Jipang, Cepu, Blora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Arya Mataram (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 17:
|kepadatan =-
}}
'''Jipang''' adalah [[desa]] yang berada di [[kecamatan]] [[Cepu, Blora|Cepu]], [[Kabupaten Blora|Blora]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa yang terletak di tepi Bengawan Solo ini juga mengandalkan ekonominya pada pertanian, berternak dan pertambangan. Mayoritas atau 97% dari penduduk desa ini memeluk agama Islam, 3% lainnya Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani, PNS, peternak, usahawan dan perantau.
 
== Geografis ==
Baris 24:
 
== Sejarah Desa ==
Desa ini pernah menjadi Pusat Pemerintahan [[Kotaraja]] dari [[Kerajaan Jipang]] pada pertengahan abad XV14 yangsebagai merupakanbagian dari Kerajaan Majapahit lalu menjadi [[Kerajaan vazal]](bawahan) dari [[KesultananKerajaan Demak]]. yangNamanya wilayah inj lazimlebih di kenal dengan sebutan [[Kadipaten Jipang]]. Kadipaten Jipang adalah Kadipaten dengan hak otonom penuh yaitu hak untuk mengurus Pemerintahan sendiri tanpa harus mendapatkan persetujuan dari pusat kerajaan Demak. Salah satu Raja/ adipati yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Desa Jipang pun pernah pula menjadi Ibukota Kesultanan Demak. Ini terjadi pada masa Raja Jipang Aya Penangsang menjadi Sultan Demak ke V, pada th.1547 - 1554 dimana Ibukota Kesultanan Demak yang sebelumnya berada di [[Prawoto]] (Pati) dipindahkan ke [[Jipang]]. Sehingga pada era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat peninggalan sejarah dari Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya.
Daerah kekuasaan Jipang pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan pasukan utusan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang. Sejak itu hilanglah Kedaulatan Kesultanan Demak lalu berdiri Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis.