Mia Patamiana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Mia Patamia''' adalah sebutan untuk empat orang pemimpin kelompok yang merintis berdirinya Kota Bau-Bau dan Kerajaan Buton. Keempat orang tersebut adalah S...' |
k →Lihat pula: clean up, removed stub tag |
||
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Mia Patamia''' adalah sebutan untuk empat orang [[pemimpin]] kelompok yang merintis berdirinya [[Kota Bau-Bau]] dan [[Kerajaan Buton]]. Keempat orang tersebut adalah Sipanjonga, Simalui, [[Sitamanajo]], Sijawangkati.
== Sejarah ==
Dalam sejarah Budaya [[Buton]] manusia pertama yang mendiami daerah ini adalah orang-orang sakti dan kedatangannya bertahap dan berkelompok.
=== Kedatangan Sipanjonga dan Rombongannya ===
'''Si Panjonga''' adalah orang sakti berasal dari suku [[melayu]] di negeri [[Pasai]] yang meninggalkan asalnya pada tiga likur malam bulan sa’ban tahun [[634]] Hijriah dengan mengajak
Pada tahun [[1236]] M, armada '''Si Panjonga''' dan pengikutnya mendarat di salah satu daratan negeri [[Buton]]. Sesampai di negeri baru itu mereka mencari sebuah lokasi [[dataran tinggi]] untuk membina kaumnya agar mudah melakukan pengawasan serta menjaga kemungkinan serangan musuh. Rombongan manusia besar dan sakti ini membuat [[benteng]] pada sebuah bukit yang diberi nama '''Tobe Tobe'''. Setelah rampung membuat benteng, mereka kembali mendatangi lokasi pertama terdampar dengan maksud mengibarkan [[bendera]] [[kerajaan]] leluhurnya. Maka dibuatlan sebuah lubang yang berada di salah satu tempat yang dikelilingi benteng untuk mengibarkan bendera tersebut yang disebut '''Sulaa'''. Saat ini tempat tersebut tidak pernah berubah namanya dan diabadikan menjadi sebuah nama [[kelurahan]] yaitu '''Kelurahan Sulaa''' yang berada di wilayah kecamatan [[Betoambari]]. Namun, benteng tempat pengibaran bendera tersebut telah dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Beberapa waktu pasca pembuatan benteng dan pengibaran bendera, kehidupan di '''Tobe Tobe''' mulai berjalan baik. Si Panjonga meminta kepada pembantu utamanya Si Tamanajo untuk mengajak sebagian pengikutnya untuk mencari daerah baru sebagai tempat tinggal dan mengembangkan keturunannya. Perintah ini disahuti Si Tamanajo dan langsung berpamitan kepada pimpinannya
[[Benteng]] tersebut hingga kini masih tetap ada, yang dilengkapi dengan dua pucuk [[meriam]] yang posisinya berlawanana arah. Satu pucuk moncongnya mengarah ke [[Barat]] dan moncong lainnya mengarah ke sebelah [[Timur]]. Setelah perkampungan dan pembuatan benteng selesai, '''Si Tamanajo''' memerintahkan kepada rombongannya untuk membuat lubang pengibaran [[bendera]] [[Kerajaan]] leluhurnya sama dengan yang dikibarkan pimpinannya di [[Sulaa]] yaitu bendera '''Longa Longa'''.
=== Kedatangan [[Armada Si Malui]] ===
Kedatangan manusia kedua di negeri [[Buton]] disebutkan dalam sejarah budaya Buton adalah manusia sakti bernama '''Si Malui''' dan adiknya bernama '''Si Baana''' serta pembantu utamanya '''Si Sajawangkati'''. Si Malui berasal dari daerah '''Bumbu''' negeri [[Melayu]] [[Pariaman]], meninggalkan negeri asalnya pada lima belas hari bulan Sya’ban tahun [[634]] H. Sama seperti Si Panjonga, [[Si Malui]] membawa rombongan 40 orang kepala keluarga sebagai pengikutnya. Berbulan bulan lamanya mengarungi lautan dan melewati daratan dengan menumpang sebuah [[bahtera]] yang diberi nama '''Popangua'''. Di [[buritan]] bahtera yang mereka tumpangi dikibarkan [[bendera]] [[kerajaan]] leluhurnya yang berwarna ''kuning hitam selang seling'' dinamai bendera '''Buncaha'''.
