Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizalarinza (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(155 revisi perantara oleh 71 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
:{{kegunaanlain|DPD}}
{{Infobox Legislature
| background_color = #f1c647
| text_color = #000000
| name = Dewan Perwakilan Daerah</br> />Republik Indonesia
| legislature = [[Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2014-2019(2024–2029)|Periode 2024–2029]]
| coa_pic = Coat of arms of the Regional Representative Council of Indonesia.svg
| coa_res = 250px170px
| house_type = [[Majelis tinggi]] dari [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR RI]]
| house_type = Lembaga legislatif yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam pembentukan undang-undang<ref>[http://www.jimly.com/makalah/namafile/40/Trikameralisme_DPD.doc LEMBAGA PERWAKILAN DAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT TINGKAT PUSAT Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH]</ref>
| body =
| leader1_type = [[Daftar Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Ketua]]
| leader1 = [[IrmanSultan GusmanBachtiar Najamudin]]
| party1 = Utusan Sumatera Barat([[Bengkulu]])
| election1 = 12 Oktober 20092024
| leader2_type = [[Daftar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Wakil Ketua]]
| leader2 = [[FaroukRatu MuhammadHemas|GKR Hemas]]
| party2 = Utusan([[Daerah NusaIstimewa TenggaraYogyakarta|DI BaratYogyakarta]])
| election2 = 2 Oktober 20142024
| leader3_type = [[Daftar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia|Wakil Ketua]]
| leader3 = [[BennyYorrys RamdhaniRaweyai]]
| party3 = Utusan([[Papua BolaangMongondow RayaTengah]])
| election3 = 12 Oktober 20092024
| membersleader4_type = Wakil = 132Ketua
| structure1leader4 = [[Tamsil Linrung]]
| structure1_resparty4 = ([[Sulawesi Selatan]])
| election4 = 2 Oktober 2024
| political_groups1 =
| members = 152
| structure1 = DPD RI 2024–2029.svg
| structure1_res = 250px
| political_groups1 = {{legend|#999999|[[Independen (politik)|Nonpartisan]] (152)}}
| committees1 =
| joint_committees =
| voting_system1 =
| last_election1 = [[Pemilihan umum legislatif 2014Indonesia 2024|914 AprilFebruari 20142024]]
| next_election1 = 2029
| session_room = Sidang Paripurna DPD.jpg
| session_res = 250px
| meeting_place = [[Kompleks Parlemen Republik Indonesia|Kompleks Parlemen]]<br />[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]<br />[[Indonesia]]
| anggaran = Rp1.089,7 miliar (APBN 2023)<ref>{{cite web |title=Buku-II-Nota-Keuangan-beserta-RAPBN-TA-2023.pdf |url=https://media.kemenkeu.go.id/getmedia/3493c1ac-704c-4514-beb9-47728a5e6cdb/Buku-II-Nota-Keuangan-beserta-RAPBN-TA-2023.pdf?ext=.pdf |website=Kemenkeu.go.id |publisher=Kementerian Keuangan Republik Indonesia |access-date=17 Februari 2023 |pages=464 |format=pdf}}</ref>
| anggaran = Rp1.138,9 miliar (APBN-P 2015) <ref>[Nota Keuangan dan Rancangan APBN Perubahan Tahun Anggaran 2015 http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK%20APBNP%202015%20FULL.pdf]</ref>
| website = [http{{url|https://www.dpd.go.id/ www.dpd.go.id]}}
| footnotes =
}}
{{Tata Negara Republik Indonesia}}
'''Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia''' (disingkat '''DPD RI''' atau '''DPD'''), sebelum 2004 disebut '''Fraksi Utusan Daerah''', adalah [[lembaga tinggi negara]] dalam sistem ketatanegaraan [[Indonesia]], beranggotakan wakil [[independen (politik)|independen]] dari setiap [[Provinsi di Indonesia|provinsi]] yang dipilih melalui [[pemilihan umum]]. Sebutan untuk anggota DPD RI ialah [[senator]].<ref>{{Cite news|last=Aprionis|date=2020-01-09|title=Ketua DPD RI perintahkan senator turun ke daerah|url=https://www.antaranews.com/berita/1242259/ketua-dpd-ri-perintahkan-senator-turun-ke-daerah|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=2021-10-04|editor-last=Ferdinand|editor-first=Yuniardi}}</ref> Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) sebagai [[majelis tinggi]] dan [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] (DPR RI) sebagai [[majelis rendah]], keduanya membentuk [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR RI) dalam sistem legislatif [[sistem dua kamar|bikameral]] atau sistem dua kamar. Adapun wewenang senator di Indonesia—memberikan pertimbangan, usul, atau saran kepada DPR—masih terbatas jika dilihat sebagai fungsi pada majelis tinggi.<ref>{{Cite web|title=PENGUATAN FUNGSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM PERKEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH – Bawaslu Babel|url=https://babel.bawaslu.go.id/penguatan-fungsi-dewan-perwakilan-daerah-dpd-dalam-perkembangan-dan-pembangunan-daerah/|language=|access-date=2024-07-26}}</ref><ref>{{Cite web|last=Kholisdinuka|first=Alfi|title=Fungsi DPD dalam Sistem Parlemen di RI Dinilai Masih Sangat Lemah|url=https://news.detik.com/berita/d-5698647/fungsi-dpd-dalam-sistem-parlemen-di-ri-dinilai-masih-sangat-lemah|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2024-07-26}}</ref> {{vlindungi}} {{lindungidarianon}}
'''Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia''' (disingkat '''DPD RI''' atau '''DPD'''), sebelum 2004 disebut '''Utusan Daerah''', adalah [[lembaga negara|lembaga]] [[lembaga tinggi negara|tinggi negara]] dalam sistem ketatanegaraan [[Indonesia]] yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap [[Daftar provinsi Indonesia|provinsi]] yang dipilih melalui Pemilihan Umum.
 
==Fungsi==
DPD memiliki fungsi:
* Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu
* Pengawasan atas pelaksanaan [[Undang-Undang (Indonesia)|Undang-Undang]] tertentu. Anggota DPD dari setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah anggota DPD saat ini adalah seharusnya 136 orang. Masa jabatan anggota DPD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD yang baru mengucapkan sumpah/janji.
 
