Dinasti Xia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JAnDbot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: zh-classical:夏后氏
-iNu- (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Sejarah TiongkokCina}}
 
'''Dinasti Xià ''' (Hanzi: 夏 Indonesia: Sia} merupakan dinasti pertama yang tercatat dalam buku sejarah [[TiongkokCina]]. Catatan sejarah paling awal ditemukan dalam buku sejarah [[Shàngshū]] yang mengatakan bahwa Dinasti Xià memiliki puluhan ribu negara upeti, sehingga secara umum menganggap Dinasti Xià adalah sebuah negara yang terbentuk dari gabungan berbagai suku bangsa, dan para sejarawan dari aliran ajaran Marxisme di TiongkokCina daratan menetapkan Dinasti Xià sebagai sebuah negara budak.{{fact}}
 
Menurut catatan buku sejarah, Dinasti Xià adalah negara yang didirikan oleh putra dari Yǔ yaitu Qǐ. Yǔ mewariskan singgasana kepada anaknya Qǐ, yang menganti cara terdahulu, '''Chánràngzhìdù''' (mewariskan singgasana kepada orang bijaksana atau yang berkemampuan - Bahasa Inggris [[:en:Elective Law]]) menjadi '''Shìxízhì''' (mewariskan singgasana dari ayah kepada anak atau kepada orang yang mempunyai hubungan darah atau keluarga dekat. Dinasti Xià secara keseluruhan diwariskan sebanyak 13 generasi, 16 raja (atau 14 generasi, 17 raja, tergantung perbedaan pendapat tentang Yǔ dianggap sebagai raja Dinasti Xià atau pemimpin gabungan suku), sekitar 400 tahun, yang kemudian dimusnahkan oleh [[Dinasti Shang]].
 
== Xià dalam Literatur ==
Menurut cataran literatur kuno TiongkokCina, sebelum berdirinya Dinasti Xià, sering terjadi perang untuk memperebutkan kekuasaan sebagai pemimpin dari gabungan suku antara [[suku Xià]] dengan suku-suku di sekitarnya. Suku Xià mulai berkembang sekitar zaman [[Kaisar Zhuanxu]] pada zaman legenda TiongkokCina kuno. Banyak catatan literatur TiongkokCina kuno mencatat keberadaan suku Xià pada masa Kaisar Zhuānxù. Di antaranya [[Shiji]], [[Xiàběnjì]] dan [[Dàdàilǐjì Dìxì]] mengatakan Yǔ adalah cucu dari Zhuānxù, tetapi ada catatan literatur lain yang mengatakan Yǔ adalah cucu generasi ke-5 dari Zhuānxù. Dari catatan-catatan literatur tersebut menunjukkan bahwa suku Xià kemungkinan besar adalah salah satu dari keturunan Zhuānxù.
 
=== Gǔn ===
Dalam catatan literatur TiongkokCina kuno, Gǔn adalah salah satu tokoh suku Xià yang paling awal terdapat catatannya. Dalam [[Guóyǔ Zhōuyǔ]] diceritakan bahwa Gǔn sebagai pemimpin dari suku Xià dianugerahkan daerah [[Chóng]], dan digelar sebagai ''Chóngbó Gǔn''. Kemudian Yǔ mengantikan Gǔn sebagai ''Chóngbó Yǔ''. Ini membuktikan bahwa suku Xià awalnya aktif di sekitar daerah Chóng. Pada waktu itu Huánghé ([[Sungai Kuning]]) meluap. Untuk menghadapi banjir, banyak suku membentuk gabungan suku untuk menghadapi banjir, dan Gǔn dipilih oleh Sìyuè (Empat Prefektur) menjadi pemimpin dari pekerjaan mengendalikan banjir tersebut. Gǔn mengendalikan banjir selama 9 tahun tetapi akhirnya dinyatakan gagal. Penyebab dari kegagalan Gǔn kemungkinan besar karena dia kurang mampu mempersatukan orang dari berbagai suku. Menurut catatan [[Shàngshū Yáodiǎn]], pada mulanya [[Yao]] oleh karena sifat Gǔn yang suka saling menyalahkan dan membeda-bedakan suku, tidak setuju mengangkat Gǔn sebagai pemimpin dari pekerjaan mengendalikan banjir. Diduga bahwa pada waktu Gǔn menjabat sebagai pemimpin dari pekerjaan pengendalian banjir, sudah banyak suku yang tidak puas dengannya. Dalam [[Shàngshū Hóngfàn]] dan [[Guóyǔ Lǔyǔ]] terdapat catatan tentang ''Gǔnzhànghóngshuǐ'', yang menceritakan bahwa cara Gǔn mengendalikan banjir adalah dengan mengunakan tanah dan kayu untuk membendung air, yang akhirnya gagal, dan ini juga mungkin merupakan salah satu dari kegagalan Gǔn dalam mengendalikan banjir selama 9 tahun. Pada akhirnya, setelah Gǔn gagal dalam mengendalikan banjir, dia dihukum mati di [[Yǔshān]] (Gunung Yu).
 
