Sejarah Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
 
=== Zaman Batu Muda ===
[[Sungai Nil]] telah menjadi urat nadi peradaban Mesir semenjak masyarakat pemburu-peramu yang hidup berpindah-pindah mulai menempati tepiannya pada zaman [[Pleistosen]]. Peradaban bangsa Mesir perdana ini meninggalkan jejak-jejak berupa artefak-artefak dan ukiran-ukiran pada batu yang ditemukan di sepanjang teras Sungai Nil dan di oasiswahah-oasiswahah Mesir. Bagi bangsa Mesir, Sungai Nil berarti kehidupan dan gurun berarti kematian, kendati justru gurunlah yang membentengi mereka dari invasi.
 
Di sepanjang tepian Sungai Nil pada milenium ke-12 SM, muncul suatu kebudayaan masyarakat yang hidup dari mengirik biji-bijian dan telah memanfaatkan peralatan berupa bilah arit jenis terawal. Kebudayaan ini menggantikan kebudayaan masyarakat pengguna [[alat batu|peralatan batu]], yang mencari nafkah dengan [[perburuan|berburu]], [[penangkapan ikan|menangkap ikan]], dan [[pemburu-pengumpul|meramu]]. Ada pula bukti-bukti keberadaan permukiman manusia serta kegiatan penggembalaan ternak sebelum tahun 8000 SM di penjuru barat daya Mesir, dekat dari tapal batas [[Sudan]]. Meskipun demikian, menurut Barbara Barich, teori yang menyatakan bahwa penjinakan satwa jenis [[bovinae]] berlangsung di [[Afrika]] sudah harus ditinggalkan karena bukti-bukti lebih lanjut untuk kurun waktu sepanjang tiga puluh tahun yang terkumpul telah gagal mendukung teori itu.<ref>Barich, B. E. (1998) People, Water and Grain: The Beginnings of Domestication in the Sahara and the Nile Valley. Roma: L' Erma di Bretschneider (Studia archaeologica 98).</ref> Sehubungan dengan pendapat Barbara Barich ini, bekas-bekas penjinakan bovinae tertua di Afrika yang telah diketahui adalah bukti-bukti yang ditemukan di [[Al Fayyum]] dan diperkirakan berasal dari sekitar tahun 4400 SM.<ref>Barich et al. (1984) Ecological and Cultural Relevance of the Recent New Radiocabon dates from Libyan Sahara. In: L. Krzyzaniak and M. Kobusiewicz [eds.], Origin and Early Development of Food-Producing Cultures in Northeastern Africa, Poznan, Poznan Archaeological Museum, pp. 411–17.</ref> Bukti-bukti geologi dan studi percontohan iklim berbasis komputer menunjukkan bahwa perubahan iklim sekitar 8000 SM mengakibatkan kekeringan mulai melanda lahan penggembalaan ternak yang terbentang luas di kawasan utara Afrika dan pada akhirnya menciptakan [[Gurun Sahara]] (sekitar 2500 SM).
Baris 39:
Peradaban Badari yang dinamakan menurut nama situs [[Badari]], tidak jauh dari Deir Tasa, muncul setelah Peradaban Tasa. Kemiripan antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari membuat banyak pihak enggan membeda-bedakan keduanya. Peradaban Badari meneruskan pembuatan tembikar bermulut hitam (dengan mutu yang jauh lebih baik dibanding jenis sebelumnya), dan diberi nomor penanggalan sekuensi antara 21 dan 29.<ref name="Gardiner 389"/> Meskipun demikian, ada perbedaan penting antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari yang mencegah para cendekiawan untuk menggabungkan saja keduanya, yaitu bahwasanya situs-situs Badari telah mempergunakan alat-alat tembaga selain alat-alat batu, dan oleh karena itu merupakan pemukiman-pemukiman [[zaman tembaga|Zaman Tembaga]], sementara situs-situs Tasa masih bercorak [[neolitikum]], dan secara teknis dianggap masih tergolong [[Zaman Batu]].<ref name="Gardiner 389">Gardiner (1964), p.389</ref>
 
[[Peradaban Amra]] dinamakan menurut nama situs [[el-Amra]], sekitar 120&nbsp;km di selatan [[Badari]]. El-Amra adalah situs pertama tempat peradaban ini didapati tidak bercampur dengan Peradaban Gerza yang muncul sesudahnya. Meskipun demikian, karena peradaban ini lebih banyak didukung oleh temuan-temuan dari situs Naqada, maka disebut pula dengan nama Peradaban Naqada I.<ref name="Grimal 24">Grimal (1988) p.24</ref> Pembuatan tembikar bermulut hitam masih diteruskan, tetapi Peradaban ini mulai pula menghasilkan tembikar garis silang, yakni sejenis gerabah yang dihiasi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel, yang kemudian disilangi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel lainnya. Kurun waktu Peradaban Amra ditempatkan antara 30 dan 39 dalam sistem [[penanggalan sekuensi]] yang disusun Sir William Matthew Flinders Petrie.<ref name="Gardiner 390">Gardiner (1964), 390.</ref> Perniagaan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir berlangsung pada kurun waktu peradaban ini, sebagaimana disiratkan oleh temuan-temuan dari hasil penggalian. Sebuah jambangan batu dari daerah utara ditemukan di el-Amra, dan tembaga, yang tidak terdapat di Mesir, tampaknya didatangkan dari Sinai atau mungkin pula dari Nubia. [[Obsidian]]<ref name="Grimal 28">Grimal (1988) p.28</ref> dan [[emas]] dalam jumlah yang sangat sedikit<ref name="Gardiner 390"/> sudah pasti didatangkan dari Nubia pada zaman ini. Perniagaan dengan oasiswahah-oasiswahah pun demikian.<ref name="Grimal 28"/>
 
