Candi Ngetos: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag |
|||
(29 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{more citations needed|date=Februari 2023}}
'''Candi Ngetos''' adalah [[Candi]] [[Hindu]] yang berada di [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]. Candi ini didirikan pada abad ke-15 pada zaman kerajaan [[Majapahit]].
== Letak Geografis dan Wujud Fisik ==
[[Berkas:Candi Ngetos B.JPG|jmpl|ka|200px]]
Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], sekitar 17 kilometer arah selatan kota [[Nganjuk]]. Bangunannya terletak ditepi jalan beraspal antara [[Kuncir]] dan Ngetos. Menurut para ahli, berdasarkan bentuknya [[candi]] ini dibuat pada abad XV (kelimabelas) yaitu pada zaman kerajaan ([[
Berdasarkan [[arca]] yang ditemukan di candi ini, yaitu berupa arca [[Siwa]] dan arca [[Wisnu]], dapat dikatakan bahwa Candi Ngetos bersifat
Bangunan utama candi tersebut dari [[batu merah]], sehingga akibatnya lebih cepat rusak. Atapnya diperkirakan terbuat dari [[kayu]] (sudah tidak ada bekasnya). Yang masih bisa dilihat tinggal bagian [[induk candi]] dengan ukuran sebagai berikut
* '''Panjang candi''' (9,1 m)
* '''Tinggi Badan''' (5,43 m)
Baris 15 ⟶ 17:
* '''Tinggi Undakan menuju Ruang Candi''' (2,47 m)
* '''Ruang Dalam''' (2,4 m).
Luas halaman Candi Ngetos yang sebenarnya belum diketahui. Melihat keletakan candi pada kemiringan lereng, maka terdapat kemungkinan halaman candi ini bertingkat-tingkat, dan bangunannya terletak di tingkat halaman atas.
== Relief ==▼
Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. [[Pigura]]-pigura pada [[saubasemen
Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua [[relung]] kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada [[belalai makara]]. Namun jika diperhatikan lebih
▲==Relief==
▲Relief pada Candi Ngetos terdapat empat buah, namun sekarang hanya tinggal satu, yang tiga telah hancur. [[Pigura]]-pigura pada [[saubasemen|saubasemennya]] (alasnya) juga sudah tidak ada. Di bagian atas dan bawah pigura dibatasi oleh loteng-loteng, terbagi dalam jendela-jendela kecil berhiaskan [[belah ketupat]], tepinya tidak rata, atau menyerupai bentuk [[banji]]. Hal ini berbeda dengan bangunan bawahnya yang tidak ada piguranya, sedankan tepi bawahnya dihiasi dengan [[motif]] kelompok [[buah]] dan [[ornamen]] [[daun]].
Pada bagian tubuhnya di sebelah timur, selatan, dan utara terdapat relung dengan tinggi 2 m dan lebar 0,65 m dalam keadaan kosong. Di sisi barat tubuh candi terdapat dua relung yang ukurannya lebih kecil daripada ketiga relung itu. Di atas relung-relung tersebut terdapat hiasan kala dan di sisi barat di atas kedua relung yang mengapit pintu masuk ada hiasan yang merupakan kepanjangan dari rambut kepala kala yang berada diatas pintu masuk.<ref name="Sedyawati, Edi, 1938"/> Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada
▲Di sebelah kanan dan kiri candi terdapat dua [[relung]] kecil yang di atasnya terdapat ornamen yang mengingatkan pada [[belalai makara]]. Namun jika diperhatikan lebih seksama, ternyata suatu bentuk [[spiral]] besar yang diperindah. Dindingnya terlihat kosong, tidak terdapat relief yang penting, hanya di atasnya terdapat motif daun yang melengkung ke bawah dan [[horisaontal]], melingkari tubuh candi bagian atas.
Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat
▲Yang menarik, adalah motif kalanya yang amat besar, yaitu berukuran tinggi 2 x 1,8 meter. Kala tersebut masih utuh terletak disebelah selatan. Wajahnya menakutkan, dan ini menggambarkan bahwa kala tersebut mempunyi kewibawaan yang besar dan agaknya dipakai sebagai penolak bahaya. Motif kala semacam ini didapati hampir pada seluruh percandian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Motif ini sebenarnya berasal dari India, kemudian masuk Indonesia pada Jaman Hindu. Umumnya, di Indonesia motif semacam ini terdapat pada pintu-pintu muka suatu percandian.
Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa
Diceritakan, bahwa
▲==Arca Candi==
▲Di Candi Ngetos sekarang ini tidak didapati lagi satu arcapun. Namun menurut penuturan beberapa penduduk yang dapat dipercaa, bahwa didalam candi ini terdapat dua buah arca, paidon (tempat ludah) dan baki yang semuanya terbuat dari kuningan. Krom pernah mengatakan, bahwa di candi diketemukan sebuah arca Wisnu, yang kemudian disimpan di Kediri. Sedangkan yang lain tidak diketahui tempatnya. Meskipun demikian bisa dipastikan bahwa candi Ngetos bersifat Siwa-Wisnu, walaupun mungkin peranan arca Wisnu disini hanya sebagai arca pendamping. Sedangkan arca Siwa sebagai arca yang utama. Hal ini sama dengan arca Hari-Hara yang terdapat di Simping, Sumberjati yang berciri Wisnu.
Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan [[Candi Tajum]]. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. [[Krom]] juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
▲==Cerita Rakyat==
▲Candi Ngetos, yang sekarang tinggal bangunan induknya yang sudah rusak itu, dibangun atas prakarsa [[Raka Hayam Wuruk]]. Tujuan pembuatan candi ini sebagai tempat penyimpanan abu jenasahnya jika kelak wafat. Hayam Wuruk ingin dimakamkan di situ karena daerah Ngetos masih termasuk wilayah [[Majapahit]] yang menghadap [[Gunung Wilis]], yang seakan-akan disamakan dengan [[Gunung Mahameru]]. Pembuatannya diserahkan pada pamannya [[Raja Ngatas Angin]], yaitu [[Raden Condromowo]], yang kemudian bergelar [[Raden Ngabei Selopurwotoo]]. Raja ini mempunyai seorang patih bernama [[Raden Bagus Condrogeni]], yang pusat kepatihannya terletak disebelah barat Ngatas Angin, kira-kira berjarak 15 km.
Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan [[Empu Sakti Supo (Empu Supo)]] untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.▼
▲Diceritakan, bahwa [[Raden Ngabei Selopurwoto]] mempunyai keponakan yang bernama Hayam Wuruk yang menjadi Raja di [[Majapahit]]. [[Hayam Wuruk]] semasa hidup sering mengunjungi pamannya dan juga [[Candi Lor]]. Wasiatnya kemudian, nanti ketika Hayam Wuruk wafat, jenasahnya dibakar dan abunya disimpan di Candi Ngetos. Namun bukan pada candi yang sekarang ini, melainkan pada candi yang sekarang sudah tidak ada lagi.
== Rujukan ==
▲Konon ceritanya pula, di Ngetos dulu terdapat dua buah candi yang bentuknya sama (kembar), sehingga mereka namakan [[Candi Tajum]]. Hanya bedanya, yang satu lebih besar dibanding lainnya. [[Krom]] juga berpendapat, bahwa disekitar candi Ngetos ini terdapat sebuah Paramasoeklapoera, tempat pemakaman Raja Hayam Wuruk. Mengenai kata Tajum dapat disamakan dengan Tajung, sebab huruf “ng” dapat berubah menjadi huruf “m” dengan tanpa berubah artinya. Misalnya Singha menjadi Simha dan akhirnya Sima. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekmono yang menyatakan bahwa setelah Hayam Wuruk meninggal dunia, maka makamnya diletakkan di Tajung, daerah Berbek, Kediri.
<references />{{commonscat|Candi Ngetos}}
[[Kategori:Kabupaten Nganjuk]]
▲Selanjutnya diceritakan, bahwa Raja Ngatas Angin R. Ngabei Selupurwoto mempunyai saudara di Kerajaan Bantar Angin Lodoyo (Blitar) bernama Prabu Klono Djatikusumo, yang kelas digantikan oleh Klono Joyoko. Raja-raja ini ditugaskan oleh Hayam Wuruk untuk membuat kompleks percandian. Raden Ngabai Selopurwoto di kompleks Ngatas Angin menugaskan Empu Sakti Supo (Empu Supo) untuk membuat kompleks percandian di Ngetos. Karena kesaktiannya maka dalam waktu yang tidak terlalu lama tugas tersebut dapat diselesaikan sesuai petunjuk.
[[Kategori:Candi di Jawa Timur|Ngetos]]
|