Perang Barito: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
Baris 10:
Tumenggung Surapati adalah seorang putera suku Dayak Siang dilahirkan dilembah Sungai Kahayan, sekarang termasuk wilayah Kalimantan Tengah. Sebagai seorang kepala suku, dia terkenal dengan gelar Kiai Tumenggung Pati Jaya Raja. Tumenggung Surapati berjuang bersama-sama Pangeran Antasari dan dibantu oleh tokoh-tokoh pejuang lainnya seperti [[Tumenggung Singapati]], [[Tumenggung Kartapati]], [[Tumenggung Mangkusari]] dalam perang Barito untuk menghancurkan kekuasaan kolonialisme Belanda di daerah itu. Merekalah tokoh-tokoh pejuang yang menggerakkan rakyat Barito melawan Belanda dalam Perang Barito (1865-1905).
Tumenggung Surapati dengan anak buahnya suku Dayak Siang telah memeluk agama Islam. Kedua tokoh pimpinan perjuangan ini diikat dalam hubungan kekeluargaan dengan mengawinkan putera Tumenggung Surapati yang bernama Tumenggung Jidan dengan cucu Pangeran Antasari. Tumenggung Surapati dengan anak buahnya bersama Pangeran Antasari telah mengangkat sumpah bersama-sama berjuang menghalau penjajah Belanda. Mereka akan berjuang tanpa pamrih dan tanpa kompromi dengan tekad
== Penyerbuan Gudang Garam Belanda 24 Agustus 1859 ==
Baris 32:
Perang Banjar yang terjadi di Barito, memberikan posisi penting terhadap keberpihakan Dayak. Seperti juga masyarakat Banjar maka masyarakat Dayak juga terbelah, sebagian memihak Belanda karena mereka diangkat oleh Belanda sebagai bagian dari pemerintahan Sultan [[Tamjidullah II]] yang didukung Belanda. Kiai Raden Adipati Danu Raja sebagai gubernur [[Banua Lima]] berada di pihak Sultan Tamjidullah II dan Belanda, demikian kepala-kepala pemerintahan di negeri Tanah Bumbu dan sultan Kutai yang berada di bawah tekanan Belanda. Sutaono yang berasal dari desa Telang ([[Paju Epat]]) seorang kepala [[suku dayak Maanyan]] dan Temanggung Nikodemus Jaya Negara seorang kepala [[suku Dayak Ngaju]].<ref>[http://books.google.co.id/books?id=jT0sAAAAYAAJ&dq=demang%20lehman&pg=PR11#v=onepage&q=demang%20lehman&f=false {{nl}} Michael Theophile Hubert Perelaer, Ethnographische beschrijving der Dajaks, J. Noman, 1870]</ref> Pangeran Antasari dan pengikutnya serta keturunannya menghadapi tekanan yang berat dari saudara sebangsa baik dari suku Banjar, Dayak, Bugis, Kutai yang sudah berada dalam gengaman kolonialisme Belanda. Sultan Kutai membantu Belanda menangkap Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) yang akhirnya diasingkan ke Kampung Jawa Tondano. Keturunan Tumenggung Surapati yang tertangkap diasingkan ke Bengkulu.
Untuk menghadapi perang ini sebanyak 142 militer Belanda diterjunkan ditambah pasukan Dayak yang disiapkan Belanda berjumlah 426 terdiri
* Orang Maanyan Sihong dibawah pimpinan Suta Ono berjumlah
* Orang Maanyan Patai dibawah pimpinan Tumenggung Jaya Karti (Jelan)
* Orang Dayak Katingan sebanyak
== Rujukan ==
|