Rumbia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kresna Rahayu (bicara | kontrib)
Kresna Rahayu (bicara | kontrib)
Subjudul
Baris 68:
<p align="justify">Berdasarkan penelitian yang dilakukan Howara et al. pada tahun 2016 di Desa Alindau, Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, komoditas sagu cukup membantu perekonomian masyarakat setempat meskipun masih kalah dnegan komoditas lain. Usahatani sagu di Desa Alindau saat ini tidak menjadi andalan pendapatan keluarga petani, hal ini disesbabkan karena alih fungsi lahan menjadi uasaha tani lain. Penebangan liar terhadap daun sagu yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk makanan ternak maupun dijual, menyebabkan pohon sagu tidak tumbuh dengan baik. Pendapatan responden yang diperoleh dari usahatani sagu rata-rata sebesar Rp 865.000,00. Pendapatan keluarga yang diperoleh dari usahatani lain, seperti kakao dan padi lebih besar dibandingkan pendapatan yang diperoleh dari usahatani sagu itu sendiri. Sagu yang telah menjadi tepung akan dijual langsung ke pasar ataupun konsumen yang datang langsung ke kebun. Nilai tambah dari sagu itu sendiri tidak ada, karena pengolahan tepung sagu menjadi makanan tradisional di Desa Alindau tidak dilakukan oleh ibu (istri) petani responden<ref>Howara ''et al''. 2016. Analisis Pendapatan Keluarga Petani Sagu di Desa Alindau Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. ''J. Agroland'' 23 (2) : 94 – 100.</ref>.</p>
 
== Produk Utama, Karakterisasi, Kualitas yang Dicari ==
<p align="justify">Sagu (''Metroxylon'' sp.) merupakan salah satu sumber karbohidrat penting di beberapa bagian negara di dunia. Lebih dari 50% atau sekitar 1,1 juta ha diantaranya ada di Indonesia. Pati sagu dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan non pangan. Masyarakat di Papua, Maluku dan Sulawesi mengkonsumsi pati sagu sebagai bahan pangan pokok dalam bentuk kapurung atau papeda. Selain itu, pati sagu dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional seperti sagu lempeng/''dange'' dan ''bagea''. Pada sektor industri (pangan maupun non pangan) pati sagu dimanfaatkan dalam bentuk pati termodifikasi seperti pati teroksidasi maupun pati terfosforilasi<ref name=":7">Widianingrum et al. 2005. Kajian terhadap SNI Mutu Pati Sagu. ''Jurnal Standardisasi'' 7(3), 91 – 98.</ref>.</p>
 
Baris 77:
<p align="justify">Persyaratan tertentu diperlukan untuk memenuhi permintaan pati sagu. Di Indonesia, standar mutu pati sagu dituangkan dalam SNI 01-3729-1995. Penerapan SNI tersebut dimaksudkan untuk pengaturan pasar domestik. Standar mutu yang tersedia, seyogyanya dapat diterima oleh berbagai pelaku pasar. Namun di dalam SNI ada beberapa atribut mutu pati sagu yang dianggap penting tetapi belum dicantumkan. Atribut yang dimaksud antara lain adalah warna, kekentalan dan tingkat kehalusannya. Warna, kekentalan dan kehalusan termasuk sifat pati yang menentukan kegunaannya lebih lanjut. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji beberapa standar mutu pati sagu dan melihat peluang penambahan atribut mutu warna, kekentalan dan kehalusan di dalam SNI. Oleh karena itu, standar mutu idealnya memuat atribut-atribut mutu yang dapat mewakili kualitas pati<ref name=":7" />.</p>
 
== Produk Sekunder yang Telah Dikembangkan, Karakterisasi, Kualitas yang Dicari ==
<p align="justify">Sagu (''Metroxylon sago Rottb''.) merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang sangat potensial dalam mendukung program ketahanan pangan (Tarigans, 2001). Selain itu, sagu berpotensi sebagai substitusi bahan baku pembuatan kue, mie, makanan penyedap, berbagai jenis minuman, perekat, industri farmasi, ''biodegradable plastic'' dan sumber bahan baku etanol<ref>Pranamuda, M., Y. Tokiwa dan H. Tanaja. 1996. Pemanfaatan pati sagu sebagai bahan baku biodegradable plastik. Makalah Simposium Nasional Sagu III. Pekanbaru Riau, 27-28 Febrauri 1996.</ref>.</p>
 
Baris 84:
<p align="justify">Pengembangan tepung sagu menjadi bahan pensubtitusi dalam pembuatan roti berbahan sagu menjadi langkah-langka penting dan nyata dalam melakukan diversifikasi pangan dan mengurangi impor gandum. Hal ini disebabkan roti telah menjadi bahan makanan yang popular di masyarakat. Perkembangan industri rumah tangga yang memproduksi roti telah mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir ini, khususnya di Kota Kendari. Jika di dalam pembuatan roti, semuanya menggunakan tepung terigu yang berasal dari gandum dapat dibayangkan kebutuhan akan gandum semakin meningkat dari waktu ke waktu. Tepung sagu (pati sagu) dapat digunakan sebagai bahan substitusi maupun sebagai bahan utama produk pangan bergantung dari jenis produk yang akan dihasilkan. Pati sagu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi kandungan gizi lainnya yang dihasilkan berjumlah kecil. Namun perlu dicatat bahwa produk makanan yang dihasilkan dari pati sagu perlu ditambahkan dengan bahan yang memiliki kandungan gizi yang lebih baik dari pati sagu seperti ''Modified Cassava Flour'' (''MOCAF'')<ref name=":8" />.</p>
 
== Kajian Metabolomik yang Dapat Dilakukan untuk MeningkatkanPeningkatan Kualitas Produk ==
<p align="justify">Secara umum, pendekatan yang dapat digunakan dalam kajian metabolomik untuk meningkatkan kualitas tanaman sagu dibagi menjadi tiga strategi yang berbeda, antara lain Fingerprinting, Profiling, dan Terget. Fingerprinting, dalam strategi ini, sidik jari kimia atau gambar dibuat dengan analisis langsung dari ekstrak sampel kasar, biasanya oleh MS, nuclear magnetic resonance spectrometry (NMR), atau spektrometri inframerah. Sidik jari ini dapat menjadi alat yang efisien untuk membandingkan dan mengklasifikasikan sampel tetapi tidak selalu memberikan informasi tentang terjadinya metabolit spesifik (apakah mereka diketahui atau tidak diketahui). Derivasi dari sidik jari adalah jejak di mana media pengeluaran bebas sel dianalisis untuk metabolit kiri (kadang-kadang juga disebut exometabolome). Profiling, ini bertujuan untuk mendeteksi sebanyak mungkin metabolit, apakah ini diketahui atau tidak diketahui. Namun, metabolit yang terdeteksi dengan profil harus dikenali secara konsisten dan juga harus dikuantifikasi. Profil biasanya dilakukan dengan kromatografi dalam kombinasi dengan MS atau dengan capillary electrophoresis (CE) yang dikombinasikan dengan MS. Target, analisis target bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur metabolit spesifik. Banyak metode analisis yang berbeda dapat digunakan untuk tujuan ini, masing-masing dapat mendeteksi satu atau lebih metabolit<ref>Smedsgaard'','' Jorn, Silas G. Villas-Bôas, Ute Roessner, Michael A. E. Hansen, dan Jens Nielsen. 2007. '' Metabolome Analysis: An Introduction''. John Wiley & Sons, Inc.</ref>.</p>
 
=== Galeri ===
<gallery>
Berkas:Metrox_sagu 071124 1512 stbu.jpg|Habitus