== Sejarah ==
Dewan Perwakilan Daerah merupakan bentuk perwujudan lembaga perwakilan daerah di Indonesia. Lembaga perwakilan daerah, atau biasa disebut majelis tinggi (''upper house'') secara internasional, telah ada sejak lama di Indonesia. Sebelum DPD dibentuk, telah terdapat lembaga Senat RIS, yang mewakili 16 negara bagian RIS. Pada saat yang bersamaan, di Negara Indonesia Timur, terdapat pula Senat Sementara NIT yang mewakili 13 provinsi dalam NIT. Setelah RIS dan NIT dibubarkan, Senat pun ditiadakan, sehingga tidak ada lagi majelis tinggi/lembaga yang merepresentasikan kepentingan daerah di Indonesia.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128 anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang dianggap jauh dari memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam sebuah parlemen bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang juga jauh dari memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak dukungan [[politik]] yang diberikan kepada lembaga baru ini.<ref name="a"/>
 
Kemudian, pada tahun 1959, setelah diberlakukannya dekrit presiden dan kembalinya Indonesia pada UUD 1945, Presiden Soekarno membentuk lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang didalamnya terdapat kelompok Utusan Daerah. Kelompok ini terdiri dari wakil-wakil provinsi yang dipilih oleh DPRD Provinsi. Kelompok Utusan Daerah akan tetap bertahan hingga tahun 2004.{{Butuh rujukan}} Utusan Daerah baru digantikan oleh Dewan Perwakilan Daerah setelah berlangsungnya [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 2004]]. Penggantian ini telah digagas sebelum [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999]] sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi Utusan Daerah sebagai bagian dari [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia]].<ref>{{Cite book|last=Mahmuzar|date=Februari 2019|url=https://repository.uin-suska.ac.id/55664/1/Buku%20Parlemen%20Bikameral%20di%20Negara%20kesatuan%20Studi%20Konstitusional%20Kehadiran%20DPD%20di%20NKRI.pdf|title=Parlemen Bikameral di Negara Kesatuan: Studi Konstitusional Kehadiran DPD di NKRI|location=Bandung|publisher=Penerbit Nusa Media|isbn=978-602-6913-70-8|pages=122-123|url-status=live}}</ref>
Keberadaan lembaga seperti DPD, yang mewakili daerah di parlemen nasional, sesungguhnya sudah terpikirkan dan dapat dilacak sejak sebelum masa kemerdekaan. Gagsan tersebut dikemukakan oleh Moh. Yamin dalam rapat perumusan UUD 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).<ref name="a"/>
 
=== Senat RIS (1950) ===
Gagasan-gagasan akan pentingnya keberadaan perwakilan daerah di parlemen, pada awalnya diakomodasi dalam konstitusi pertama Indonesia, UUD 1945, dengan konsep “utusan daerah” di dalam [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] (MPR), yang bersanding dengan “utusan golongan” dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal tersebut diatur dalam Pasal 2 [[UUD 1945]], yang menyatakan bahwa “MPR terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.” Pengaturan yang longgar dalam UUD 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam berbagai peraturan perundang-undangan.<ref name="a"/>
Senat Republik Indonesia Serikat merupakan majelis tinggi yang terdapat pada sistem parlemen Republik Indonesia Serikat. Senat RIS dibentuk pada tanggal 15 Februari 1950 dengan dasar hukum Konstitusi RIS. Senat RIS terdiri dari 32 anggota, dengan 2 anggota yang mewakili tiap negara bagian RIS. Anggota senat ditunjuk oleh tiap negara bagian dalam RIS. Calon-calon anggota senat dari tiap negara bagian diajukan oleh parlemen dari negara bagian yang bersangkutan (Pasal 81 Konstitusi RIS). Calon diterima sebagai anggota senat apabila surat-surat kepercayaannya dari negara bagian yang bersangkutan telah diverifikasi (Pasal 7 Tata Tertib Senat RIS).
 
Sidang pertama Senat RIS dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 1950. Sidang ini dilaksanakan untuk membahas mengenai posisi ketua dan wakil ketua Senat RIS. Sidang ini berhasil memilih Pellaupessy (NIT) sebagai Ketua dan Teuku Mohammad Hasan sebagai Wakil Ketua.<ref name=dprgr98>{{harvnb|Tim Penyusun Sejarah|1970|pp=98-99}}</ref>
Dalam periode konstitusi berikutnya, UUD Republik Indonesia Serikat (RIS), gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk Senat Republik Indonesia Serikat yang mewakili negara bagian dan bekerja bersisian dengan DPR-RIS.<ref name="a">[http://parlemen.net/site/ldetails.php?docid=dpd. SEJARAH DEWAN PERWAKILAN DAERAH oleh [[Bivitri Susanti]], Herni Sri Nurbayanti dan Fajri Nursyamsi.]</ref>
 
Tata Tertib Senat RIS, yang dibuat dan disahkan oleh Panitia Tata Tertib Senat RIS pada tanggal 22 Februari 1950, berisi mengenai pemeriksaan surat-surat kepercayaan, pemeriksaan persiapan, usul dan saran kepada Senat. Berdasarkan tata tertib tersebut, terdapat lima badan khusus yang berfungsi untuk membantu Senat dalam melaksanakan tugas-tugasnya: Panitia Pemeriksa Surat-Surat Kepercayaan, Panitia Permusyawaratan, Panitia Rumah Tangga, Panitia Permohonan, dan Majelis Persiapan.<ref>{{harvnb|Tim Penyusun Sejarah|1970|p=110}}</ref>
== Pimpinan ==
Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua dan dua wakil ketua. Selain bertugas memimpin sidang, pimpinan DPD juga sebagai juru bicara DPD. Ketua DPD periode 2009–2014 adalah [[Irman Gusman]]. Ia kembali terpilih menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode [[2014]]-[[2019]] setelah mengalahkan calon pimpinan DPD lainnya, [[Farouq Muhammad]]<ref>[http://nasional.kompas.com/read/2014/10/02/22551931/Irman.Gusman.Kembali.Terpilih.sebagai.Ketua.DPD.RI.Periode.2014-2019 Artikel:"Irman Gusman Kembali Terpilih sebagai Ketua DPD RI Periode 2014-2019" di kompas.com]</ref>.
 
