Kesultanan Peureulak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Avamauza (bicara | kontrib)
Daftar Sultan Perlak: silsilah Kerajaan Lamuri, bukan Perlak. Permintaan Ketua Mapesa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(70 revisi perantara oleh 43 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pemastian}}
{{Infobox Former Country
|native_name = </small>{{lang|id|Kesultanan Perlak}}</small>
|conventional_long_name = KerajaanKesultanan Peureulak<br />کسلطانن ڤورولق
|common_name = KerajaanKesultanan Peureulak
|continent = Asia
|region = Asia Tenggara
|country = Aceh
|religion = [[Islam]]
|s1 = Samudera Pasai
Baris 15 ⟶ 11:
|event_start =
|event_end = Digabungkan dengan Samudera Pasai
|image_map = [[Berkas:PeureulakMap.JPG|jmpl|247px|Peta kerajaan Islam Peureulak dan Pasai.]]
|capital = [[Peureulak, Aceh Timur|Pureulak]]
|common_languages = [[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|government_type = Monarki
|title_leader = [[#Daftar Sultan Perlak|Sultan]]
|leader1 = Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul AzisAziz Shah
|year_leader1 = 860–864
|leader2 = Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat
Baris 26 ⟶ 22:
|currency =
|footnotes =
|continent today = Asia =
{{flag|Indonesia}}<br />
}}
:{{arti lain|Peureulak diarahkan ke halaman ini. Untuk [[kecamatan]] di [[Kabupaten Aceh Timur]], lihat [[Peureulak, Aceh Timur]]}}
[[Berkas:PeureulakMap.JPG|thumb|247px|Peta kerajaan Islam Peureulak dan Pasai.]]
 
'''Kesultanan Peureulak''' atau '''Kesultanan Perlak''' adalah [[kerajaan]] [[Islam]] di [[Indonesia]] dan merupakan [[kesultanan]] yang berkuasa di sekitar wilayah [[Peureulak, Aceh Timur]], [[Aceh]] sekarang disebut-sebut antara tahun [[840]] sampai dengan tahun [[1292]].{{fact}} '''PerlakPeureulak''' atau '''PeureulakPerlak''' terkenal sebagai suatu daerah penghasil [[kayu perlak]], jenis [[kayu]] yang sangat bagus untuk pembuatan [[kapal]], dan karenanya daerah ini dikenal dengan nama ''"Negeri Perlak''".<ref>{{Cite Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai [[pelabuhan]] niaga yang maju pada [[abad keweb|url=https://republika.co.id/berita/dunia-8]], disinggahi oleh kapalislam/islam-kapal yang antara lain berasal dari [[Jazirah Arabdigest/16/08/29/ocnqms313-3-kerajaan-islam-berpengaruh-di-aceh|Arab]]title=3 danKerajaan [[Persia]].Islam Hal ini membuat berkembangnya masyarakat IslamBerpengaruh di daerahAceh|date=2016-08-29|website=Republika ini, terutama sebagai akibat [[perkawinan campur]] antara [[saudagar]] [[muslim]] dengan perempuan setempat.Online|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai [[pelabuhan]] niaga yang maju pada [[abad ke-8]], disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari [[Jazirah Arab|Arab]] dan [[Persia]]. Hal ini membuat berkembangnya masyarakat Islam di daerah ini, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara [[saudagar]] [[muslim]] dengan perempuan setempat.<ref>{{Cite web|url=https://ruangguru.co/sejarah-kerajaan-perlak/|title=Sejarah Kerajaan Perlak - Pengertian, Perkembangan dan Pergolakan|date=2020-05-13|website=RuangGuru.co|language=en-US|access-date=2020-06-12}}</ref>
== [[Hikayat Aceh]] ==
Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan bahwa penyebaran Islam di bagian utara Sumatera dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama Syaikh Abdullah Arif pada tahun 506 H atau 1112 M. Lalu berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama Alauddin Syah yang memerintah tahun 520–544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah ditemukan makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 608 H atau 1211 M.<ref>Teuku Iskandar, [http://niakurniasholihat.blogspot.com/ Hikayat Aceh], Martinus Nijhoff, ‘s-Gravenhage, 1958. Suwedi Montana, “Nouvelles donees sur les royaumes de Aceh”, Archipel, 53, 1997, hh. 85-95.</ref>
 
