Soerjopranoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 5:
 
 
== Latar Belakang dan Pendidikan ==
Soerjopranoto, dengan nama kecil Iskandar, adalah kakak Soewardi Soeryaningrat ([[Ki Hadjar Dewantara]]). Secara genealogis, Soerjopranoto adalah seorang bangsawan. Ia adalah putra sulung dari Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Suryaningrat, yang mana sang ayah sendiri adalah putra tertua dari [[Paku Alam III]]. Ini berarti Suryopranoto adalah anak laki-laki pertama dari seorang [[putra mahkota]]. Namun, hak naik tahta sang ayah menjadi batal karena ia terserang penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan.
 
Iskandar, sebagai anak bangsawan, termasuk golongan pribumi yang kedudukannya "disamakan" dengan kalangan bangsa Eropa. Dengan statusnya itulah ia bisa masuk Sekolah Rendah Eropa atau ''Europeesche Lagere School'' ([[ELS]]). Setamat dari ELS, Suryopranoto mengambil ''Klein Ambtenaren Cursus'' atau Kursus Pegawai Rendah, yang kurang lebih setingkat dengan ''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs'' ([[MULO]]) yang sekarang setara dengan [[SMP]].
 
Lulus dari kursus tersebut, Suryopranoto diterima menjadi pegawai kantor pemerintahan kolonial di [[Tuban]]. Ia akhirnya dipecat dari pekerjaan tersebut karena menempeleng seorang pejabat kolonial berkulit putih.
 
Sekembalinya dari Tuban, Suryopranoto langsung diangkat sebagai ''wedono sentono'' di Praja Pakualaman dengan pangkat ''panji''. Jabatan itu kurang lebih sama dengan kepala bagian administrasi istana.
Baris 19:
 
 
== Bacaan rujukan ==
* Budiawan. ''Anak Bangsawan Bertukar Jalan''. Yogyakarta: LKiS, 2006.
* Shiraishi, Takashi. ''Zaman Bergerak. Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926''. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997.
 
== Latar belakang ==
'''Pangeran Soerjopranoto''' dan juga bangsawan-bangsawan lainnya di Praja Paku Alaman, umumnya tidak pernah menyembunyikan kenyataan sejarah, bahwa didalam tubuh kerabat Paku Alaman itu, terutama Sri Paku Alam ke-II telah mengalir darah rakyat jelata yang segar yang berasal dari seorang petani di desa Sewon, [[Bantul]], [[Yogyakarta]], yang bernama Ronodigdoyo.
 
Baris 52:
II. Karena dipandang terlalu "lastig" (membuat onar) di dalam masyarakat Yogyakarta atas usaha Assistent Resident beliau "dibuang" ke Tuban )Gresik) sebagai pegawai di Controleurs-Kantoor. Di sini beliau membela teman pegawainya hingga menempeleng atasannya (seorang Belanda). Beliau minta berhenti dan segera pulang kembali ke Yogyakarta. Untuk menghindari tindakan hukum pemerintah Hindia Belanda atas dirinya, pamannya Pangeran Sasraningrat yang berpangkat Gusti Wakil mengangkatnya menjadi Wedana Sentana, dengan titel "Panji" di Praja Paku Alaman.
 
III. Karena masih dianggap sebagai "Pengganggu", Assistent Resident "membuang" beliau ke Bogor dengan alasan disekolahkan pada Sekolah Pertanian (Eropeesch Afdeling) dengan surat tugas langsung ditanda tangani Gubernur Jenderal sebagai "izin istimewa".Disini ia tinggal dirumah orang Belanda bernama Van Hinllopen Laberton yang menganut ajaran teosofi yang membenci penjajahan dan perbedaan hak bangsa-bangsa. Soerjopranoto merasa manamukan sahabat, guru kawan dan orangtua sekaligus.
Pada tahun 1907 ia berhasil mendapat ijasah :
 
Baris 111:
[[1912-1932]] Beliau masuk Partai Sarekat Islam dan karena keaktifannya segera menjadi anggota Pucuk Pimpinan. Begitu aktif, tangkas dan beraninya, sehingga beliau menduduki tempat sebagai pembantu Tjokroaminoto yang utama. Soerjopranoto menjadi orang kedua didalam partai. Dalam kursus-kursus partai yang secara periodik diselenggarakan di jalan Kepatihan Paku Alaman Yogyakarta, beliau adalah seorang gurunya. Menurut Hamka, yang memberikan pelajaran ialah H. Fachruddin, Soerjopranoto (dalam ilmu Sosiologi) dan Tjokroaminoto (Sosialisme dan Islam).
 
Daam Kongres SI di Surabaya tahun 1919 Soerjopranoto mengemukakan, bahwa kemenangan klas dan menjadikan alat-alat produksi menjadi milik umum, [[tidak harus dicapai dengan aksi bersenjata]] tapi bisa secara moral, protes-protes, dan jika perlu dengan "pemogokan", kesemua itu harus dilakukan secara serentak. Soerjopranoto dikemudian hari memimpin suatu pemogokan umum dikalangan kaum pekerja pabrik-pabrik gula yang bergabung dalam Sarekat buruh pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1917 P.F.B. ( Personeel Fabrieks Bond) di jawa Tengah dan Jawa Timur. Pemogokan ini yang pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1920 di pabrik gula madu Kismo. Dengan perbuatan ini Soerjopranoto melaksanakan teori pada prakteknya. Pemogokan ini begitu luas dan hebat sehingga oleh " De Express" beliau disebut "De stakings Koning" (=Raja Pemogokan). Yang dihadapi sebagai lawan pada waktu itu adalah P.E.B. (Politiek Economische Bond) dibawah pimpinan Engelenberg dan Brugers (kumpulannya Tuan-Tuan Pabrik).
 
Sebagai ide tentang bentuk ketatanegaraan telah dikemukakan pula dalam kongres tersebut. Suatu sentral Serikat Sekerja yang terdiri dari buruh dan buruh tani akan menjadi "Eerste Kamer" dari perwakilan rakyat,sedang "Tweede Kamer"nya merupakan perwakilan partai-partai politik. Kedua Kamer ini yang akan merupakan "Dewan Rakyat" yang sesungguhnya, yang akan dapat mempersatukan tenaga untuk beraksi menentang modal dari penjajah asing.