Selama masa hidupnya yang singkat (15 Februari 1950 − 16 Agustus 1950), hanya ada satu dari 7 undang-undang federal dan 30 undang-undang darurat yang disahkan pemerintah dengan persetujuan Senat RIS, yakni UU No.7 Tahun 1950 mengenai perubahan UUD RIS menjadi UUD Sementara. Adapun dari 30 undang-undang darurat, terdapat 12 undang-undang darurat yang disahkan dengan mendengarkan pertimbangan dari Senat RIS.<ref>{{harvnb|Tim Penyusun Sejarah|1970|pp=129-131}}</ref>
Pimpinan DPD periode [[2009]]–[[2014]] dan [[2014]]-[[2019]] adalah:
* Ketua: [[Irman Gusman]] ([[Sumatera Barat]])
* Wakil Ketua: [[Farouk Muhammad]] ([[Nusa Tenggara Barat]])
* Wakil Ketua: [[Gusti Kanjeng Ratu Hemas]] ([[DI Yogyakarta]])
 
=== Senat Sementara Negara Indonesia Timur ===
== Anggota ==
Senat Sementara Negara Indonesia Timur (NIT) merupakan majelis tinggi yang terdapat pada parlemen NIT. Senat Sementara dibentuk dengan dasar hukum UUD Sementara NIT dan UU Senat Sementara NIT tahun 1948. Senat ini terdiri dari 13 anggota, dengan tiap anggota mewakili 13 wilayah yang terdapat di Indonesia Timur. Anggota Senat Sementara NIT dilantik pada tanggal 28 Mei 1949 oleh Presiden NIT, [[Tjokorda Gde Raka Soekawati|Soekawati]].<ref name=p91>{{harvnb|Bastiaans|1950|p=91}}</ref>
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah 2014–2019}}
 
Berdasarkan undang-undang ini, Senat Sementara NIT memiliki kewenangan untuk mengesahkan rancangan UUD yang diajukan oleh Badan Perwakilan Sementara (setingkat DPR) di NIT. Setelah UUD disahkan, UUD akan diberlakukan, kemudian senat sementara akan dibubarkan dan digantikan oleh Senat yang bersifat tetap. Senat yang tetap ini akan diberikan wewenang yang lebih luas dibandingkan dengan Senat Sementara.<ref name=p91/>
=== Kekebalan hukum ===
Anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik masing-masing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.
== Alat kelengkapan ==
Alat kelengkapan DPD terdiri atas: Komite, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia lain yang diperlukan.
 
Pada pelaksanaannya, rancangan UUD tidak pernah disahkan, dikarenakan NIT yang bubar sekitar 1½ tahun setelah pembentukan senat sementara. Senat yang tetap tidak pernah terbentuk, sehingga tugas-tugas pokok dan fungsi majelis tinggi dalam Parlemen NIT hanya bersifat de jure saja.<ref name=p91/>
===Komite I===
====Tugas====
Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah.<ref name="komite I"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-i Komite I DPD RI></ref>
 
=== Fraksi Utusan Daerah (F-UD) di Majelis Permusyawaratan Rakyat ===
Lingkup tugas Komite I sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut<ref name="komite I"/> :
Setelah pembubaran Senat RIS, maka secara praktis tidak ada lagi organisasi/fraksi yang mewakili kepentingan daerah di dalam parlemen Indonesia, kecuali fraksi Kesatuan yang mewakili [[Irian Jaya|Papua]]. Kepentingan daerah baru kembali terakomodasi melalui fraksi Utusan Daerah dalam [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara]] yang dibentuk melalui Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 dan anggotanya dilantik pada tanggal 15 September 1960. Susunan MPRS — sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 12 tahun 1959 — terdiri atas anggota DPR Gotong Royong (DPR-GR), utusan daerah, dan golongan karya (Pasal 1).
*Pemerintah daerah;
*Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;
*Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
*Pemukiman dan kependudukan;
*Pertanahan dan tata ruang;
*Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan
*Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara.
 
Komposisi keanggotaan tiap [[Provinsi di Indonesia|provinsi]] dalam fraksi Utusan Daerah (F-UD) diambil berdasarkan jumlah penduduk dari tiap provinsi. Untuk provinsi yang berpenduduk lebih dari 3 juta akan memperoleh 5 orang wakil dalam F-UD, untuk provinsi yang memiliki penduduk antara 1 sampai 3 juta orang akan memperoleh 4 orang wakil dalam F-UD, sedangkan untuk provinsi yang memiliki penduduk kurang dari 1 juta orang akan memperoleh 3 orang wakil dalam F-UD (Pasal 2 Penjelasan Perpres). Calon wakil untuk F-UD dicalonkan oleh [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi|DPRD provinsi]] yang bersangkutan, dengan jumlah calon maksimal dua kali jatah yang telah ditetapkan oleh Perpres. Presiden kemudian akan memilih wakil untuk F-UD dari tiap provinsi.<ref>Sebagai contoh, Provinsi Jawa Barat memiliki jatah 5 orang wakil dalam F-UD. Maka, DPRD Jawa Barat berhak mencalonkan maksimal 10 orang wakil (dua kali lipat jatah) dalam F-UD. Kemudian, presiden akan menunjuk 5 orang dari daftar calon tersebut untuk menduduki posisi di F-UD.</ref>
====Pimpinan====
Pimpinan Komite I periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan">:[http://www.jurnalparlemen.com/view/8450/ini-formasi-alat-kelengkapan-dpd-tahun-sidang-2014-2015.html Jurnal Parlemen : Ini Formasi Alat Kelengkapan DPD Tahun Sidang 2014-2015]</ref>
* Ketua : [[Akhmad Muqowam]] ([[Jawa Tengah]])
* Wakil : [[Fachrul Razi]] ([[Aceh]]) dan [[Benny Rhamdani]] ([[Sulawesi Utara]]).
 