== Geografis Kerajaan Peureulak ==
Buku ''[[Zhufan Zhi]]'' (諸蕃志), yang ditulis [[Zhao Rugua]] tahun 1225, mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam yang jaraknya hanya lima hari pelayaran dari Jawa.<ref> F. Hirth dan W. W. Rockhill, h. 76.</ref> Mungkin negeri yang dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Chu-fan-chi menyatakan pelayaran dari Jawa ke Brunai memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri Peureulak ini diperkuat oleh musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad kemudian. Ketika Marco Polo pulang dari Cina melalui laut pada tahun 1291, dia singgah di negeri Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.<ref>Sir Henry Yule, The Book of Marco Polo, II, London, 1903, h. 284.</ref>
Selat Malaka sejak zaman dahulu terkenal sebagai jalur perdagangan utama Nusantara. Pedagang dari berbagai penjuru dunia berlayar melalui selat tersebut untuk melakukan perdagangan, dari selat tersebut masuk lah ajaran agama-agama baru ke Nusantara.
 
Sebelum berdirinya Kesultanan Malaka, pelayaran selat Malaka tidak melalui pantai [[Semenanjung Malaya]], melainkan melalui sisi barat Selat Malaka menyisiri pantai-pantai Sumatera. Kota pelabuhan terpenting pada waktu itu adalah Melayu yang terletak di muara Sungai Batanghari, Jambi.
 
Pada bulan Desember-Maret di sebelah utara khatulistiwa bertiup lah angin musim timur laut, yang memungkinkan kapal-kapal dagang India dan negeri Cina berlayar ke perairan [[Selat Malaka]]. Kapal-kapal tersebut bertahan di perairan Selat Malaka hingga bulan Mei, sebelum mereka berlayar untuk kembali ke negeri masing-masing dengan memanfaatkan angin musim barat daya.<ref>{{Cite web|url=https://www.kelaspintar.id/blog/uncategorized/mengenal-5-kerajaan-islam-tertua-di-indonesia-1344/|title=Mengenal 5 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia|date=2019-08-29|website=Kelas Pintar|language=en-US|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
Hasil bumi Sumatera turut meramaikan perdagangan internasional di Selat Malaka. Daerah penghasil lada yang utama pada waktu itu adalah Aceh. Menurut para pedagang Arab dan Cina penanaman lada di Aceh telah dimulai sejak abad ke-9, yakni di daerah-daerah Perlak, Lamuri, dan Samudra.
 
Meskipun demikian lada bukan lah tanaman asli Aceh, melainkan tanaman dari [[Malagasi]] ([[Madagaskar]]). Para pedagang dari Arab dan Persia membawa lada ke Aceh dan mencoba menanamnya di daerah tersebut. Dari percobaan tersebut ternyata tanah dan iklim Aceh sangat cocok untuk membudidayakan tanaman lada.
 
Dalam waktu singkat Aceh pun tumbuh menjadi daerah penghasil dan pengekspor terbesar lada pada masa itu. Bandar Perlak dijadikan bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara. Wilayah tersebut terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi kota perdagangan internasional, yang banyak disinggahi pedagang dari penjuru dunia, termasuk pedagang muslim.<ref>{{Cite web|url=https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190624190026-1861/kesultanan-perlak-negara-islam-pertama-di-tanah-melayu-840-1292-m/|title=Kesultanan Perlak, Negara Islam Pertama di Tanah Melayu (840 – 1292 M)|date=2019-06-24|website=IslamToday|language=en-US|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
== [[Hikayat Aceh]] ==
Naskah Hikayat Aceh mengungkapkan bahwa penyebaran Islam di bagian utara SumateraSumatra dilakukan oleh seorang ulama Arab yang bernama [[Syaikh Abdullah bin Arif]] pada tahun 506 H atau 1112 M. Lalu berdirilah kesultanan Peureulak dengan sultannya yang pertama Alauddin Syah yang memerintah tahun 520–544 H atau 1161–1186 M. Sultan yang telah ditemukan makamnya adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 608 H atau 1211 M.<ref>Teuku Iskandar, [http://niakurniasholihat.blogspot.com/ Hikayat Aceh], Martinus Nijhoff, ‘s-Gravenhage, 1958. Suwedi Montana, “Nouvelles donees sur les royaumes de Aceh”, Archipel, 53, 1997, hh. 85-95.</ref>
 
