kudatuli''" (Kerusuhan Dua Tujuh Juli).
 
== Peninggalan ==
=== Bidang politik ===
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak memengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari [[Amerika Serikat]] memberantas paham [[komunisme]] dan melarang pembentukan partai [[komunis]]. Dijadikannya [[Timor Timur]] sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai [[Fretilin]] (''Frente Revolucionaria De Timor Leste Independente'' / Front Revolusi untuk Kemerdekaan Timor Timur) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka.{{fact|Mei 2008}} Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.{{fact|Mei 2008}} Sistem [[otoriter]] yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan sebutan "'''[[Bapak]]'''", yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di [[DPR]] kala itu disebut secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem "ABS" atau "''Asal Bapak Senang''".
 
=== Bidang kesehatan ===
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye [[Keluarga Berencana]] yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki secukupnya 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan hidup.
 
== Kematian ==
Pada tanggal 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB, Soeharto meninggal dunia di [[Rumah Sakit Pusat Pertamina]], [[Kota Administrasi Jakarta Selatan|Jakarta Selatan]]. Kemudian sekitar pukul 14.35, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, [[Menteng]], Jakarta.<ref>{{cite news|author = |year = 2008|url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/27/144027/884695/10/jenazah-pak-harto-dibawa-ke-cendana|title = Jenazah Pak Harto Dibawa ke Cendana|format = |work = |publisher = detik.com|date = 2008-01-27|accessdate = 2009-02-05|archive-date = 2021-05-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20210519162612/https://news.detik.com/|dead-url = no}}</ref> Ambulans yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
 
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Minggu (27/1).
 
Presiden RI [[Susilo Bambang Yudhoyono]] didampingi Wakil Presiden [[Jusuf Kalla]] dan beberapa menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang [[ketahanan pangan]], menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas kematian Soeharto.
 
Minggu sore pukul 16.00 WIB, [[Presiden]] [[Soesilo Bambang Yudhoyono|Susilo Bambang Yudhoyono]] dan [[Wakil Presiden]] [[Jusuf Kalla]], lebih dulu melayat ke [[Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat|Cendana]].
 
=== Pemakaman ===
Jenazah Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB<ref>{{cite news|author = |year = 2008|url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/28/073112/885055/10/pukul-0730-wib-jenazah-soeharto-tinggalkan-cendana|title = Pukul 07.30 WIB, Jenazah Soeharto Tinggalkan Cendana|format = |work = |publisher = detik.com|date = 2008-01-27|accessdate = 2009-02-05|archive-date = 2021-05-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20210519162638/https://news.detik.com/|dead-url = no}}</ref> menuju Bandara [[Halim Perdanakusuma]]. Selanjutnya jenazah Soeharto akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke [[Solo]] pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di [[Astana Giri Bangun]], [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]], Senin (28/1). Jenazah Soeharto tiba di Astana Giri Bangun siang itu sebelum pukul 12.00 WIB.<ref>{{cite news|author = |year = 2008|url = http://www.detiknews.com/read/2008/01/28/121750/885366/10/jenazah-pak-harto-dimasukkan-ke-liang-lahat|title = Jenazah Pak Harto Dimasukkan ke Liang Lahat|format = |work = |publisher = detik.com|date = 2008-01-27|accessdate = 2009-02-05|archive-date = 2021-05-19|archive-url = https://web.archive.org/web/20210519162638/https://news.detik.com/|dead-url = no}}</ref> Upacara pemakaman Soeharto tersebut dipimpin oleh inspektur upacara [[Susilo Bambang Yudhoyono]].
 
==Warisan==
Rumah masa kecil Soeharto di Kemusuk, Bantul saat ini dijadikan museum ''[[Memorial Jenderal Besar Soeharto|Memorial Jenderal Besar HM Soeharto]]''. Sebuah patung dirinya berdiri di depan museum. Museum tersebut dibangun oleh Probosutedjo dan diresmikan pada tahun 2013.<ref>{{Cite news |date=7 Juni 2016 |title=Tempat Kelahiran Soeharto Kini Lebih Hidup |url=https://news.okezone.com/read/2015/06/07/510/1161394/tempat-kelahiran-soeharto-kini-lebih-hidup |work=[[Okezone.com]] |access-date=12 Oktober 2021 |last=Prabowo |archive-date=2021-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211027181459/https://news.okezone.com/read/2015/06/07/510/1161394/tempat-kelahiran-soeharto-kini-lebih-hidup |dead-url=no }}</ref>
 
[[FELDA Soeharto]], sebuah kampung di [[Selangor]], Malaysia, dinamakan menurut Soeharto pada tahun 1977 – sebelumnya ia berkunjung ke kampung tersebut pada tahun 1970 sebagai bagian dari kunjungan bersejarah untuk menormalkan hubungan Indonesia-Malaysia.<ref>{{cite web |last1=Sutikno |first1=Husin |title=KAMPONG SOEHARTO DI NEGERI JIRAN |url=https://soeharto.co/kampong-soeharto-di-negeri-jiran/ |website=HM Soeharto |access-date=12 Oktober 2021 |archive-date=2021-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211027215922/https://soeharto.co/kampong-soeharto-di-negeri-jiran/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Pada tahun 2013, muncul slogan bahasa Jawa ''[[Isih penak jamanku to]]'' ({{lang-id|Masih enak zaman saya kan}}) atau ''Piye kabare, isih penak jamanku to'' ({{lang-id|Bagaimana kabarnya, masih enak zaman saya kan}}) di stiker, kaos, dan internet yang menyatakan bahwa zaman pemerintahan Soeharto lebih baik ketimbang zaman sekarang.<ref>{{Cite web|date=2013-11-25|title=Mengapa 'merindukan' sosok Suharto?|url=https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/11/131125_lapsus_suharto_baju_dan_museum|last=Nugroho|first=Andreas|website=BBC News Indonesia|language=id|access-date=2021-11-13|archive-date=2022-01-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20220122045810/https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/11/131125_lapsus_suharto_baju_dan_museum|dead-url=no}}</ref><ref name="Pontororing">{{cite journal |last1=Pontororing |first1=Angela |title=Sebuah Upaya Pembacaan Poskolonial dengan Metode Dialog Imajinatif Antara Foto Soeharto “Piye Kabare, Penak Jamanku To?” dan Teks Keluaran 14:10-12; 16:1-3; 17:3 |journal=Indonesian Journal of Theology |date=Juli 2016 |volume=4/1 |pages=1-44 |url=https://media.neliti.com/media/publications/318086-sebuah-upaya-pembacaan-poskolonial-denga-f187bae4.pdf |access-date=7 Februari 2022 |archive-date=2022-02-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220207170158/https://media.neliti.com/media/publications/318086-sebuah-upaya-pembacaan-poskolonial-denga-f187bae4.pdf |dead-url=no }}</ref>
 
Mantan [[Perdana Menteri Malaysia]] [[Mahathir Mohamad]] berkata:<ref name="Mahathir">{{Cite web|last=Samosir|first=Hanna Azarya|date=2016-04-25|title=Mahathir Mohammad dan Memori Indah tentang Soeharto|url=https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160423130713-106-126012/mahathir-mohammad-dan-memori-indah-tentang-soeharto|website=internasional|language=id-ID|access-date=|archive-date=2023-01-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20230131164016/https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160423130713-106-126012/mahathir-mohammad-dan-memori-indah-tentang-soeharto|dead-url=no}}</ref>{{cquote|Sebelum saya bertemu langsung dengan Presiden Soeharto, saya selalu mengikuti perkembangan dari berbagai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan beliau. Saya merencanakan apabila nanti diangkat menjadi Perdana Menteri, maka kunjungan luar negeri saya yang pertama kali adalah kepada Presiden Soeharto.}}{{cquote|Saya melihat setiap ucapan dan tindakan yang dilakukan Pak Harto benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin. Walaupun Pak Harto memiliki latar belakang sebagai tentara, ia tidak menunjukkan sikap yang sombong dan kalimat-kalimat yang keras. Bahasanya juga baik sekali.}}{{cquote|Saya biasa dengan dia. Setelah menjadi Perdana Menteri, saya beberapa kali bertemu dengannya. Kita ada perbincangan antara sahabat. Dekat.}}{{cquote|Saya menghormati Bapak Soeharto karena dia mengubah Indonesia dari negara yang mempunyai banyak masalah di zaman Soekarno. Dia dapat menguatkan perpaduan di kalangan banyak suku di Indonesia. Ini bukan suatu negara yang mudah diperintah, tapi setelah Soeharto mengambil alih, Indonesia tidak terpecah.}}{{cquote|Ada masalah sedikit di [[Aceh]], tapi umumnya dia berhasil mengganti citra Indonesia menjadi lebih maju. Ya, memang ada hal yang tak benar dilakukan. Di mana-mana pemimpin juga begitu.<ref name="Mahathir"/>|Mahathir<ref name="Mahathir"/>}}
 
== Penghargaan ==
Selama menjadi Presiden Republik Indonesia dan perwira militer, beliau menerima berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;<ref>{{Cite web|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=list&hlm=2&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|title=Penghargaan Presiden Soeharto|access-date=2021-10-30|website=Kepustakaan Presiden-Presiden RI|publisher=[[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]|archive-date=2021-10-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20211030044922/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=list&hlm=2&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Citation |author=Indonesian Army Bureau of History |date=1981 |title=Sejarah TNI-AD 1945–1973: Riwayat Hidup Singkat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat |volume=XIII |at=[https://books.google.com/books?id=l7maivDM07kC&pg=PA291 pp. 291-2]}}</ref><ref>{{Cite web|title=Soeharto ODM|url=https://gmic.co.uk/topic/50166-soeharto-odm/|website=Gentleman's Military Interest Club|language=en-GB|access-date=2023-04-13}}</ref>
=== Dalam Negeri ===
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Republik Indonesia Adipurna.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Mahaputera Adipurna.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Jasa Utama Ribbon.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Budaya Parama Dharma.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Sakti.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Bintang Yudha Dharma Utama.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Utama.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Jalasena Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Bhayangkara Utama.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Pratama.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Nararya.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Indonesian Armed Forces "8 Years" Service Star (1945-1953).gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Garuda.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Teladan.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Kesetiaan XVI.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalancana Perang Kemerdekaan I.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Perang Kemerderkaan II.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM I.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. II.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. III.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana G.O.M. IV.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Satya Dharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satyalencana Wira Dharma (1963).gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Penegak.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Medali Veteran Perdamaian.png|width=100}}
|}
 