Dari peraturan tersebut maka diperoleh jumlah keseluruhan anggota F-UD sebanyak 94 orang anggota. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingan dengan golongan karya yang memiliki 200 orang anggota, ataupun DPR-GR yang memiliki 257 orang anggota.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|p=72}}</ref>
=== Komite II===
====Tugas====
Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya.<ref name="komite II"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-ii Komite II DPD RI></ref>
 
Setelah [[Soekarno]] digantikan oleh [[Soeharto]], undang-undang baru dibuat untuk mengubah susunan parlemen Indonesia. Susunan MPR yang sebelumnya ditetapkan oleh Perpres No. 12 Tahun 1959 digantikan oleh UU No. 16 Tahun 1969. Berdasarkan UU ini, jumlah anggota F-UD memperoleh kenaikan dari 94 menjadi 110 anggota. Penambahan anggota ini diakibatkan oleh peningkatan jumlah wakil-wakil dari setiap provinsi (Pasal 8 Ayat 1), dan penunjukan [[gubernur]] (Pasal 8 Ayat 2), Panglima [[Komando Daerah Militer|Kodam]], dan Komandan [[Komando Resor Militer|Korem]] (Keppres No. 83/M Tahun 1972), sebagai anggota ''ex officio'' dari F-UD. Akibatnya, jumlah anggota utusan daerah meningkat lagi menjadi 130 orang pada MPR periode 1972-1977, dan pada periode-periode selanjutnya tidak ada peningkatan yang signifikan dalam jumlah anggota.<ref>Jumlah anggota Utusan Daerah dari tahun 1971 hingga 1997 mengalami kenaikan secara minim. Hal ini disebabkan oleh proses integrasi secara bertahap provinsi Irian Jaya dan Timor Timur ke dalam lembaga legislatif, dan perubahan undang-undang yang mengatur komposisi anggota DPR/MPR, mulai dari UU No. 16 Tahun 1969 hingga UU No. 2 Tahun 1985. Lihat Pemerintah RI 1992, hlm. 3-4; Departemen Penerangan RI 1992, hlm. 30</ref>
Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut<ref name="komite II"/> :
*Pertanian dan Perkebunan;
*Perhubungan;
*Kelautan dan Perikanan;
*Energi dan Sumber daya mineral;
*Kehutanan dan Lingkungan hidup;
*Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah Tertinggal;
*Perindustrian dan Perdagangan;
*Penanaman Modal; dan
*Pekerjaan Umum.
 
Pada praktiknya, utusan daerah selama masa Soekarno dan Soeharto tidak banyak memainkan peranan penting dalam menyalurkan aspirasi daerah. Hal ini dikarenakan pemilihannya oleh DPRD yang bersangkutan, sehingga lebih didominasi oleh para pejabat setempat. Selain itu, dipilihnya anggota F-UD oleh presiden membuat F-UD (dan MPR secara keseluruhan) hanya sebagai ''rubber-stamp parliament'', di mana tugas dan fungsinya secara ''de facto'' hanyalah menyetujui segala keputusan presiden, baik secara formal maupun informal. Kelemahan lainnya adalah bahwa tidak ada keharusan bagi anggota F-UD untuk berasal dari atau bertempat tinggal di daerah yang diwakilinya. Hanya ada peraturan mengenai usia (maksimal 21 tahun), kewarganegaraan, dan tidak terlibat [[Gerakan 30 September|G30S/PKI]], serta syarat normatif lainnya bagi anggota F-UD.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|pp=76-78}}</ref>
====Pimpinan====
Pimpinan Komite II periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>:
Reformasi yang menggulingkan Presiden Soeharto membawa dampak besar bagi lembaga legislatif, tidak terkecuali bagi F-UD. Pada MPR periode 1999-2004, jumlah anggota F-UD dipotong menjadi 130 anggota<ref>Pada pelantikan anggota MPR tanggal 1 Oktober 1999, terdapat 135 anggota F-UD. Setelah Provinsi Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia, anggota F-UD dari Timor Timur ditarik balik.</ref> dari jumlah pada MPR periode 1997-1999 sebanyak 149 anggota.<ref>{{harvnb|Departemen Penerangan RI|1998|p=63}}</ref> Berbeda dengan periode sebelumnya, di mana jumlah anggota F-UD dari setiap provinsi disesuaikan dengan jumlah penduduknya, jumlah wakil F-UD dari setiap provinsi disamaratakan sebanyak 5 orang. Meskipun sistem keanggotaan ini sudah mulai menyerupai DPD seperti sekarang, menurut peraturan Tatib MPR, fraksi-fraksi dalam MPR hanya dibagi berdasarkan parpol, TNI/Polri, dan utusan golongan. F-UD dibubarkan dan anggota F-UD masuk ke dalam fraksi parpol menurut partai asal yang mencalonkan mereka dalam pemilihan di DPRD Provinsi.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|p=82}}</ref>
* Ketua : [[Parlindungan Purba]] ([[Sumatera Utara]])
* Wakil : [[Ahmad Nawardi]] ([[Jawa Timur]]) dan [[La Ode Muhammad Rusman Emba]] ([[Sulawesi Tenggara]])
 
Hal ini mengakibatkan F-UD tidak lain hanyalah wakil partai politik dalam parlemen, bukan merupakan wakil daerah. Para anggota F-UD yang tidak setuju dengan keputusan ini kemudian membuat secara informal Forum Utusan Daerah,<ref>Kompas, 12 Juni 2000</ref> dan fraksi Utusan Daerah kembali disahkan sebagai kelompok dalam MPR pada Sidang Tahunan MPR pada tanggal 1-9 November 2001.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|p=83}}</ref>
===Komite III===
====Tugas====
Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.<ref name="komite III"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iii Komite III DPD RI></ref>
 
Meskipun begitu, tidak semua anggota MPR dari utusan daerah kembali masuk ke dalam fraksi ini. Dari 130 anggota utusan daerah di MPR, hanya 55 yang kembali masuk ke dalam F-UD. Sisanya tetap bertahan di fraksi partai masing-masing.<ref name=p84>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|p=84}}</ref>
Lingkup tugas Komite III sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut<ref name="komite III"/> :
*Pendidikan;
*Agama;
*Kebudayaan;
*Kesehatan;
*Pariwisata;
*Pemuda dan olahraga;
*Kesejahteraan sosial;
*Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
*Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
*Ekonomi Kreatif;
*Administrasi Kependudukan/Pencatatan Sipil;
*Pengendalian Kependudukan/Keluarga Berencana; dan
*Perpustakaan.
 