Buku ''[[Zhu Fan Zhi|Zhufan Zhi]]'' (諸蕃志), yang ditulis [[Zhao Rugua]] tahun 1225, mengutip catatan seorang ahli geografi, Chou Ku-fei, tahun 1178 bahwa ada negeri orang Islam yang jaraknya hanya lima hari pelayaran dari Jawa.<ref> F. Hirth dan W. W. Rockhill, h. 76.</ref> Mungkin negeri yang dimaksudkan adalah Peureulak, sebab Chu-fan-chiZhufan Zhi menyatakan pelayaran dari Jawa ke BrunaiBrunei memakan waktu 15 hari. Eksistensi negeri Peureulak ini diperkuat oleh musafir Venesia yang termasyhur, Marco Polo, satu abad kemudian. Ketika Marco Polo pulang dari CinaTiongkok melalui laut pada tahun 1291, dia singgah di negeri Ferlec yang sudah memeluk agama Islam.<ref>Sir Henry Yule, The Book of Marco Polo, II, London, 1903, h. 284.</ref>
 
== Perkembangan dan pergolakan ==
[[Sultan]] pertama Perlak adalah [[Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah bin Ali Al-Muktabar bin Muhammad Ad-Dibaj bin Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein Asy-Syahid bin Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah menikahi Sayyidatina Fatimah Az-Zahra Putri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sedangkan nasab dari Perlak|ibunya Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah]], bin Makhdum Tansyuri binti Pangeran Salman Al-Husaini yang beraliran [[SyiahSyi'ah]] dan merupakan keturunan ArabRasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ayahnya menikah dengan perempuan setempat di aceh yaitu anak sultan perlak aceh, yang mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H ([[840]] M). Ia mengubah nama ibukotaibu kota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di [[Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur]].<ref>Siti Rahmah. [http://www.conflictanddevelopment.org/data/opiandmedia/Perempuanku%20Sayang,%20Perempuanku%20Malang_Rahmah_ind.pdf ''Perempuanku Sayang, Perempuanku Malang.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110106060725/http://www.conflictanddevelopment.org/data/opiandmedia/Perempuanku%20Sayang,%20Perempuanku%20Malang_Rahmah_ind.pdf |date=2011-01-06 }}</ref>
 
Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliranislam [[Sunni]]mulai mulailuas masukdikenal ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H ([[913]] M), terjadi [[perang saudara]] antara kaum Syiahmuslimin korban danadu Sunnidomba sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan.
 
KaumSultan SyiahAli Mughat Shah yang beraliran [[Syi'ah]] memenangkan perang dan pada tahun 302 H ([[915]] M), Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiahmuslimin dansebab adu Sunnidomba yang kali ini dimenangkan oleh kaumSultan SunniAbdul Malik Shah Johan Berdaulat, sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan SunniJohan Berdaulat.
 
Pada tahun 362 H ([[956]] M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiahkuaum dan Sunnimuslimin yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
 
* Perlak Pesisir (Syiah[[Syi'ah]]) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah ([[986]] – [[988]])
* Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – [[1023]])
 
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu [[KerajaanKedatuan Sriwijaya]] menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun [[1006]].<ref>{{Cite web|url=https://islamindonesia.id/berita/perlak-kerajaan-islam-pertama-di-indonesia-2.htm|title=Perlak, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
== Serangan Sriwijaya ==
== Penggabungan dengan Samudera Pasai ==
Pada tahun 986 M, Kedatuan Sriwijaya (Kerajaan bercorak Buddha di Nusantara) menyerang Kesultanan Peureulak Pesisir. Peperangan hebat pun pecah yang melibatkan pasukan kedua kerajaan tersebut. Dalam perang ini, Sultan Peureulak Pesisir, yaitu Sultan Alaiddin Syad Maulana Mahmud Syah gugur dalam peperangan.
 
Pascagugurnya Sultan Peureulak Pesisir, wilayah kesultanan Perlak secara keseluruhan akhirnya dikuasai oleh Sultan Peureulak Pedalaman. Kehadiran pasukan Sriwijaya di wilayah Peureulak, segera direspon oleh Sultan Malik Ibrahim Syah dengan mengobarkan semangat rakyat Peureulak untuk melawan Sriwijaya.
Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (memerintah [[1230]] – [[1267]]) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
 
Pertempuran besar pun terjadi selama bertahun-tahun. Perang antara kedua kerajaan itu baru berakhir pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya memutuskan mundur dari pertempuran untuk bersiap menghadapi serangan raja [[Dharmawangsa]] dari [[Kerajaan Medang]] di Jawa.
 
Dengan berakhirnya perang antara Kesultanan Peureulak dan Kedatuan Sriwijaya, wilayah Peureulak secara keseluruhan dipimpin oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah. Pada masa ini kondisi Kesultanan Perlak relatif damai, tanpa adanya peperangan melawan kerajaan luar..<ref>{{Cite web|url=https://www.historyofcirebon.id/2017/08/serangan-sriwijaya-ke-kesultanan-perlak.html|title=Minta Merdeka, Sriwijaya Menyerang Kesultanan Peureulak|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
== PenggabunganPenyatuan dengan Samudera Pasai ==
Pada tahun 1225 M, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat selaku Sultan ke-17 Perlak mulai memerintah hingga tahun 1263 M.<ref>{{Cite book|last=Adan|first=Hasanuddin Yusuf|date=2013|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/28825/1/Buku%20Islam%20dan%20Sistem%20pemerintahan.pdf|title=Islam dan Sistem Pemerintahan di Aceh Masa Kerajaan Aceh Darussalam|location=Banda Aceh|publisher=Lembaga Naskah Aceh dan Arraniry Press|isbn=978-602-7837-64-5|pages=124|url-status=live}}</ref> Selama masa kekuasaannya, ia menjalankan [[politik]] persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
 
* Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja [[Kerajaan Malaka]], [[Parameswara|Sultan Muhammad Shah]] (Parameswara).
* Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja [[Kerajaan Samudera Pasai]], Al Malik Al-Saleh.
 
Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah [[1267]] – [[1292]]).{{Cn}} Setelah ia meninggal, terjadi penyatuan Kesultanan Perlak disatukanke dengandalam Kerajaanwilayah [[Kesultanan Samudera Pasai]]. Kedua wilayah ini kemudian di bawah pemerintahankekuasaan sultanputra dari [[Malikussaleh dari Samudera Pasai|Sultan Malikussaleh]], yakni Sultan Muhammad Malik Alazh-Zhahir.<ref>{{Cite Zahirbook|last=Sidiq, putraR., AlNajuah, Malikdan Al-SalehLukitoyo, P. S.|date=2020|url=http://digilib.unimed.ac.id/48966/1/Book.pdf|title=Sejarah Indonesia Periode Islam|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=978-623-6761-12-0|pages=20-21|url-status=live}}</ref>
 
== Daftar Sultan Perlak ==
 
Sultan-sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua [[dinasti]]: dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat.{{fact}} Berikut daftar sultan yang pernah memerintah Perlak.<ref>{{Cite web|url=https://wawasansejarah.com/kesultanan-perlak-840-1292-m/|title=Kesultanan Perlak (840-1292 M)|last=Fathoni|first=Rifai Shodiq|date=2016-12-28|website=Wawasan Sejarah|language=en-GB|access-date=2020-06-12}}</ref>
 
# Sultan Marhum ‘Alauudin Sayyid Maulana ‘Abdul ‘Aziz Syah Zhillullah fil ‘Alam pada tahun 225 hijriah (810 M).<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.mapesaaceh.com/2015/08/lembaran-naskah-izhharul-haq.html|title=Lembaran Naskah “Izhharul Haq”|last=Musafir Zaman|first=Mapesa Aceh|date=April 09, 2016|website=Mapesa Aceh, Masyarakat Peduli Sejarah Aceh|access-date=12-12-2019}}</ref>
# Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah ([[840]] – [[864]]){{fact}}
# Sultan Alaiddin‘Alauddin SyedSayyid Maulana Abdul‘Abdurrahim RahimSyah ShahZhillullah ([[864]]fil ‘Alam [[888]]249 hijriah (833 M){{fact}}.<ref name=":0" />
# Sultan AlaiddinMarhum Syed‘Alauddin Sayyid Maulana Abbas‘Abbas ShahSyah ([[888]]Zhillullah fil [[913]]‘Alam 285 hijriah (868 M){{fact}}.<ref name=":0" />
# Sultan Marhum ‘Alauddin Sayyid ‘Ali Mughayat Syah Zhillullah fil ‘Alam 302 hijriah ( 885 M).<ref name=":0" />
# Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah ([[915]] – [[918]]){{fact}}
# Sultan MakhdumMarhum Alaiddin‘Alauddin Malik‘Abdul AbdulQadir Kadir ShahSyah Johan Berdaulat Zhillullah fil ‘Alam 305 hijriah ([[928]] 887 [[932]]M){{fact}}.<ref name=":0" />
# Sultan MakhdumMarhum Alaiddin Malik‘Alauddin Muhammad Amin ShahSyah JohanZhillullah Berdaulatfil ([[932]]‘Alam 309 [[956]]hijriah (892 M){{fact}}.<ref name=":0" />
# Marhum ‘Alauddin ‘Abdul Malik Syah Zhillullah fil ‘Alam 327 hijriah (909 M).<ref name=":0" />
# Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat ([[956]] – [[983]]){{fact}}
# Sultan Marhum ‘Alauddin Sayyid Mahmud Syah Zhilullah fil ‘Alam 349 hijriah (930 M).<ref name=":0" />
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat <ref>Perlak sempat memiliki dua sultan pada masa ini dengan Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah berkuasa di Perlak Pesisir hingga 988.</ref> ([[986]] – [[1023]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat ([[1023]] – [[1059]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat ([[1059]] – [[1078]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat ([[1078]] – [[1109]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat ([[1109]] – [[1135]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat ([[1135]] – [[1160]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat ([[1160]] – [[1173]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat ([[1173]] – [[1200]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat ([[1200]] – [[1230]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat ([[1230]] – [[1267]]){{fact}}
# Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat ([[1267]] – [[1292]]){{fact}}
 
== Referensi ==
 
=== Catatan kaki ===
{{reflist|2}}
 
=== ReferensiCatatan Kaki ===
* SKI Fakultas Adab UIN Yogyakarta, ''Sejarah Peradaban Islam di Indonesia'', Yogyakarta: Penerbit PUSTAKA, 2006.
* Daliman. A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara. Yogyakarta: Ombak.
* Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
* De Graaf. “South East Asian Islam to The Eighteenth Century”. Dalam P. M. Holt dkk. 1970. ''The Cambridge History of Islam Volume II''. Cambridge: Cambridge University Press.
 
== Pranala luar ==
* [http://iainarraniry.com/index.php?option=com_content&task=view&id=41&Itemid=39 Kesultanan Peureulak.]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} IAIN Ar-Raniry
{{Kerajaan di SumateraSumatra}}
<br />
 
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Perlak]]
[[Kategori:Kerajaan di Aceh|Perlak]]
[[Kategori:Kesultanan Perlak| ]]
[[Kategori:Kerajaan Islam]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Perlak]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Kerajaan di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia]]
[[Kategori:Bekas kerajaan di Asia]]