Aksara Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
FarhanNF (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
#STEWA-22<br />{{Teks Jawa}}
{{Infobox Writing system
|name=Aksara Jawa
Baris 20:
'''Aksara Jawa''' ({{ruby|{{Jav|ꦲ}}|a}}{{ruby|{{Jav|ꦏ꧀ꦱ}}|ksa}}{{ruby|{{Jav|ꦫ}}|ra}}{{ruby|{{Jav|ꦗ}}|ja}}{{ruby|{{Jav|ꦮ}}|wa}}), ''Hanacaraka'' ({{ruby|{{Jav|ꦲ}}|ha}}{{ruby|{{Jav|ꦤ}}|na}}{{ruby|{{Jav|ꦕ}}|ca}}{{ruby|{{Jav|ꦫ}}|ra}}{{ruby|{{Jav|ꦏ}}|ka}}), secara resmi dikenal sebagai ''Déntawyanjana'' ({{ruby|{{Jav|ꦢꦺ}}|dé}}{{ruby|{{Jav|ꦤ꧀ꦠ}}|nta}}{{ruby|{{Jav|ꦮꦾ}}|wya}}{{ruby|{{Jav|ꦚ꧀ꦗ}}|nyja}}{{ruby|{{Jav|ꦤ}}|na}}) dan ''Carakan'' ({{ruby|{{Jav|ꦕ}}|ca}}{{ruby|{{Jav|ꦫ}}|ra}}{{ruby|{{Jav|ꦏ}}|ka}}{{ruby|{{Jav|ꦤ꧀}}|n}}), adalah salah satu [[aksara]] tradisional [[Nusantara]] yang digunakan untuk menulis [[bahasa Jawa]] dan sejumlah bahasa daerah [[Indonesia]] lainnya seperti [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Sasak]]<ref name=uni>[http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3319.pdf Proposal pengkodean aksara Jawa dalam UCS]</ref>. Aksara tradisional ini berkerabat dekat dengan [[aksara Bali]].
 
Dalam sehari-hari, penggunaan aksara Jawa umum digantikan dengan huruf Latin yang pertama kali dikenalkan [[Belanda]] pada abad ke-19.<ref name=af/> Aksara Jawa resmi dimasukkan dalam [[Unicode]] versi 5.2 sejak 2009. Meskipun begitu, kompleksitas aksara Jawa hanya dapat ditampilkan dalam program dengan teknologi [[Graphite SIL]], seperti browser [[Mozilla Firefox|Firefox]] dan beberapa prosesor kata ''open source'', sehingga penggunaannya tidak semudah huruf Latin. Kesulitan penggunaan aksara Jawa dalam media digital merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurang populernya aksara tersebut selain di kalangan preservasionis ANJAY MABAR.
 
== Ciri-ciri ==
Baris 202:
* ''Aksara nglegéna''{{Jav|(ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦔ꧀ꦭꦼꦒꦺꦤ)|18px}}Aksara ini adalah aksara dasar untuk menulis [[bahasa Jawa]] modern.
* ''Aksara murda''{{Jav|(ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦸꦂꦢ)|18px}}Bisa disebut juga sebagai ''aksara gedé,'' aksara ini digunakan pada penulisan suatu nama, umumnya nama tempat atau orang yang dihormati. Seperti terlihat dalam tabel di atas, tidak semua aksara mempunyai bentuk ''murda'', karena itu apabila suku kata pertama suatu nama tidak memiliki bentuk ''murda'', maka suku kata kedua yang menggunakan ''murda''. Apabila suku kata kedua juga tidak memiliki bentuk ''murda'', maka suku kata ketiga yang menggunakan ''murda'', begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati dapat ditulis seluruhnya dengan ''murda'' apabila memungkinkan. Misal, "[[Pakubuwana]]" ditulis dengan pa, ka, ba, dan na ''murda'' ({{jav|ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ|18px}}). Aksara murda tidak boleh diberi ''pangkon'' dan tidak perlu digunakan pada awal kalimat.
* ''Aksara mahaprana''{{Jav|(ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦲꦥꦿꦤ)|18px|0}}Aksara ini dalahadalah aksara yang secara harfiah berarti "dibaca dengan nafas berat". ''Mahaprana'' jarang muncul dalam penulisan aksara Jawa modern, oleh karena itu, seringkali tidak dibahas dalam buku mengenai aksara Jawa.<ref name=uni/>
 
<center>