=== Sebagai Dewan Perwakilan Daerah ===
====Pimpinan====
Setelah reformasi bergulir, perubahan-perubahan dasar ketatanegaraan pun dilangsungkan. Dalam kurun waktu 1999 hingga 2002, telah terjadi empat kali amandemen terhadap UUD 1945. Salah satu bagian yang diamandemen adalah mengenai susunan lembaga legislatif di Indonesia. MPR yang sebelumnya bersifat unikameral, berubah menjadi bikameral dengan keberadaan DPD.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|pp=86-87}}</ref>
Pimpinan Komite III periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>:
* Ketua : [[Hardi Selamat Hood]] ([[Kepulauan Riau]])
* Wakil : [[Abraham Liyanto]] ([[Nusa Tenggara Timur]]) dan [[Fahira Idris]] ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]])
 
Tidak seperti F-UD, DPD dipilih langsung oleh masyarakat sehingga DPD bersifat lebih demokratis dalam mewakili aspirasi daerah dibandingkan dengan F-UD. Selain itu, posisi ex officio di dalam DPD pun dihapuskan, sehingga anggota DPD dipilih oleh rakyat secara keseluruhan. Yang terakhir, anggota DPD diharuskan untuk bersikap independen dalam mewakili aspirasi daerahnya, tidak seperti F-UD yang lebih cenderung berpihak ke suatu parpol.<ref>{{harvnb|Efriza|Rozi|2010|p=260}}</ref>
===Komite IV===
====Tugas====
Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN; perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha mikro, kecil dan menengah.<ref name="komite IV">http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iv Komite IV DPD RI></ref>
 
Pembahasan mengenai pembentukan DPD dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001 dan pada Rapat Paripurna ke-5, hari Minggu, 4 November 2001. Pada rapat ini, hampir seluruh fraksi dalam MPR menyetujui pembentukan DPD, terkecuali F-PDU (Persatuan Daulat Ummah) yang tidak memberikan tanggapan apapun mengenai pembentukan DPD.<ref>{{harvnb|Efriza|Rozi|2010|pp=246-248}}</ref>
Lingkup tugas Komite IV sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut<ref name="komite IV"/> :
*Anggaran pendapat dan belanja negara;
*Pajak dan pungutan lain;
*Perimbangan keuangan pusat dan daerah;
*Pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota BPK;
*Lembaga keuangan; dan
*Koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah.
 
Pembentukan DPD akhirnya disahkan pada tanggal 9 November 2001 dan menjadi bagian dari amandemen ketiga UUD 1945.<ref>{{harvnb|Jaweng|Siahaan|Armanjaya|Adinabung|2005|p=87}}</ref> Meskipun begitu, F-UD tidak serta merta hilang: F-UD tetap bertahan hingga akhir periode 1999-2004.<ref name=p84/> MPR, DPR, dan DPD dengan susunan yang baru terbentuk pada tanggal 1 Oktober 2004, dengan ketua DPD pertama Ginandjar Kartasasmita dan wakil ketua Irman Gusman dan La Ode Ida.<ref>Kompas, 2 Oktober 2004</ref>
====Pimpinan====
Pimpinan Komite IV periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>:
* Ketua : [[Cholid Mahmud]] ([[Daerah Istimewa Yogyakarta]])
* Wakil : [[Ajiep Padindang]] ([[Sulawesi Selatan]]) dan [[Ghazali Abbas Adan]] ([[Aceh]])
 
== Persyaratan anggota ==
===Panitia Perancang Undang-undang===
Syarat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia menurut UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai berikut:
====Tugas====
# Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas<ref>[http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-perancang-undang-undang Panitia Perancang Undang-undang DPD RI]</ref>:
# Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri
#Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan setiap tahun anggaran;
# Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya
#Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
# Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah
#Melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan oleh DPD;
# Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
#Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah dan/atau Sidang Paripurna;
# Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara
#Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau Presiden yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau Sidang Paripurna;
# Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara
#Melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti perkembangan materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas oleh komite;
# Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
#Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-undang;
# Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
#Melakukan tugas atas keputusan Sidang Paripurna dan/atau Panitia Musyawarah;
# Terdaftar sebagai Pemilih
#Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukkan dalam acara DPD;
# Memiliki [[Nomor Pokok Wajib Pajak]] (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
#Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak menjadi lingkup tugas komite;
# Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi [[17 Agustus 1945]]
#Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya melibatkan lebih dari 1 (satu) Komite; dan
# Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
#Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir tahun sidang dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan Panitia Perancang Undang-Undang pada masa keanggotaan berikutnya
# Berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun
# Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat
# Bukan bekas anggota organisasi terlarang [[Partai Komunis Indonesia]], termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI
# Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara Republik Indonesia
 
== Fungsi ==
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas Panitia Perancang Undang-Undang mempunyai tugas:
Berdasarkan Pasal 248 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014, fungsi DPD adalah:
* pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR;
* ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
* pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
* pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
 
== Pimpinan ==
#Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permintaan daerah tentang berbagai kebijakan hukum dan tentang masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan kepentingan umum;
=== Pimpinan Sementara ===
#Memberikan masukan yang objektif kepada pimpinan, pemerintah daerah, dan masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan hukum dan saran-saran lain yang berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang di DPD; dan
Sebelum pimpinan tetap dilantik, DPD mengangkat pimpinan sementara untuk memimpin sidang paripurna DPD dan pemilihan ketua dan wakil ketua DPD. Pimpinan sementara terdiri dari ketua dan wakil ketua sementara DPD, di mana ketua sementara merupakan anggota DPD tertua, sedangkan wakil ketua sementara merupakan anggota DPD termuda.
#Mengoordinasikan secara substansi dan fungsional Pusat Perancangan Kebijakan dan Informasi Hukum Pusat-Daerah (Law Center) DPD.
 
Jika anggota tertua atau termuda berhalangan untuk hadir, maka posisi tersebut bisa digantikan oleh anggota tertua atau termuda berikutnya.
====Pimpinan====
Pimpinan Panitia Perancang Undang-undang periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>:
* Ketua : [[Gede Pasek Suardika]] ([[Bali]])
* Wakil : [[Anang Prihantoro]] ([[Lampung]]) dan [[Muhammad Afnan Hadikusumo]] ([[Daerah Istimewa Yogyakarta]])
 
===Panitia UrusanPimpinan RumahTetap Tangga===
Pimpinan tetap DPD terdiri dari seorang ketua dan beberapa wakil ketua.
====Tugas====
== Anggota ==
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat Kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap dan mempunyai tugas<ref>[http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-urusan-rumah-tangga Panitia Urusan Rumah Tangga]</ref> :
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2024–2029}}
#membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumah tanggaan DPD RI, termasuk kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2019–2024}}
#membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk pengelolaan kantor DPD RI di daerah;
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2014–2019}}
#membantu pimpinan dalam merencanakan dan menyusun kebijakan anggaran DPD;
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2009–2014}}
#mengawasi pengelolaan anggaran yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal;
{{seealso|Daftar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2004–2009}}
#mewakili pimpinan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;
#melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPD yang ditugaskan oleh pimpinan berdasarkan hasil Sidang Panitia Musyawarah; dan
#menyampaikan laporan kinerja dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan untuk itu.
 
====Pimpinan= Kekebalan hukum ===
Senator atau anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik masing-masing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>:
 
* Ketua : [[Muhammad Asri Anas]] ([[Sulawesi Barat]])
== Alat kelengkapan ==
* Wakil : [[Aidil Fitri Syah]] ([[Sumatera Selatan]]) dan [[Habib Ali Alwi]] ([[Banten]])
Alat kelengkapan DPD terdiri atas: Komite, Badan Kehormatan dan Panitia-panitia lain yang diperlukan.
 
=== Komite I ===
==== Tugas ====
Komite I DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah.<ref name="komite I"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-i {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141008054109/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-i |date=2014-10-08 }} Komite I DPD RI></ref>
 
Lingkup tugas Komite I sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:<ref name="komite I"/>
* Pemerintah daerah;
* Hubungan pusat dan daerah serta antar daerah;
* Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
* Pemukiman dan kependudukan;
* Pertanahan dan tata ruang;
* Politik, hukum, HAM dan ketertiban umum; dan
* Permasalahan daerah di wilayah perbatasan negara.
=== Komite II ===
==== Tugas ====
Komite II DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada pengelolaan sumber daya alam; dan pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya.<ref name="komite II"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-ii {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141008081531/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-ii |date=2014-10-08 }} Komite II DPD RI></ref>
 
Lingkup tugas Komite II sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:<ref name="komite II"/>
* Pertanian dan Perkebunan;
* Perhubungan;
* Kelautan dan Perikanan;
* Energi dan Sumber daya mineral;
* Kehutanan dan Lingkungan hidup;
* Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Daerah Tertinggal;
* Perindustrian dan Perdagangan;
* Penanaman Modal; dan
* Pekerjaan Umum.
=== Komite III ===
==== Tugas ====
Komite III DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada pendidikan dan agama.<ref name="komite III"><http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iii {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141008093054/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iii |date=2014-10-08 }} Komite III DPD RI></ref>
 
Lingkup tugas Komite III sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:<ref name="komite III"/>
* Pendidikan;
* Agama;
* Kebudayaan;
* Kesehatan;
* Pariwisata;
* Pemuda dan olahraga;
* Kesejahteraan sosial;
* Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
* Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
* Ekonomi Kreatif;
* Administrasi Kependudukan/Pencatatan Sipil;
* Pengendalian Kependudukan/Keluarga Berencana; dan
* Perpustakaan.
=== Komite IV ===
==== Tugas ====
Komite IV DPD RI merupakan alat kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap, yang mempunyai lingkup tugas pada rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN; perimbangan keuangan pusat dan daerah; memberikan pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan Anggota BPK; pajak; dan usaha mikro, kecil dan menengah.<ref name="komite IV">http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iv {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20141008030454/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/komite-iv |date=2014-10-08 }} Komite IV DPD RI></ref>
 
Lingkup tugas Komite IV sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan memperhatikan urusan daerah dan masyarakat, sebagai berikut:<ref name="komite IV"/>
* Anggaran pendapat dan belanja negara;
* Pajak dan pungutan lain;
* Perimbangan keuangan pusat dan daerah;
* Pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota BPK;
* Lembaga keuangan; dan
* Koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah.
 
=== Panitia Perancang Undang-undang ===
==== Tugas ====
Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:<ref>{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-perancang-undang-undang |title=Panitia Perancang Undang-undang DPD RI |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-10-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141008095118/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-perancang-undang-undang |dead-url=yes }}</ref>
# Merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan usul rancangan undang-undang untuk 1 (satu) masa keanggotaan DPD dan setiap tahun anggaran;
# Membahas usul rancangan undang-undang berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
# Melakukan kegiatan pembahasan, harmonisasi, pembulatan, dan pemantapan konsepsi usul rancangan undang-undang yang disiapkan oleh DPD;
# Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah dan/atau Sidang Paripurna;
# Melakukan pembahasan terhadap rancangan undang-undang dari DPR atau Presiden yang secara khusus ditugaskan oleh Panitia Musyawarah atau Sidang Paripurna;
# Melakukan koordinasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka mengikuti perkembangan materi usul rancangan undang-undang yang sedang dibahas oleh komite;
# Melakukan evaluasi terhadap program penyusunan usul rancangan undang-undang;
# Melakukan tugas atas keputusan Sidang Paripurna dan/atau Panitia Musyawarah;
# Mengusulkan kepada Panitia Musyawarah hal yang dipandang perlu untuk dimasukkan dalam acara DPD;
# Mengadakan persiapan, pembahasan dan penyusunan RUU yang tidak menjadi lingkup tugas komite;
# Mengoordinasikan proses penyusunan RUU yang pembahasannya melibatkan lebih dari 1 (satu) Komite; dan
# Membuat inventarisasi masalah hukum dan perundang-undangan pada akhir tahun sidang dan akhir masa keanggotaan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan Panitia Perancang Undang-Undang pada masa keanggotaan berikutnya
 
Selain tugas sebagaimana dimaksud di atas Panitia Perancang Undang-Undang mempunyai tugas:
 
# Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permintaan daerah tentang berbagai kebijakan hukum dan tentang masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan kepentingan umum;
===Badan Kehormatan===
# Memberikan masukan yang objektif kepada pimpinan, pemerintah daerah, dan masyarakat mengenai pelaksanaan pembangunan hukum dan saran-saran lain yang berkaitan dengan penyusunan rancangan undang-undang di DPD; dan
====Tugas====
# Mengoordinasikan secara substansi dan fungsional Pusat Perancangan Kebijakan dan Informasi Hukum Pusat-Daerah (Law Center) DPD.
Badan Kehormatan (BK) merupakan Alat Kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas<ref>[http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-kehormatan Badan Kehormatan]</ref> :
#melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota DPD karena :
#*tidak melaksanakan kewajiban;
#*tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangantetap sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun;
#*tidak menghadiri Sidang Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam ) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
#*tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
#*melanggar ketentuan larangan Anggota.
#menetapkan keputusan atas hasil penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota;
#menyampaikan keputusan sebagaimana atas penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan teradap Anggota pada Sidang Paripurna untu ditetapkan.
#selain tugas-tugas sebagaimana diatas BK juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPD.
 
