Ikon Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
{{utama|Matrilineal}}
 
Adat matrilineal adalah suatu sistem [[Kerabat|kekerabatan]] yang [[Nasab|bernasabkan]] garis keturunan ibu. Sebagai suatu sistem yang lebih tua, nasab matrilineal ini sudah langka penganutnya di dunia. Saat ini Minangkabau merupakan penganut sistem matrilineal terbesar di dunia dan satu-satunya di Indonesia.

Adat matrilineal menjadi salah satu pembeda [[Orang Minang|masyarakat Minangkabau]] dengan masyarakat lainnya di Indonesia, sehingga ketika berbicara tentang sistem matrilineal akan mengingatkan orang pada Minangkabau. Adat matrilineal menjadi salah satu ikon [[Budaya Minangkabau|tradisi dan budaya Minangkabau]].
== Bung Hatta ==
Baris 12 ⟶ 14:
{{utama|Mohammad Hatta}}
 
Bersama [[Bung Karno]], Bung Hatta merupakan [[Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia|proklamator kemerdekaan]] [[Republik Indonesia]]. ''[[Majalah Tempo]]'' edisi [[Milenium]] pada tahun 2000, menempatkan tokoh sederhana ini sebagai pendiri utama negara Indonesia bersama [[Soekarno]], [[Tan Malaka]], dan [[Sutan Syahrir]]. Hatta merupakan pencetus politik luar negeri bebas aktif yang dianut Indonesia. Pemikirannya tersebut ia tuangkan dalam buku ''[[Mendayung Antara Dua Karang]]''.

Bung Hatta juga dijuluki sebagai Bapak Koperasi Indonesia karena pemikiran ekonominya yang berpihak pada rakyat banyak. Ia juga dikenal sebagai Bapak Bangsa yang sederhana dan bersih. Sampai ajal menjemputnya, ia tak pernah mampu membeli sepatu ''Bally'' yang sangat disukainya.

Nama Bung Hatta yang lahir di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] ini jugamenjadi mengingatkanikon orang-orang[[Cerdik padaPandai Minangkabau|intelektualisme]] dan [[patriotisme]] Minangkabau.
 
== Datuk ==
Baris 19 ⟶ 25:
Datuk merupakan gelar adat yang terhormat dalam masyarakat Minangkabau. Gelar ini disandang oleh seorang pemimpin dalam suatu keluarga besar yang ada dalam [[Daftar suku Minangkabau|suku-suku atau klan di Minangkabau]]. Dalam legenda Minangkabau, disebut dua orang datuk yang legendaris, yaitu [[Datuk Ketumanggungan|Datuak Katumangguangan]] dari klan [[Suku Koto|Koto]]-[[Suku Piliang|Piliang]] yang menciptakan sistem adat ''[[Lareh Koto Piliang]]'', dan [[Datuk Perpatih Nan Sebatang|Datuak Parpatiah Nan Sabatang]] dari klan [[Suku Bodi|Bodi]]-[[Suku Caniago|Caniago]] yang menciptakan sistem adat ''[[Lareh Bodi Caniago]]''.
 
Dalam dunia [[Melayu]], yang memakai gelar datuk ini hanya Minangkabau, [[Malaysia]], dan [[Brunei]] dengan ejaan Dato', dan dengan penggunaan yang berbeda. Kalau di Minangkabau gelar datuk diwariskan secara turun-temurun kepada kemenakan (keponakan) dari garis ibu, sedangkan di Malaysia gelar Dato' diberikan sebagai penghargaan pada seorang tokoh yang dianggap punya jasa besar. Dalam novel roman [[Siti Nurbaya]] juga dikenal seorang tokoh antagonis, yaitu Datuk Maringgih. Datuk Maringgih yang diperankan [[H.I.M. Damsyik]] dalam film/sinetron Siti Nurbaya sangat melekat dalam ingatan kolektif masyarakat Indonesia, walaunamun dalam citra yang negatif.
 
Gelar Datuk yang disandang oleh para [[penghulu]] juga telah menjadi ikon [[adat Minangkabau]].
 
== Malin Kundang ==
Baris 25 ⟶ 33:
{{utama|Malin Kundang}}
 
Cerita Malin Kundang adalah sebuah legenda dari [[Ranah Minang]]. Legenda ini mengisahkan tentang seorang anak lelaki yang bernama Malin Kundang pergi merantau dan berniaga. Setelah sekian lama merantau ia sukses menjadi seorang saudagar yang kaya raya. Dengan kapalnya, ia pulang ke Minangkabau. Ibunya yang sudah renta mendengar kabar tentang kepulangan anaknya, Malin Kundang. Namun betapa kecewanya sang ibu ketika bertemu Malin Kundang ia diperlakukan dengan kasar dan tak mengakui perempuan tua dan miskin itu sebagai ibunya. Setelah berulangkali meyakinkan si anak, Malin Kundang tetap tak mengakuinya. Sang ibu kemudian mengeluarkan sumpah sehingga malinMalin Kundang danbeserta kapalnya berubah menjadi batu. Legenda ini kemudian jadi amat terkenal, tidak hanya di Minangkabau tapi di seluruh Indonesia.
 
Legenda ini kemudian jadi amat terkenal, tidak hanya di Minangkabau tapi juga di seluruh Indonesia. Legenda Malin Kundang telah menjadi ikon tentang seorang [[Bundo Kanduang|ibu Minangkabau]] yang ditinggal merantau oleh putranya, namun penantiannya yang panjang berakhir sia-sia.
 
== Rendang ==
Baris 35 ⟶ 45:
{{utama|Rumah Gadang}}
 
Rumah Gadang adalah rumah adat tradisional Minangkabau. Rumah berbentuk kapal dengan atap berujung lancip dan menjulang ini sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya karena bentuknya yang unik, desain rumah gadang juga makin dikenal karena bagian ''gonjong'' atapnya yang lancip banyak dipakai sebagai ikon utama bagi masyarakat Minang di mana pun berada. Banyak [[rumah makan Padang]] yang berada di luar [[Sumatera Barat]] memakai ''gonjong'' rumah gadang sebagai penanda dengan memasangnya di bagian depan rumah makan. Rumah Gadang telah menjadi ikon warisan budaya Minangkabau yang bersifat fisik atau kasat mata.<ref name=antaranews.com>[http://www.antaranews.com/berita/366495/banyak-warisan-budaya-minangkabau-terancam-punah "Banyak warisan budaya Minangkabau terancam punah"] ''[[Antara]]'', 01 April 2013. Diakses 16 September 2015.</ref>
 
== Siti Nurbaya ==