{| class="wikitable" width="70%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
!Baris ke-1
| colspan="1"|[[Bintang Republik Indonesia Adipurna]] (27 Mei 1988)<ref>{{Cite web|date=7 Januari 2020|title=Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Republik Indonesia Tahun 1959–sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|publisher=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=12 Agustus 2021|archive-date=2021-07-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20210729004106/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf|dead-url=no}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Mahaputera Adipurna]] (27 Mei 1988)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Jasa Utama]] (27 Mei 1988)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI yang Menerima Anugerah Bintang Jasa Tahun 1964 - 2003 |url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/44364-Bintang_Jasa_tahun_1964-2003.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang Budaya Parama Dharma]] (27 Mei 1988)<ref>{{Cite web|date=30 Januari 2017|title=Daftar WNI yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma Tahun 2004–sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20171030/270827088._Bintang_Budaya_Parama_Dharma_tahun_2004-sekarang.pdf|publisher=Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=12 Agustus 2021|archive-date=2021-05-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210513140716/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20171030/270827088._Bintang_Budaya_Parama_Dharma_tahun_2004-sekarang.pdf|dead-url=no}}</ref>
|-
!Baris ke-2
| colspan="1"|[[Bintang Gerilya]]
| colspan="1"|[[Bintang Sakti]]
| colspan="1"|[[Bintang Dharma]]
| colspan="1"|[[Bintang Yudha Dharma|Bintang Yudha Dharma Utama]]
|-
!Baris ke-3
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Jalasena|Bintang Jalasena Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Swa Bhuwana Paksa|Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]]
|-
!Baris ke-4
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Pratama]]
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Nararya]]
| colspan="1"|[[Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia]]
| colspan="1"|[[Bintang Garuda]]
|-
!Baris ke-5
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Satyalancana|Satyalancana Teladan]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Kesetiaan]] 16 Tahun
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan I]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan II]]
|-
!Baris ke-6
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M I]]
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M II]]
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M III]]
| colspan="1"|[[Satyalancana G.O.M IV]]
|-
!Baris ke-7
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Satya Dharma]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Wira Dharma]]
| colspan="1"|[[Satyalancana Penegak]]
| colspan="1"|Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia (1989)<ref>{{Cite web|last=Tempomedia|title=Penghargaan bintang LVRI|url=https://majalah.tempo.co/read/album/22261/penghargaan-bintang-lvri|website=majalah.tempo.co|language=en|access-date=2023-04-18}}</ref>
|}
 