Peradaban Gerza yang dinamakan menurut nama situs Gerza adalah babak berikutnya dalam perkembangan peradaban bangsa Mesir. Pada kurun waktu inilah terbentuk landasan bagi zaman kekuasaan wangsa-wangsa Mesir. Peradaban Gerza, yang lebih merupakan perkembangan tak terputus dari Peradaban Amra ini, bermula di daerah muara dan bergerak ke wilayah selatan melewati Mesir Hulu; Meskipun demikian, kedatangan peradaban ini tidak berhasil menyingkirkan Peradaban Amra di Nubia.<ref name="Redford 16">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), p. 16.</ref> Zaman Peradaban Gerza bertepatan dengan zaman menurunnya tingkat curah hujan secara drastis,<ref name="Redford 16"/> yang menyebabkan pertanian diandalkan sebagai sumber utama bahan pangan.<ref name="Redford 16"/> Seiring meningkatnya ketersediaan pangan, masyarakat pun mengadopsi gaya hidup yang lebih menetap, dan pemukiman-pemukiman besar bertumbuh menjadi kota-kota yang berpenghuni sekitar 5.000 jiwa.<ref name="Redford 16"/> Pada kurun waktu inilah warga kota mulai mempergunakan bata lumpur dalam pembangunan kota-kota mereka.<ref name="Redford 16"/> Tembaga semakin menggeser pemanfaatan batu sebagai bahan baku pembuatan peralatan<ref name="Redford 16"/> dan persenjataan.<ref name="Gardiner 391"/> Perak, emas, [[lapis lazuli]], juga [[tembikar glasir bening]] digunakan sebagai hiasan,<ref name="Redford 17">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), p. 17.</ref> dan penggilasan untuk membuat celak mata mulai dihiasi ukiran-ukiran timbul sejak kurun waktu Peradaban Badari.<ref name="Gardiner 391">Gardiner (1694), p.391</ref>
Baris 175:
=== Wangsa Ptolemaios ===
{{Main|Dinasti Ptolemaik }}
Pada 332 SM [[Aleksander Agung|Aleksander III]] dari [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]] menaklukkan Mesir tanpa perlawanan berarti dari pihak [[Kekaisaran Akhemeniyah|Persia]]. Ia disambut [[Bangsa Mesir|rakyat Mesir]] sebagai Tokoh Pembebas. Ia mengunjungi [[Memphis, Mesir|Memphis]], dan berziarah ke kediaman juru tenung [[Amun]] di [[OasisWahat SiwaSiwah]]. Juru tenung itu menyatakan bahwa Aleksander adalah putera [[Amun]]. Ia mampu mengambil hati rakyat Mesir karena sikap hormat yang ditunjukkannya pada agama mereka, tetapi ia menempatkan orang-orang Yunani pada semua jabatan tinggi di negeri itu, dan mendirikan sebuah kota baru yang bercorak Yunani, [[Iskandariyah|Aleksandria]], untuk dijadikan ibu kota Mesir yang baru. Kemakmuran Mesir dimanfaatkan untuk mendanai rencana penaklukan Aleksander atas seluruh [[Kekaisaran Persia]]. Pada permulaan 331 SM ia siap untuk bertolak, dan kemudian memimpin bala tentaranya menuju Fenisia. Ia meninggalkan [[Cleomenes dari Naucratis|Kleomenes]] sebagai [[nomark]] yang berkuasa selama ia berada di luar Mesir. Aleksander tidak pernah kembali lagi ke Mesir.
 
Setelah Aleksander mangkat di [[Babilon]] pada 323 SM, timbul [[Diadokhoi|krisis suksesi]] di antara para panglimanya. Mula-mula [[Perdikkas]] memerintah Kekaisaran Makedonia selaku wali dari saudara tiri Aleksander [[Arridaios]], yang kelak menjadi [[Filipus III dari Makedonia]], dan kemudian selaku wali dari Philip III dan putera Aleksander yang masih bayi [[Aleksander IV dari Makedonia]], yang belum lahir tatkala ayahnya mangkat. Perdikkas menunjuk [[Ptolemaios I Soter|Ptolemaios]], salah seorang pengiring terdekat Aleksander, menjadi [[satrap]] di Mesir. Ptolemaios memerintah Mesir sejak 323 SM atas nama raja-bersama [[Filipus III dari Makedonia|Filipus III]] dan [[Aleksander IV dari Makedonia|Aleksander IV]]. Akan tetapi begitu kekaisaran yang dibangun [[Aleksander Agung]] mulai terpecah-belah, Ptolemaios segera menjadikan dirinya sebagai penguasa mesir yang mandiri. Ptolemaios berhasil mempertahankan Mesir dari invasi Perdikkas pada 321 SM, dan memperkokoh kedudukannya di Mesir dan sekitarnya selama [[Perang Diadokhoi]] (322–301 SM). Pada 305 SM, Ptolemaios mulai mempergunakan gelar raja-raja. Sebagai [[Ptolemaios I Soter]] ("Sang Juru Selamat"), ia mendirikan [[Dinasti Ptolemaik|Wangsa Ptolemaios]] yang berkuasa atas Mesir selama hampir 300 tahun.