=== Panitia Urusan Rumah Tangga ===
====Pimpinan====
==== Tugas ====
Pimpinan Badan Kehormatan periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/> :
Pimpinan Panitia Urusan Rumah Tangga (PURT) merupakan Alat Kelengkapan DPD RI yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:<ref>{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-urusan-rumah-tangga |title=Panitia Urusan Rumah Tangga |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-10-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141008035643/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-urusan-rumah-tangga |dead-url=yes }}</ref>
* Ketua : [[Andi Mapetahang Fatwa]] ([[DKI Jakarta]])
# Membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPD RI, termasuk kesejahteraan Anggota dan pegawai Sekretariat Jenderal;
* Wakil : [[Maimanah Umar]] ([[Riau]]) dan [[Lalu Suhaimi Ismy]] ([[Nusa Tenggara Barat]])
# Membantu pimpinan dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal, termasuk pengelolaan kantor DPD RI di daerah;
# Membantu pimpinan dalam merencanakan dan menyusun kebijakan anggaran DPD;
# Mengawasi pengelolaan anggaran yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal;
# Mewakili pimpinan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;
# Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan masalah kerumahtanggaan DPD yang ditugaskan oleh pimpinan berdasarkan hasil Sidang Panitia Musyawarah; dan
# Menyampaikan laporan kinerja dalam Sidang Paripurna yang khusus diadakan untuk itu.
 
=== Badan KerjasamaKehormatan Parlemen===
==== Tugas ====
Badan KerjasamaKehormatan Parlemen dibentuk oleh DPD dan(BK) merupakan alatAlat kelengkapanKelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:<ref>[{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-kerjasama-parlemenkehormatan |title=Badan KerjasamaKehormatan |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-10-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141008024540/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-kehormatan |dead-url=yes Parlemen]}}</ref> :
# melakukan penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota DPD karena:
#Membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPD dan lembaga sejenis, lembaga pemerintah ataupun lembaga nonpemerintah, baik secara regional maupun internasional, atas penugasan Sidang Paripurna ataupun atas dasar koordinasi dengan Panitia Musyawarah, dan Komite;
#* tidak melaksanakan kewajiban;
#Mengoordinasikan kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh alat kelengkapan baik regional maupun internasional;
#* tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangantetap sebagai Anggota selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun;
#Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kunjungan delegasi lembaga negara sejenis yang menjadi tamu DPD;
#* tidak menghadiri Sidang Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam ) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah;
#Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD dan lembaga negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;
#* tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum;
#Mengadakan sidang gabungan dengan pimpinan, Panitia Musyawarah, Panitia Urusan Rumah Tangga, Panitia Perancang Undang-Undang, dan Komite dalam rangka pembentukan delegasi DPD; dan
#* melanggar ketentuan larangan Anggota.
#Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut dengan keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.
# menetapkan keputusan atas hasil penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan terhadap Anggota;
# menyampaikan keputusan sebagaimana atas penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan teradap Anggota pada Sidang Paripurna untu ditetapkan.
# selain tugas-tugas sebagaimana di atas BK juga melakukan evaluasi dan penyempurnaan peraturan DPD tentang Tata Tertib dan Kode Etik DPD.
 
=== Badan Kerjasama Parlemen ===
====Pimpinan====
==== Tugas ====
Pimpinan Badan Kerjasama Parlemen periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/> :
Badan Kerjasama Parlemen dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:<ref>{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-kerjasama-parlemen |title=Badan Kerjasama Parlemen |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-11-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141123152108/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-kerjasama-parlemen |dead-url=yes }}</ref>
* Ketua : [[Mohammad Saleh]] ([[Bengkulu]])
# Membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPD dan lembaga sejenis, lembaga pemerintah ataupun lembaga nonpemerintah, baik secara regional maupun internasional, atas penugasan Sidang Paripurna ataupun atas dasar koordinasi dengan Panitia Musyawarah, dan Komite;
* Wakil : [[Emilia Contessa]] ([[Jawa Timur]]) dan [[Maya Rumantir]] ([[Sulawesi Utara]])
# Mengoordinasikan kegiatan kunjungan kerja yang dilakukan oleh alat kelengkapan baik regional maupun internasional;
# Mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kunjungan delegasi lembaga negara sejenis yang menjadi tamu DPD;
# Memberikan saran atau usul kepada pimpinan tentang kerjasama antara DPD dan lembaga negara sejenis, baik secara regional maupun internasional;
# Mengadakan sidang gabungan dengan pimpinan, Panitia Musyawarah, Panitia Urusan Rumah Tangga, Panitia Perancang Undang-Undang, dan Komite dalam rangka pembentukan delegasi DPD; dan
# Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan antar lembaga diatur lebih lanjut dengan keputusan Panitia Hubungan Antar Lembaga.
 
=== Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan ===
==== Tugas ====
Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah(BPKK DPD) bertugas antara lain mengkaji sistem ketatanegaraan guna mewajudkan lembaga perwakilan daerah yang mengejawantahkan nilai demokrasi. Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok DPD dibantu anggota/pimpinan BPKK DPD.<ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>.
 