=== Luar Negeri ===
* {{flag|Afrika Selatan}} :
** [[File:Ord.GoodHope-ribbon.gif|70px]] Grand Cross of the [[:en:Order of Good Hope|Order of Good Hope]] (1997)<ref>{{Cite web|date=2023-12-03|title=Indonesian President Mohamed Suharto and South African President...|url=https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/indonesian-president-mohamed-suharto-and-south-african-news-photo/1819260926|website=Getty Images|language=en-us|access-date=2024-07-21}}</ref>
* {{flag|Arab Saudi}} :
** [[File:Decoration without ribbon - en.svg|70px]] Collar of the [[:en:Orders, decorations, and medals of Saudi Arabia|Order of Badr Chain]] (1977)
* {{flag|Austria}} :
** [[File:AUT Honour for Services to the Republic of Austria - 1st Class BAR.png|70px]] Grand Star of the [[:en:Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria|Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria]] (1972)<ref>{{Citation|title=SYND 17-11-72 PRESIDENT SUHARTO ARRIVES IN AUSTRIA|url=https://www.youtube.com/watch?v=QMcwlfgc65U|accessdate=2024-03-06|language=id-ID}}</ref>
* {{flag|Belanda}} :
** [[File:NLD Order of the Dutch Lion - Grand Cross BAR.png|70px]] Knight Grand Cross of the [[:en:Order of the Netherlands Lion|Order of the Netherlands Lion]] (1970)
**[[File:Order of the Golden Ark.png|70px]] Commander of the Most Excellent [[:en:Order of the Golden Ark|Order of the Golden Ark]]<ref>{{Cite book|last=Galangpress Group|first=Indonesia|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=0YXf3zA8gsUC&pg=PA34&dq=bintang+republik+indonesia+adipurna&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwinqujwvoqEAxW82DgGHavcAy0Q6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=bintang%20republik%20indonesia%20adipurna&f=false|title=Mereka mengkhianati saya: sikap anak-anak emas Soeharto di penghujung Orde Baru|location=Indonesia|publisher=Femi Adi Soempeno|pages=35|url-status=live}}</ref>
* {{flag|Belgia}} :
**[[File:Grand Crest Ordre de Leopold.png|70px]] Grand Cordon of the [[:en:Order of Leopold (Belgium)|Order of Leopold]] (1973)
* {{Flag|Britania Raya}} :
** [[File:Order of the Bath UK ribbon.svg|70px]] Honorary Knight Grand Cross ''(Military Division)'' of the Most Honourable [[:en:Order of the Bath|Order of the Bath]] (GCB) (1974)<ref>{{Cite book|last=Kedutaan Besar (U.S.)|first=Indonesia|date=1974|url=https://www.google.co.id/books/edition/Indonesian_News_and_Views/YF_GjjP8o0UC?hl=id&gbpv=1&dq=air+chief+marshal+indonesian+grand+cross&pg=PA21&printsec=frontcover|title=Indonesian News and Views|location=Indonesia|publisher=Embassy of Indonesia, Information Division.|url-status=live}}</ref>
* {{flag|Brunei}} :
** [[Berkas:BRU Royal Family Order of the Crown of Brunei.svg|nirbing|70x70px]] [[Darjah Kerabat Mahkota Brunei]] (DKMB) (1988)<ref>{{Cite web|title=PRESIDEN SOEHARTO TERIMA UTUSAN KHUSUS SULTAN BRUNEI DARUSSALAM {{!}} ANTARA Foto|url=https://www.antarafoto.com/id/view/1975653/presiden-soeharto-terima-utusan-khusus-sultan-brunei-darussalam|website=antarafoto.com|language=id|access-date=2024-02-06}}</ref><ref>{{cite news|url=https://eresources.nlb.gov.sg/newspapers/digitised/article/straitstimes19880924-1.2.18.2|title=Suharto gets Brunei's highest state award|work=[[The Straits Times]]|date=24 September 1988 1988|language=en|pages=8}}</ref>
** [[File:Family Order of Laila Utama of Brunei ribbon bar.png|70px]] [[Darjah Kerabat Laila Utama|Darjah Kerabat Laila Utama Yang Amat Dihormati]] (DK) (1988)
* {{Negara|Kekaisaran Etiopia}} [[Kekaisaran Etiopia]] :
** [[File:Order of The Queen of Sheba (Ethiopia) ribbon.gif|70px]] Grand Cordon with Collar of the [[:en:Order of the Queen of Sheba|Order of the Queen of Sheba]] (1968)
* {{flag|Filipina}} :
** [[File:PHI Order of Sikatuna 2003 Grand Collar BAR.svg|70px]] Grand Collar of the [[Order of Sikatuna]], Rank of Raja (GCS) (1968)
** [[File:PHI Order of the Golden Heart var2 Grand Collar BAR.svg|70px]] Grand Collar of the [[:en:Order of the Golden Heart (Philippines)|Order of the Golden Heart]] (GCGH) (1968)
* {{flagicon|Iran|1964}} [[Dinasti Pahlavi|Kekaisaran Iran]] :
** [[File:Order of Pahlavi Ribbon Bar - Imperial Iran.svg|70px]] 1st Class of the [[:en:Order of Pahlavi|Order of Pahlavi]]
** [[File:Medal of the 25th Century of the Monarchy.gif|70px]] [[:en:2,500 year celebration of the Persian Empire|Commemorative Medal of the 2,500 year Celebration of the Persian Empire]] (1971)
* {{flag|Italia}} :
** [[File:Cordone di gran Croce di Gran Cordone OMRI BAR.svg|70px]] Knight Grand Cross with Collar of the [[:en:Order of Merit of the Italian Republic|Order of Merit of the Italian Republic]] (OMRI) (1972)<ref>[http://www.quirinale.it/elementi/DettaglioOnorificenze.aspx?decorato=34742 Sito web del Quirinale: dettaglio decorato.]</ref>
* {{flag|Jepang}} :
** [[File:JPN Daikun'i kikkasho BAR.svg|70px]] Grand Cordon of the [[:en:Order of the Chrysanthemum|Supreme Order of the Chrysanthemum]] (1968)
* {{flag|Jerman Barat}} :
** [[File:GER Bundesverdienstkreuz 9 Sond des Grosskreuzes.svg|70px]] Grand Cross Special Class of the [[:en:Order of Merit of the Federal Republic of Germany|Order of Merit of the Federal Republic of Germany]] (1970)
* {{flag|Kamboja}} :
** [[File:KHM National Independence Medal.png|70px]] Grand Collar of the National [[:en:Orders, decorations, and medals of Cambodia|Order of Independence]] (April 1968)<ref>{{Cite web|title=Indochina Medals - Cambodia - CM02 National Order of Independence|url=http://indochinamedals.com/cambodia/cm02_national_order_of_independence.html|website=indochinamedals.com|access-date=2024-05-17}}</ref>
* {{flag|Kuwait}} :
** [[File:Order of Mubarak the Great (Kuwait) - ribbon bar.gif|70px]] Collar of the [[:en:Order of Mubarak the Great|Order of Mubarak the Great]] (1977)
* {{flag|Korea Selatan}} :
** [[File:Grand Order of Mugunghwa (South Korea) - ribbon bar.svg|70px]] [[:en:Grand Order of Mugunghwa|Grand Order of Mugunghwa]] (1981)
* {{flag|Malaysia}} :
** [[File:Order of the Crown of the Realm ribbon bar.png|70px]] [[Darjah Utama Seri Mahkota Negara]] (DMN) (1988)
** {{flag|Johor}} :
*** [[File:Most Esteemed Royal Family Order of Johor - ribbon bar.svg|70px]] [[:en:Royal Family Order of Johor|Darjah Kerabat Johor Yang Amat Dihormati]] (DK I) (1987)<ref>{{cite news|url=https://eresources.nlb.gov.sg/newspapers/digitised/article/straitstimes19870206-1.2.20.1|title=King confers highest award on Suharto|work=[[The Straits Times]]|language=en|date=6 Februari 1987|pages=8}}</ref>
** {{flag|Perak}} :
*** [[File:MY-PERA Royal Family Order of Perak - DK (before 2001).svg|70px]] [[:en:Orders, decorations, and medals of Perak|Darjah Kerabat Diraja Yang Amat Dihormati]] (DK) (1988)
* {{flag|Mesir}} :
** [[File:EGY Order of the Nile - Grand Cordon BAR.png|70px]] Grand Collar of the [[:en:Order of the Nile|Order of the Nile]] (1977)
* {{flag|Pakistan}} :
** [[File:Order of Pakistan.png|70px]] [[:en:Nishan-e-Pakistan|Nishan-e-Pakistan]] (NPk) (1982)
* {{flag|Perancis}} :
** [[File:Legion Honneur GC ribbon.svg|70px]] Grand Cross of the National [[:en:Legion of Honour|Order of the Legion of Honour]] (1972)<ref>{{Citation|title=SYND 14-11-72 PRESIDENT SUHARTO OF INDONESIA VISIT TO PARIS|url=https://www.youtube.com/watch?v=7rXP414gRLw|accessdate=2024-03-06|language=id-ID}}</ref>
* {{flag|Qatar}} :
** [[File:Order of Independence (Qatar) - ribbon bar.gif|70px]] Collar of the Order of the Independence (1977)<ref>{{Cite web|date=2022-07-13|title=Penghargaan - Situs Web Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=79&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|website=web.archive.org|access-date=2023-04-13|archive-date=2022-07-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220713115318/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=79&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|dead-url=unfit}}</ref>
* {{flag|Romania|1965}} :
** [[File:Order of the Star of Romania - Ribbon bar.svg|70px]] First Class of the [[:en:Order of the Star of the Romanian Socialist Republic|Order of the Star of the Romanian Socialist Republic]] (1982)
* {{flag|Singapura}} :
** [[File:Darjah Utama Temasek ribbon (1962–1996) ribbon.png|70px]] [[:en:Darjah Utama Temasek|Darjah Utama Temasek]] (DUT) (1974)<ref>{{Cite web|last=Author|first=Author|date=1974-08-30|title=Pingat 'Darjah Utama Temasik' untuk Suharto dari Sheares|url=https://eresources.nlb.gov.sg/newspapers/digitised/article/beritaharian19740830-1.2.33?qt=bintang,%20indonesia&q=Bintang%20Indonesia|website=NewspaperSG|access-date=2024-07-20}}</ref>
* {{flag|Spanyol}} :
** [[File:Order of Isabella the Catholic - Sash of Collar.svg|70px]] Knight Grand Cross with Collar of the [[:en:Order of Isabella the Catholic|Order of Isabella the Catholic]] (CoYC) (1980)<ref>{{cite web|url=https://www.boe.es/boe/dias/1981/06/15/pdfs/A13615-13615.pdf|title=Bollettino Ufficiale di Stato}}</ref>
* {{flag|Syria}} :
** [[File:Order Of Ummayad (Syria) - ribbon bar.gif|70px]] Member 1st Class of the [[:en:Order of the Umayyads|Order of the Umayyads]] (1977)
* {{flag|Thailand}} :
** [[File:Order of the Rajamitrabhorn (Thailand) ribbon.svg|70px]] Knight of the Most Auspicious [[:en:Order of the Rajamitrabhorn|Order of the Rajamitrabhorn]] (KRM) (1970)
* {{flag|Ukraina}} :
** [[File:Order of Prince Yaroslav the Wise 1st 2nd and 3rd Class of Ukraine.png|70px]] 1st Class of the [[:en:Order of Prince Yaroslav the Wise|Order of Prince Yaroslav the Wise]] (1997)
* {{flag|Uni Emirat Arab}} :
**[[File:Ribbon bar of the Order of the Union (United Arab Emirates).svg|70px]] Grand Cordon with Collar of the Order of Unity (1990)
* {{flag|Venezuela}} :
** [[File:VEN Order of the Liberator - Grand Cordon BAR.png|70px]] Grand Cordon with Collar of the [[:en:Order of the Liberator|Order of the Liberator]] (1988)
* {{flag|Yaman}} :
** [[File:Pasador Emblema de la República.svg|70px]] Collar of the Order of the Republic<ref>{{Cite web|date=2022-07-13|title=Penghargaan - Situs Web Kepustakaan Presiden-Presiden Republik Indonesia|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=89&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|website=web.archive.org|access-date=2023-04-13|archive-date=2022-07-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20220713115431/https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/award/?box=detail&id=89&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto|dead-url=unfit}}</ref>
* {{flag|Yordania}} :
** [[File:JOR Al-Hussein ibn Ali Order BAR.svg|70px]] Grand Cordon with Collar of the [[:en:Order of Al-Hussein bin Ali|Order of Al-Hussein bin Ali]] (1986)
* {{flag|Yugoslavia}} :
** [[File:Order of the Yugoslavian Great Star Rib.png|70px]] Yugoslav Great Star of the [[:en:Order of the Yugoslav Star|Order of the Yugoslav Star]] (1975)
 