Rombongan yang dipimpin '''Si malui''' terdampar disebelah [[Utara]] Timur Laut negeri [[Buton]], hampir bersamaan dengan kedatangan '''Si Panjonga'''. Daerah pendaratan pertama di wilayah '''Kamaru''' dengan bentengnya yang disebut '''Wonco'''. Sama halnya dengan Si Panjonga, [[Si Malui]] Juga memerintahkan pembantu utamanya untuk mencari daerah hunian baru. Wilayah yang dikunjungi '''Si Sajawangkati''' atas perintah Si malui adalah wilayah yang diberi nama '''Wasuembu''' dan langsung mendirikan pemukiman dan [[benteng]] pertahanan yang diberi nama benteng '''Koncu''' di '''Wabula'''. Selanjutnya dibuatlah sebuah lubang untuk mengibarkan bendera di daerah '''Kamaru'''.▼
=== Berdirinya Kampung Wolio ===▼
▲Rombongan yang dipimpin '''Si malui''' terdampar disebelah [[Utara]] Timur Laut negeri [[Buton]], hampir bersamaan dengan kedatangan '''Si Panjonga'''. Daerah pendaratan pertama di wilayah '''Kamaru''' dengan bentengnya yang disebut '''Wonco'''. Sama halnya dengan Si Panjonga, Si Malui Juga memerintahkan pembantu utamanya untuk mencari daerah hunian baru. Wilayah yang dikunjungi '''Si Sajawangkati''' atas perintah Si malui adalah wilayah yang diberi nama '''Wasuembu''' dan langsung mendirikan pemukiman dan [[benteng]] pertahanan yang diberi nama benteng '''Koncu''' di '''Wabula'''. Selanjutnya dibuatlah sebuah lubang untuk mengibarkan bendera di daerah '''Kamaru'''.
Kehadiran dua rombongan yang telah menempati 4 [[wilayah]] ini pun saling mengenal dan saling mengunjungi. Ketika itu dibuatlah sebuah kesepakatan untuk mengadakan [[musyawarah]] yang memutuskan untuk mendirikan per[[kampung]]an bersama yang dinamai '''Batu Yi Gandangi'''. Ketua Pelaksana Bandar perkampungan adalah '''Si Panjonga'''. Hingga saat ini tempat Bandar perkampungan tersebut tetap diabadikan menjadi tempat Makam Pahlawan Ksatria [[Buton]] dan [[Muna
Mulai saat itulah '''Si Panjonga''' bermukim di
▲==Berdirinya Kampung Wolio==
▲Kehadiran dua rombongan yang telah menempati 4 [[wilayah]] ini pun saling mengenal dan saling mengunjungi. Ketika itu dibuatlah sebuah kesepakatan untuk mengadakan [[musyawarah]] yang memutuskan untuk mendirikan per[[kampung]]an bersama yang dinamai '''Batu Yi Gandangi'''. Ketua Pelaksana Bandar perkampungan adalah '''Si Panjonga'''. Hingga saat ini tempat Bandar perkampungan tersebut tetap diabadikan menjadi tempat Makam Pahlawan Ksatria [[Buton]] dan [[Muna ]]yaitu [[Laki La Ponto]] alias '''Murhum''' Raja Buton VI atau Sultan Buton I di Negeri [[Buton]]. Selaku ketua pelaksana Bandar Perkampungan, '''Si Panjonga''' berdiri di tengah tengah kerumunan orang banyak sambil berteriak dalam [[bahasa]] sendiri dengan ucapan '''Welia''', artinya ''buatlah Perkampungan''. ('''We''' = ''buatlah'' ; '''Lia''' = ''Perkampungan''). Ucapan Si Panjonga ini diabadikan menjadi nama wilayah [[kecamatan]] '''[[Wolio]]'''.
== Referensi ==
▲Mulai saat itulah '''Si Panjonga''' bermukim di '''Batu Yi Gandangi''' atau yang saat ini di sebut dengan '''Lele Mangura''', tanpa seorang pendamping atau seorang isteri hingga akhir hayatnya seperti halnya pimpinan rombongan lain yang memiliki anak cucu di Buton. Sejak pembentukan Bandar perkampungan dan diakui keberadaannya masing masing, para ksatria dibebaskan untuk mencari tempat bermukim secara perorangan, yang semula bermukim di [[Lambelu]] dan [[Kamaru]]. Sebagian mengadu nasib di negeri [[Muna]]. Begitu pula dengan yang bermukim di [[Tobe Tobe]] telah menuju wilayah [[Tiworo]] dan [[Pulau Kabaena]] yang merupakan penghuni pertama daerah tersebut hingga saat ini.
==
* {{id}} [http://www.baubau.go.id Situs web resmi Pemerintah Kota Bau-Bau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090727203651/http://www.baubau.go.id/ |date=2009-07-27 }}▼
▲ Buku Riwayat Singkat Terjadinya Negeri Buton dan Muna
==
▲*{{id}} [http://www.baubau.go.id Situs web resmi Pemerintah Kota Bau-Bau]
* [[Sejarah Buton]]
[[Kategori:Buton]]
[[Kategori:
▲[[Kategori:Sejarah Buton]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
|