=== Badan Akuntabilitas Publik ===
====Pimpinan====
==== Tugas ====
Pimpinan Badan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/> :
Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas:<ref>{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-akuntabilitas-publik |title=Badan Akuntabilitas Publik |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-11-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141118225908/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-akuntabilitas-publik |dead-url=yes }}</ref>
* Ketua : [[Bambang Sadono]] ([[Jawa Tengah]])
# Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi kerugian negara secara melawan hukum;
* Wakil : [[Muhammad Asri Anas]] ([[Sulawesi Barat]]) dan [[Muhammad Syukur]] ([[Jambi]])
# Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan korupsi dan malaadministrasi dalam pelayanan publik;
 
===Badan= AkuntabilitasPimpinan Publik====
Pimpinan Badan Akuntabilitas Publik periode 2024 - 2029 <ref>[https://www.instagram.com/fahiraidris/p/DA_F8AwzZkj/ Pimpinan BAP (Badan Akuntabilitas Publik) DPD RI] Instagram @fahiraidris</ref>
====Tugas====
Panitia Akuntabilitas Publik (PAP) dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap mempunyai tugas<ref>[http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/badan-akuntabilitas-publik Badan Akuntabilitas Publik]</ref> :
#Melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi kerugian negara secara melawan hukum;
#Menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan korupsi dan malaadministrasi dalam pelayanan publik;
 
* Ketua: [[Abdul Hakim (politikus)|K. H. Ir. Abdul Hakim, M.M.]] (Lampung)
====Pimpinan====
* Wakil Ketua I: [[Yulianus Henock Samual|Dr. Yulianus Henock Samual, S.H., M.Si.]] (Kalimantan Timur)
Pimpinan Badan Akuntabilitas Publik periode 2014 - 2019 <ref name="pimpinan alat kelengakapan"/>
* Wakil Ketua II: [[Ahmad Syauqi Soeratno|Ir. Ahmad Syauqi Soeratno, M.M.]] (Daerah Istimewa Yogyakarta)
* Ketua : [[Abdul Gafar Usman]] ([[Riau]])
* Wakil Ketua III: [[AyiNelson Hambali]]Wenda|Nelson ([[JawaWenda, Barat]]) dan [[Abdullah ManarayS.T.]] ([[Papua Barat]]Pegunungan)
 
=== Panitia Musyawarah ===
Panitia Musyawarah dibentuk oleh DPD dan merupakan alat kelengkapan DPD yang bersifat tetap dan mempunyai tugas:<ref>[{{Cite web |url=http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-musyawarah |title=Panitia Musyawarah] |access-date=2014-11-25 |archive-date=2014-10-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141008005905/http://www.dpd.go.id/alatkelengkapan/panitia-musyawarah |dead-url=yes }}</ref>:
# Merancang dan menetapkan jadwal acara serta kegiatan DPD, termasuk sidang dan rapat, untuk :
#* 1 (satu) tahun sidang;
#* 1 (satu) masa persidangan; dan
#* sebagian dari suatu masa sidang.
# Merancang rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1 (satu) masa keanggotaan;
# Rencana kerja lima tahunan sebagai program dan arah kebijakan DPD selama 1 (satu) masa keanggotaan dapat direvisi setiap tahun;
# Menyusun rencana kerja tahunan sebagai penjabaran dari rencana kerja lima tahunan;
# Merancang dan menetapkan perkiraan waktu penyelesaian suatu masalah;
# Merancang dan menetapkan jangka waktu penyelesaian rancangan undang-undang, dengan tidak mengurangi hak sidang Paripurna untuk mengubahnya;
# Memberikan pendapat kepada pimpinan dalam penanganan masalah menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPD;
# Meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai hal yang menyangkut pelaksanaan tugas setiap alat kelengkapan tersebut
# Menentukan penanganan terhadap pelaksanaan tugas DPD oleh alat kelengkapan DPD;
# Membahas dan menentukan mekanisme kerja antar alat kelengkapan yang tidak diatur dalam Tata Tertib; dan
# Merumuskan agenda kegiatan Anggota di daerah.
 
Selain tugas sebagaimana dimaksud diatasdi atas, Panitia Musyawarah mempunyai tugas menyusun rencana kegiatan untuk disampaikan kepada Panitia Urusan Rumah Tangga dalam penentuan dukungan anggaran.
 
== Sekretariat Jenderal ==
Baris 271 ⟶ 295:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.dpd.go.id Situs web resmi Dewan Perwakilan Daerah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161203091543/http://www.dpd.go.id/ |date=2016-12-03 }}
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Bibliografi ==
* {{Citation| url=http://lampje.leidenuniv.nl/KITLV-docs/open/356098931.pdf| last=Bastiaans| first=W. Ch. J.| title=Personalia Van Staatkundige Eenheden (Regering en Volksvertegenwoordiging) in Indonesie (per 1 Sept. 1949)| place=[[Jakarta]]| year=1950| accessdate=2020-06-12| archive-date=2019-10-23| archive-url=https://web.archive.org/web/20191023093157/http://lampje.leidenuniv.nl/KITLV-docs/open/356098931.pdf| dead-url=yes}}
* {{Citation | author= Departemen Penerangan RI| title = Daftar Nama-Nama Anggota DPR, MPR, dan DPRD Tingkat I Hasil Pemilihan Umum 1992|language=Indonesian |location = Jakarta| year = 1992}}
* {{citation|author=Departemen Penerangan RI|title=Nama Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang Terpilih dan yang Diangkat serta yang Pergantian Antarwaktu Masa Bakti Tahun 1997-2002|date=1998|location=[[Jakarta]]|language=Indonesian}}
* {{citation|last1 =Efriza| first1 =Rozi|last2 =Syafuan| title = Parlemen Indonesia: Geliat Volksraad hingga DPD|date=2010| publisher=Penerbit Alfabeta}}
* {{citation|last1 =Jaweng| first1 =Robert Endi|last2 = Siahaan|first2 =Henry|last3 = Armanjaya|first3 = Lexy|last4= Adinabung|first4= Adian| title = Mengenal DPD-RI: Sebuah Gambaran Awal|date=2005| publisher=Institute for Local Development |location=Jakarta}}
* {{Citation|author=Tim Penyusun Sejarah|title=Seperempat Abad Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|date=1970|location=[[Jakarta]]|publisher=Sekretariat DPR-GR|url=http://repositori.dpr.go.id/81/1/SEPEREMPAT%20ABAD%20DPR%20RI.pdf}}
{{Topik Indonesia}}
{{indo-stub}}
{{politik-stub}}
 
[[Kategori:DPDDewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia| {{PAGENAME}}]]
[[Kategori:Parlemen Indonesia]]
[[Kategori:Pejabat politik di Indonesia]]