== Lihat pula ==
* [[Kasus dugaan korupsi Soeharto]]
* [[Genosida Timor Timur]]
 
== Daftar pustaka ==
<div class="references-small">
{{Col-begin}}
{{Col-2}}
* {{cite news
|url=http://www.antara.co.id/en/seenws/?id=9296
|title=Two former strongmen, Soeharto-Lee Kuan Yew meet again
|publisher=ANTARA
|date=22 February 2006
|accessdate=22 February 2006
|archive-date=2007-03-25
|archive-url=https://web.archive.org/web/20070325054315/http://www.antara.co.id/en/seenws/?id=9296
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|title=Army in Jakarta Imposes a Ban on Communists
|work=The New York Times
|date=19 October 1965}}
* Benedict R. Anderson en Ruth T.McVey, A Preliminary Analysis of the 1 October 1965 Coup in Indonesia (Cornell University, 1971).
* {{cite news
|last=Aspinall
|first=Ed
|title=What happened before the riots?
|date=October–December 1996
|publisher=Inside Indonesia
|url=http://www.insideindonesia.org/edit48/ed.htm
|access-date=2013-04-14
|archive-date=2005-05-05
|archive-url=https://web.archive.org/web/20050505222646/http://www.insideindonesia.org/edit48/ed.htm
|dead-url=yes
}}
* {{cite news
|title=Attorney general doubts Soeharto can be prosecuted
|work=The Jakarta Post
|date=27 May 2005}}
* {{cite book
|first = William
|last = Blum
|year = 1995
|title = Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II
|publisher = Common Courage Press
|location = Monroe, Me.
|isbn =1-56751-052-3}}
* ''[http://www.imf.org/external/np/sec/nb/1997/nb9722.htm Camdessus Commends Indonesian Actions]''. Press Release. [[International Monetary Fund]]. (31 October 1997)
* {{cite web
|title=CIA Stalling State Department Histories |work=The National Security Archive
|url=http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB52/
|accessdate=23 May 2005}}
* {{cite news
|last=Colmey
|first=John
|title=The Family Firm
|date=24 May 1999
|publisher=TIME Asia
|url=http://www.time.com/time/asia/asia/magazine/1999/990524/cover1.html
|archiveurl=https://web.archive.org/web/20010208155758/http://www.time.com/time/asia/asia/magazine/1999/990524/cover1.html
|archivedate=2001-02-08
|access-date=2007-02-13
|dead-url=no
}}
* Robert Cribb, "Genocide in Indonesia,1965–1966". Journal of Genocide Research no.2:219–239, 2001.
* {{cite book
|first = Robert E.
|last = Elson
|year = 2001
|title = Suharto: A Political Biography
|publisher = Cambridge University Press
|location = Cambridge, United Kingdom
|isbn =0-521-77326-1}}
* {{cite book|last =Friend|first =Theodore|title =Indonesian Destinies|publisher =The Belknap Press of Harvard University Press|year =2003|url =https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|isbn =0-674-01834-6}}
* {{cite web |title=H.AMDT.647 (A003): An amendment to prohibit any funds appropriated in the bill to be used for military education and training assistance to Indonesia |url=http://thomas.loc.gov/cgi-bin/bdquery/z?d102:HZ00647: |publisher=THOMAS (Library of Congress) |accessdate=4 February 2006 |archive-date=2016-01-13 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160113050730/http://thomas.loc.gov/cgi-bin/bdquery/z?d102:HZ00647: |dead-url=yes }}
* {{cite news|title=Indonesia: Arrests, torture and intimidation: The Government's response to its critics|date=27 November 1996|publisher=Amnesty International|url=http://web.amnesty.org/library/eng-idn/index&start=391|archiveurl=https://web.archive.org/web/20060313112044/http://web.amnesty.org/library/eng-idn/index%26start%3D391|archivedate=2006-03-13|access-date=2021-03-08|dead-url=yes}}
* {{cite web
|title=Indonesia Economic |work=Commanding Heights |url=http://www.pbs.org/wgbh/commandingheights/lo/countries/id/id_economic.html |accessdate=23 May 2005}}
* {{cite news
|title=Jakarta Cabinet Faces Challenge
|work=The New York Times
|date=16 December 1965}}
{{Col-2}}
* "Jakarta Leftist Out As Army Chief" [[New York Times]] 15 October 1965
* {{cite news
|first=Brendan
|last=Koerner
|url=http://www.slate.com/id/2097858
|title=How Did Suharto Steal $35 Billion? Cronyism 101
|work=Slate
|date=26 March 2004
|accessdate=4 February 2006}}
* {{cite news
|title=Jakarta Cabinet Faces Challenge
|work=The New York Times
|date=16 December 1965}}
* {{cite news
|author=Lashmar, Paul and Oliver, James
|title=MI6 Spread Lies to Put Killer in Power
|url=https://archive.org/details/killme0000jame
|work=The Independent|location=UK
|date=16 April 2000}}
* {{cite book
|author=Lashmar, Paul; Oliver, James
|title=Britain's Secret Propaganda War
|publisher=Sutton Pub Ltd
|year=1999
|isbn=0-7509-1668-0}}
* McDonald, H., ''Suharto's Indonesia'', Fontana Books, 1980, Blackburn, Australia, ISBN 0-00-635721-0
* {{cite news
|title=Public Expenditures, Prices and the Poor
|year=1993
|publisher=World Bank
|url=http://wbln0018.worldbank.org/dg/povertys.nsf/0/2f56edbf2ef22ff185256b2100754284?OpenDocument
|access-date=2013-04-14
|archive-date=2007-03-23
|archive-url=https://web.archive.org/web/20070323210822/http://wbln0018.worldbank.org/dg/povertys.nsf/0/2f56edbf2ef22ff185256b2100754284?OpenDocument
|dead-url=yes
}}
* Ricklefs, M.C. 1991. ''A History of Modern Indonesia since c.1300. 2nd Edition'', Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-333-57690-X
* John Roosa, Pretext for Mass Murder, The 30 September Movement & Suharto's Coup D'état. The University of Wisconson Press, 2006. ISBN 978-0-299-22034-1.
* {{cite news
|last=Simpson
|first=Brad
|title=Indonesia's 1969 Takeover of West Papua Not by "Free Choice"
|date= 9 July 2004
|publisher=National Security Archive
|url=http://www.gwu.edu/~nsarchiv/NSAEBB/NSAEBB128/index.htm}}
* {{cite book|last=Schwarz|first=A.|year=1994|title=A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s|url=https://archive.org/details/nationinwaitingi00schw|publisher=Westview Press|isbn=1-86373-635-2}}
* {{cite news
|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/3567745.stm
|title=Suharto tops corruption rankings
|publisher=BBC News
|date= 25 March 2004
|accessdate=4 February 2006}}
* "Sukarno Removes His Defense Chief" [[New York Times]] 22 February 1966
* {{cite news
|title=Tapol Troubles: When Will They End?
|date=April–June 1999
|publisher=Inside Indonesia
|url=http://insideindonesia.org/index.php/component/content/693?task=view
|access-date=2013-04-14
|archive-date=2012-03-05
|archive-url=https://web.archive.org/web/20120305190845/http://insideindonesia.org/index.php/component/content/693?task=view
|dead-url=yes
}}
* {{cite book
|author=Toer, Pramoedya Ananta
|title=The Mute's Soliloquy: A Memoir
|url=https://archive.org/details/mutessoliloquyme0000toer
|publisher=Penguin
|year=2000
|isbn=0-14-028904-6}}
* {{cite web
|title= United Nations High Commission on Human Rights resolution 1993/97: Situation in East Timor
|url=http://www.unhchr.ch/Huridocda/Huridoca.nsf/0/81427c9bacaf9847c1256c6800603ff2?Opendocument
|publisher=United Nations
|accessdate=4 February 2006}}
* [[Legacy of Ashes: The History of the CIA]], Tim Weiner. Doubleday, New York 2007 (ISBN 978-3-596-17865-0), chapter 15, CIA and Indonesia.
* Whose Plot?-New light on the 1965 Events, Journal of Contemporary Asia 9, no.2 (1979):197–215.
{{Col-end}}
</div>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{Commons category|Suharto}}
* [http://www.time.com/time/asia/asia/magazine/1999/990524/cover1.html Artikel di TIME]
{{Wikisource|Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia, 21 Mei 1998}}
* [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/soeharto/biografi/index.shtml Dikhianati Pembantu Dekatnya]
* [http://www.soehartocenter.com/biografi/index.shtml Soeharto Media Center] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201223185247/http://www.soehartocenter.com/ |date=2020-12-23 }}
* [http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/?box=detail&presiden_id=2&presiden=suharto Soeharto] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120729085106/http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/?box=detail&presiden=suharto&presiden_id=2 |date=2012-07-29 }} di Kepustakaan Presiden Republik Indonesia
* [http://www.munindo.brd.de/artikel/artikel_03/art03_riwayat_suharto.html Riwayat Dalang Politik Nomer Satu]
* [http://news.bbc.co.uk/2/hi/in_pictures/4528925.stm Life in pictures: Indonesia's Suharto] di [[BBC]]
* [http://www.ft.com/cms/s/0/0d243cf4-ccac-11dc-8df7-000077b07658.html ''Financial Times'' obituary] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081121095817/http://www.ft.com/cms/s/0/0d243cf4-ccac-11dc-8df7-000077b07658.html |date=2008-11-21 }}
* [http://www.guardian.co.uk/world/2008/jan/27/obituaries.johngittings ''The Guardian'' obituary]
* [http://www.timesonline.co.uk/tol/comment/obituaries/article3260665.ece Obituary in ''The Times'', 28 January 2008]
 
