Gunung Tangkuban Parahu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adri45an (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 22:
 
== Sejarah Pembentukan dan Letusan ==
Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 90.000 tahun lalu di [[Kaldera Sunda]]. Gunung ini, menurut T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku ''Bandung Purba'', lebih muda dari [[Gunung Burangrang]]. Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun lalu. Menurut T. Bachtiar, Gunung Tangkuban Parahu lahirnya setelah terbentuknya [[Sesar Lembang]]. Ketika Gunung Tangkuban Parahu meletus, sebagian material alirannya yang mengalir ke selatan tertahan di kaki patahan.
 
Sepanjang sejarahnya, aktivitas yang terjadi di gunung Tangkuban Parahu telah membentuk 13 kawah. Tiga kawah diantaranya populer dijadikan destinasi wisata, yakni [[Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu|Kawah Ratu]], [[Kawaah Upas, Gunung Tangkuban Parahu|Kawah Upas]], dan [[Kawah Domas, Gunung Tangkuban Parahu|Kawah Domas]]. Sementara perincian 13 kawah lengkapnya sebagai berikut: Kawah Upas terdiri dari [[Kawah Upas (termuda)]], [[Kawah Upas (muda)]], dan [[Kawah Upas (tua)]]. Kawah Ratu juga terdiri dari [[Kawah Ratu (1920)]], [[Kawah Ratu (muda)]], dan [[Kawah Ratu (tua)]]. Kemudian ada kawah baru, [[Kawah Pangguyanganbadak]], [[Kawah Badak]], [[Kawah Ecoma]], [[Kawah Jurig]], [[Kawah Siluman]], dan [[Kawah Domas, Gunung Tangkuban Parahu|Kawah Domas]].
 
Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus beberapa kali. Orang yang sempat mencatat letusan pertamanya adalah botanis sekaligus geologis bernama [[Franz Wilhelm Junghuhn]]. Berdasarkan catatan yang dibuat Junghuhn tahun 1853, catatan pertama tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu adalah tahun 1829. Tak ada data tentang letusan sebelumnya. Setelah itu letusan beristirahat selama 17 tahun, letusan berikutnya terjadi pada tahun 1846. Setelah itu gunung tercatat aktif berturut-turut tahun 1867 dan 1887. Letusan besar berikutnya terjadi tahun 1896 setelah gunung mengalami masa istirahat 50 tahun. Aktivitas atau letusan kemudian terjadi tahun 1910, 1929, 1935, 1946, 1947, 1950, 1952, 1957, 1961, 1965, 1967, 1969, 1971, 1983, 1992, 1994, 2004 dan 2019. Menurut T. Bachtiar, masa istirahat antar letusan Gunung Tangkuban Parahu berlangsung antara 30 - 70 tahun.
 
Pada tahun 2005, [[Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah]] sudah membuat peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Daerah-daerah yang rawan bencana dibagi dalam tiga kategori. Masing-masing Kawasan Rawan Bencana I, II, dan III. Ada yang berada dalam radius 1 km, 5 km dari letusan, dan yang berpotensi terkena terjangan lahar dan hujan abu atau lontaran batu pijar. Dalam buku ''Bandung Purba'' disebutkan, lembah yang berpotensi dilanda lahar meliputi [[Ciasem]], Cimuji, [[Cikole, Lembang, Bandung Barat|Cikole]], [[Cibogo, Lembang, Bandung Barat|Cibogo]], [[Cikapundung]], [[Cihideung]], [[Cibeureum]] dan [[Cimahi]].<ref>{{Cite web|url=https://m.ayobandung.com/read/2019/07/26/58839/gunung-tangkuban-parahu-sejarah-terbentuk-dan-letusannya|title=Gunung Tangkuban Parahu: Sejarah Terbentuk dan Letusannya|last=Network|first=Ayo Media|date=2019-07-26|website=AyoBandung.com|language=id|access-date=2019-10-18}}</ref>