Henk Ngantung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(75 revisi perantara oleh 39 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{dablink|Ini adalah nama [[Orang Minahasa|Minahasa]], [[Marga Minahasa|marganya]] adalah ''[[Marga Minahasa|Ngantung]]}}
{{Infobox Officeholder
|
|
|
|
|
▲| successor = [[Soemarno Sosroatmodjo]]
▲| office1 = Wakil Gubernur Jakarta
▲| order1 =
▲| governor1=[[Soemarno Sosroatmodjo]]
▲| term_start1 = [[1960]]
▲| term_end1 = [[1964]]
|successor1 = Soewondo<br>Satoto Hoepoedio
▲| predecessor1 =
|image = Governor Jakarta Henk Ngantung (cropped).png
|deputy=Soewondo<br> Satoto Hoepoedio
▲| name = Henk Ngantung
▲| caption =
▲| birth_name = Hendrik Hermanus Joel Ngantung
|religion = [[Katolik Roma]]
▲| othername =
|
▲| birth_date = {{birth date|1921|3|1}}
▲| birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Manado]], [[Sulawesi Utara]], [[Hindia Belanda]]
|
▲| spouse = [[Hetty Evelyn Ngantung Mamesah]]
▲| death_date = {{death date and age|1991|12|12|1921|3|1}}
▲| death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
▲| location =
▲| parents =
}}
'''Hendrik Hermanus Joel Ngantung''' atau juga dikenal dengan nama '''Henk Ngantung''' ({{lahirmati|[[
Beliau adalah seorang pelukis Indonesia dan jabatan [[Gubernur Jakarta|Gubernur DKI Jakarta]] untuk periode 1964–1965. Ia berasal dari [[Manado]], [[Sulawesi Utara]].
Sebelum dipilih menjadi gubernur, pria suku [[Minahasa]] ([[Sulawesi Utara]]) tersebut lebih dulu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 1960–1964 dengan gubernurnya Sumarno. Henk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak 27 Agustus 1964 sampai 15 Juli 1965.<ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/2894298/henk-ngantung-gubernur-nonmuslim-jakarta-pertama|title=Henk Ngantung, Gubernur Nonmuslim Jakarta Pertama|last=Rimadi|date=2017-03-21|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2019-10-28|first=Luqman|editor-last2=Ayuningtyas|editor-first2=Rita|editor-last=Rimadi|editor-first=Luqman}}</ref>
== Karier ==
=== Sebagai pelukis ===
Sebelum menjadi [[Gubernur DKI Jakarta]], Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal atau disebut seniman sketsa otodidak.<ref name="antaranews.com">{{Cite news|url=https://www.antaranews.com/berita/182398/sketsa-ngantung-masih-menggantung|title=Sketsa Ngantung Masih Menggantung|last=antaranews.com|date=2010-04-13|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2019-10-28|editor-last=Radja|editor-first=Aditia Maruli}}</ref> Henk Ngantung pernah membuat karya lukisan “Memanah” dengan Bung Karno sebagai modelnya. Dua karya ini menjadi koleksi Bung Karno. Ia juga membuat sketsa tentang Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville dan Perundingan Kaliurang
Henk Ngantung menjadi salah satu pendiri "Gelanggang Seniman Merdeka" yang menghimpun kaum seniman Angkatan 45, termasuk [[Chairil Anwar]], Haruddin MS, [[Mochtar Apin]], Basuki Resobowo, [[Asrul Sani]], dan lainnya. Pada Agustus 1948, Henk Ngantung menggelar pameran di Gedung Taman Siswa Kemayoran & [[Hotel des Indes|Hotel Des Indes]] Jakarta. Setelah itu, ia berkeliling ke berbagai tempat di Indonesia meskipun sedang dalam situasi perang
=== Gubernur DKI ===▼
Pada tahun 1955-1958 Henk Ngantung tercatat sebagai pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok
Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai deputi gubernur di bawah [[Soemarno]]. Saat itu banyak kalangan yang protes atas pengangkatan Henk Ngantung. Soekarno ingin agar Henk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya. Dan, Ngantung dinilainya memiliki bakat artistik. Salah satu pengalaman yang barangkali menarik adalah tatkala presiden memanggilnya ke istana untuk mengatakan bahwa pohon-pohon di tepi jalan yang baru saja dilewati perlu dikurangi. Masalah pengemis yang merusak pemandangan Jakarta tak lepas dari perhatian Ngantung. Tapi semuanya tidak berhasil.▼
▲=== Sebagai Gubernur DKI ===
▲Sebelum diangkat menjadi gubernur, ia ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai
=== Setelah tidak menjabat ===
Henk Ngantung tidak sekadar tinggal dalam kemiskinan hingga harus menjual rumah di pusat kota untuk pindah ke perkampungan. Derita Henk Ngantung terus menerpa karena nyaris buta oleh serangan penyakit mata dan dicap sebagai pengikut [[Partai Komunis Indonesia]] tanpa pernah disidang, dipenjara, apalagi diadili hingga akhir hayatnya bulan Desember 1991. Henk Ngantung hingga akhir hayatnya tinggal di gang sempit namun lahan rumahnya cukup luas di jalan Waru, Cawang, Jakarta Timur.
Kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha [[Ciputra]] memberanikan diri mensponsori pameran pertama dan terakhir Henk.
== Keluarga ==
Henk beristrikan Hetty Evelyn "Evie" Ngantung Mamesah. Pernikahan mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu Maya Ngantung, Genie Ngantung, Kamang Ngantung, dan Karno Ngantung. Henk meninggal di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1991 dalam usia
== Karya ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De schilder Henk Ngantung aan het werk TMnr 60054749.jpg|jmpl|Foto koleksi Tropenmuseum Belanda]]
[[Tugu Selamat Datang]] yang menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan yang berada di bundaran [[Hotel Indonesia]] merupakan hasil sketsa Henk. Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Soekarno dan design awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan wakil Gubernur DKI Jakarta. Henk juga membuat sketsa lambang [[Jakarta|DKI Jakarta]] dan lambang [[Kostrad]] namun ironisnya, hal tersebut belum diakui oleh pemerintah. Lukisan hasil karya Henk antara lain adalah ''Ibu dan Anak'' yang merupakan hasil karya terakhirnya.▼
[[Tugu Selamat Datang]] yang menggambarkan sepasang pria dan wanita yang sedang melambaikan tangan yang berada di bundaran [[Hotel Indonesia]] merupakan hasil sketsa Henk, dalam rangka menyambut [[Pesta Olahraga Asia|Asian Games]] 1962 di Jakarta.
▲
* Judul : “Gajah Mada”<ref>{{Cite web|url=https://lukisanku.id/lukisan-gajah-mada-henk-ngantung/|title=Gajah Mada|date=2018-03-26|website=Informasi Lukisan Indonesia|language=id-ID|access-date=2019-10-28}}{{Pranala mati|date=April 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
* Judul : “Ibu dan Anak” yang merupakan hasil karya terakhirnya.
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{commonscat|Henk Ngantung}}
* {{id}} [http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/01/nrs,20040401-01,id.html Biografi singkat Henk Ngantung] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090518145734/http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/04/01/nrs,20040401-01,id.html |date=2009-05-18 }}
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Gubernur Jakarta]]|tahun=
{{kotak selesai}}
{{Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta}}
{{DEFAULTSORT:Ngantung, Henk}}▼
{{lifetime|
{{Authority control}}
▲{{DEFAULTSORT:Ngantung, Henk}}
[[Kategori:Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Tokoh dari Manado]]
[[Kategori:Marga Ngantung]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia asal Manado]]
[[Kategori:Pelukis Indonesia asal Jakarta]]
|