{{clr}}
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Ahmad Yani]]|pengganti=[[Maraden Panggabean]]|tahun=1965-1967}}
{{Kotak_suksesiKotak |suksesi |jabatan = [[Presiden Republik Indonesia]] | tahun = 1967 - 19981967–1998 | pendahulu = [[Soekarno]] | pengganti = [[BJ Habibie]]}}
{{Kotak suksesi |jabatan = [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan Indonesia]] |tahun = 1966–1971 |pendahulu =[[M. Sarbini]] |pengganti =[[Maraden Panggabean]]}}
{{Kotak_selesai}}
{{S-bef|before=[[Soekarno]]|as=Perdana Menteri}}
 
{{S-ttl|title= [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Ketua Presidium Kabinet Indonesia]]|years=1966–1967}}
{{S-non|reason=Jabatan dihapuskan}}
{{s-mil}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Panglima ABRI]]|pendahulu=[[Soedirman]]|pengganti=[[Maraden Panggabean]]|tahun=1968–1973}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]]|pendahulu=[[Ahmad Yani]]|pengganti=[[Maraden Panggabean]]|tahun=1966–1968}}
{{S-new}}
{{S-ttl|title=[[Panglima Komando Strategi dan Cadangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Pangkostrad]]|years=1963–1965}}
{{s-aft |after = [[Umar Wirahadikusumah]]}}
{{s-gov}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Badan Intelijen Negara|Kepala Badan Pusat Intelijen]]|pendahulu=[[Soebandrio]]|pengganti=[[Yoga Soegomo]]|tahun=1965–1966}}
{{s-dip}}
|-
{{s-bef|before=[[Dobrica Ćosić]]}}
{{s-ttl|title=Sekretaris Jenderal [[Gerakan Non-Blok]]|years=1992–1995}}
{{s-aft|after=[[Ernesto Samper Pizano]]}}
|-
{{s-bef|before=[[Bill Clinton]]}}
{{s-ttl|title=Ketua [[Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik]]|years=1994}}
{{s-aft|after=[[Tomiichi Murayama]]}}
{{kotak selesai}}
{{Kelompok templat
|list1 =
{{Soeharto}}
{{Presiden Indonesia}}
{{Kabinet Pembangunan VII}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}
{{Kabinet Pembangunan V}}
{{Kabinet Pembangunan IV}}
{{Kabinet Pembangunan III}}
{{Kabinet Pembangunan II}}
{{Kabinet Pembangunan I}}
{{Kabinet Ampera II}}
{{Kabinet Ampera I}}
{{Perdana Menteri Indonesia}}
{{Wakil Perdana Menteri Indonesia (1960-1966)}}
{{Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok}}
{{Panglima TNI}}
{{Kepala Staf TNI Angkatan Darat}}
{{Pangkostrad}}
{{Perang Dingin}}
{{Partai Golongan Karya}}
}}
 
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:lifetime|1921|2008|Soeharto, Haji Muhammad}}
[[kategori:Kelahiran 1921]]
[[kategori:Presiden Indonesia]]
[[kategori:Politikus Indonesia]]
[[kategori:Soeharto| ]]
[[Kategori:KSAD]]
[[Kategori:Pangkostrad]]
[[Kategori:Pangkopkamtib]]
 
{{DEFAULTSORT:Soeharto}}
[[ar:سوهارتو]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[de:Suharto]]
[[enKategori:SuhartoTokoh TNI]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[eo:Suharto]]
[[Kategori:Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat| ]]
[[es:Haji Mohammad Suharto]]
[[Kategori:Panglima Tentara Nasional Indonesia]]
[[eu:Suharto]]
[[Kategori:Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat]]
[[fi:Suharto]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro]]
[[fr:Soeharto]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura]]
[[hi:सुहार्तो]]
[[hrKategori:SuhartoTokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[hu:Suharto]]
[[Kategori:Tokoh Bantul]]
[[io:Suharto]]
[[Kategori:Tokoh dari Kapanewon Sedayu]]
[[it:Suharto]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[ja:スハルト]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[jv:Soeharto]]
[[Kategori:Tokoh Orde Baru]]
[[ko:수하르토]]
[[Kategori:Politikus Partai Golongan Karya]]
[[map-bms:Soeharto]]
[[Kategori:Presiden Indonesia]]
[[ms:Suharto]]
[[Kategori:Penerima Bintang Republik Indonesia Adipurna]]
[[nl:Soeharto]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
[[pl:Suharto]]
[[ptKategori:SuhartoSoeharto| ]]
[[Kategori:Kesatria Salib Agung Orde Singa Belanda]]
[[ru:Сухарто]]
[[Kategori:Penerima Bintang Sewindu APRI]]
[[sv:Suharto]]
[[vi:Suharto]]
[[zh:蘇哈托]]