Tino Saroengallo: Perbedaan antara revisi

Di dunia film cerita ia lebih banyak berkecimpung di departemen produksi menjadi Manajer Produksi, Manajer Lokasi atau malah Pemain. Film cerita yang pernah ia kerjakan sebagai bagian dari departemen produksi adalah ''Victory''“Victory” (Mark Peploe, 1995), ''Last“Last to Surrender''Surrender” (David Mitchell, 1999), ''Pasir“Pasir Berbisik''Berbisik” (Nan T. Achnas, 2001), ''Ca“Ca-bau-kan''kan” (Nia diNata, 2002), ''The“The Fall''Fall” (Tarsem Singh, 2006), ''Jermal''“Jermal” (Ravi L. Bharwani, Rayya Makarim, Orlow Seunke, 2008), ''Eat“Eat Pray Love''Love” (Ryan Murphy, 2010), ''Sang“Sang Penari''Penari” (Ifa Ifansyah, 2011), ''Thedan Philosophersterakhir aka“The After The Dark''Philosophers” (John Huddles, 2013) dan terakhir ''Blackhat'' (Micahel Mann, 2015).

Sebagai pemain film ia pernah tampil sebagai figuran, cameo ataupun peran pendukung dalam film ''Petualangan“Petualangan Sherina''Sherina” (Riri Riza, 2000), ''Arisan''“Arisan” (Nia diNata, 2003), ''Pesan“Pesan Dari Surga''Surga” (Sekar Ayu Asmara, 2006), ''Dunia“Dunia Mereka''Mereka” (Lasya Fauzia, 2006), ''Quickie“Quickie ExpressExpress” (''Dimas Djayadiningrat, 2007), ''Tri“Tri Mas Getir''Getir” (Rako Prijanto, 2008), ''MBA''“MBA” (Winalda, 2008), ''Jagad“Jagad X-Code''Code” (Herwin Novianto, 2009), ''Pintu“Pintu Terlarang''Terlarang” (Joko Anwar, 2009), ''Kabayan“Kabayan Jadi Miliuner''Miliuner” (Guntur Soeharjanto, 2010), ''Rayya“Rayya: Cahaya Di Atas Cahaya''Cahaya” (Viva Westi, 2012), ''"Soedirman''" (Viva Westi, 2015), ''"Alim Lam Mim aka /3 Fighters''" (Anggy Umbara, 2015), ''"The Fighters''" (Monty Tiwa, 2015) dan ''Night"Bis Bus''Malam" (Emil Heradi, 2016). Ia selalu menyebut diri sebagai spesialis peran sekelebat.

Di dunia film dokumenter ia pernah memproduksi sebuah film dokumenter sejarah politik Indonesia berjudul “Student Movement in Indonesia: they forced them to be violent” yang mendapatkan penghargaan sebagai Film Pendek Terbaik dalam Asia Pacific Film Festival ke-47 di Seoul pada bulan Oktober 2002 dan Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Terbaik dalam Festival Film Indonesia di Jakarta pada tahun 2004. Salah satu dampak dari kemenangan ini adalah ia seringkali diundang menjadi juri festival film dokumenter seperti Festival Film Indonesia ataupun Eagle Awards Documentary Competition di Metro TV. Untuk film ''Pantja Sila: Cita-cita & Realita'', film itu mendapatkan beberapa penghargaan dari akhir 2016 sampai 2017.

Di samping menikmati profesi barunya sebagai aktivis ''facebook'', pada awal November 2011 merilis film dokumenter tentang upacara pemakaman di Tana Toraja berjudul ''Hidup“Hidup Untuk MatiMati” (They Love to Die)''. Hasil kerjasama dengan sutradara/produser senior Gary Hayes, guru sekaligus rekan kerjanya sejak tahun 1993 sampai sekarang.

Pada 21 Mei 2013 ia merilis film dokumenter berjudul ''"Setelah 15 Tahun...''" yang bisa dibilang merupakan sekuel dari film ''"Student Movement in Indonesia: The Army Forced Them To Be Violent: they forced them to be violent''". Sebuah film dokumenter masih dalam tahap pasca produksi, berjudul ''Sudah"Suah Selayaknya... (Indo' Toding)''", dan berkolaborasi dengan aktor senior Tio Pakusadewo dalam ''"Pantja-sila: Cita-cita & Realita", Film "Pantja Sila: Cita-cita & Realita'' ditayangkan pada 2016. Sementara film ''Sudah Selayaknya...'' direncanakan tayang pada 2017.{{citation needed}}

* ''[[Dongeng Sebuah Produksi Film: Dari Sudut Pandang Manajer Produksi]]'' (2008 & 2011)

* ''[[Ayah Anak, Beda Warna! Anak Toraja Kota Menggugat]]'' (2008 & 2010)

* ''[[Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Terbaik FFI, 2004]]'' (2004)

* ''[[Piala Dewantara, Apresiasi Film Indonesia 2016 untuk Film Dokumenter Panjang, 2016)]]'' (2016)

* ''[[Piala Maya untuk kategori Film Dokumenter Umum 2017|Piala Maya untuk kategori Film Dokumenter Umum 2016]]'' (2017)

* Penghargaan Dewan Juri dalam ''Usmar Ismail Awards'' 2017, Untuk Kategori Film Pilihan Dewan Juri (2017)