=== [[Yu]] ===
Yǔ adalah putra dari Gǔn. Yǔ bukan hanya tidak menunjukkan rasa dendam, malahan tetap menghormati [[Shun]], dan mendapatkan kepercayaan dari Shùn. Shùn menyerahkan tugas mengendalikan banjir kepada Yǔ. Yǔ memperbaiki cara ayahnya mengendalikan banjir, secara besar mempersatukan orang dari berbagai suku, sehingga akhirnya berhasil mengendalikan banjir. Dalam catatan [[Shǐjì Xiàběnjì]] tercatat waktu Yǔ mengendalikan banjir, bekerja keras, tiga kali melewati pintu rumahnya tetapi tidak pernah masuk – dengan alasan reuni dengan keluarga akan menghabiskan banyak waktu dan pikiran dari tugasnya mengendalikan banjir. Kegigihan dan ketekunannya dalam melaksanakan tugas mendapat penghargaan dari banyak kalangan, dan ini mungkin juga merupakan salah satu faktor dari bersatu berbagai suku.
 
Oleh karena Yǔ berhasil mengendalikan banjir dan mengembangkan pertanian, sehingga kekuatan suku Xià menjadi kuat, menjadi pemimpin dari gabungan berbagai suku. Kemudian Shùn mengutus Yǔ untuk menyerang [[suku Sānmiáo]]. Yǔ mengusir suku Sānmiáo kedaerah perairan [[Dānjiāng]] dan [[Hànshuǐ]], berhasil mengkokohkan kekuatan kerajaan. Dalam [[Mòzǐ Fēigōng]] diceritakan bahwa setelah Yǔ berhasil menaklukkan suku Sānmiáo, suku Xià sudah menjadi suku yang sangat penting diperairan Huánghé pada waktu itu. Shùn mewariskan singgasana kepada Yǔ, Yǔ pernah mengadakan pertemuan persekutuan antar suku di [[Túshān]] (Gunung Du), dan sekali lagi menyerang suku Sānmiáo (pada waktu itu suku di [[Zhōngyuán]] (pusat daratan TiongkokCina) sering berperang dengan suku Sānmiáo). Dalam [[Zuǒzhuàn]] (walau mungkin terlalu dibesar-besarkan) dikatakan terdapat puluhan ribu negara upeti menghadiri pertemuan persekutuan di Túshān, dengan demikian boleh diperkirakan betapa besarnya pengaruh suku Xià pada waktu itu. Pada suatu pertemuan antar suku di [[Huìjī]], pemimpin [[suku Fángfēngshì]], waktu pertemuan datang terlambat dan dihukum mati oleh Yǔ. Ini membuktikan bahwa suku Xià pada awal pengukuhan kekuasaannya telah muncul sifat monarki atas kekuasaan. Menyusul dengan semakin kuatnya kekuasaan gabungan suku bangsa dengan suku Xià yang merupakan keturunan dari [[suku Húangdì]] sebagai inti kekuatan, hubungan ekonomi berbagai daerah juga semakin kuat. Dalam catatan sejarah kuno sering terdapat catatan tentang Yǔ menentukan pembayaran upeti sesuai dengan jarak negara-negara upetinya, ini juga membuktikan pengendalian ekonomi suku Xià terhadap suku-suku lain disekitarnya.
 
Dalam catatan literatur kuno juga sering diceritakan nafsu Yǔ atas kekuasaan pada usia tuanya. Walaupun Yǔ ingin mempertahankan kekuasaan pemerintahan dalam suku Xià sendiri, tetapi tetap harus mempertimbangkan tradisi Chánràng, sehingga ia menerapkan suatu siasat yang efektif. Yǔ pada mulanya mengangkat [[Gāotáo]] dari [[suku Yǒuyǎnshì]] yang memiliki reputasi tinggi sebagai ahli warisnya, guna menunjukkan penghargaan Yǔ terhadap tradisi Chánràng. Tetapi Gāotáo lebih tua dari Yǔ, sehingga belum sempat mewarisi singgasana sudah meninggal. Kemudian Yǔ memilih Yì dari [[suku Dōngyí]] yang tidak begitu berpengaruh menjadi ahli waris. Pada waktu itu banyak suku yang tidak mendukung Yì, dan malahan mendukung putra dari Yǔ, Qǐ. Yǔ berharap jika kelak Yì tidak mendapat dukungan dari masyarakat, maka akan mewariskan singgasana kepada putranya Qǐ.
Baris 21:
=== [[Qi]] ===
 
Setelah Yǔ meninggal, Yì sama sekali tidak mendapatkan kedudukannya, malahan dengan dukungan masyarakat, Qǐ mendapatkan kedudukan sebagai pemimpin (tetapi menurut [[Zhúshūjìnián]], Yì sebenarnya sempat naik takhta, namun kemudian Qǐ membunuh Yì dan merebut kekuasaan). Sehingga Yì memimpin pasukan gabungan dengan [[suku Dōngyí]] menyerang Qǐ. Setelah melalui perang selama beberapa tahun, akhirnya Yì dibunuh oleh Qǐ, sehingga Qǐ berhasil naik takhta sebagai raja. Dan ini oleh kebanyakkan sejarawan dianggap sebagai awal dari dinasti pertama di TiongkokCina yang menerapkan cara Shìxízhì (Putra tertua merupakan ahli waris Kekan) - Dinasti Xià. Kemudian juga terdapat banyak suku yang masih menganut cara Chánràng (bawahan terkuat menjadi penerus kekuasaan) tidak puas dengan kekuasaan Qǐ. Pemimpin dari [[suku Yǒuhùshì]] yang tinggal disekitar daerah sekarang [[Guānzhōng]] [[provinsi Shǎnxī]], memimpin pasukan gabungannya menyerang Qǐ, dan didaerah Gān (sekarang selatan dari [[Hùxiàn]] provinsi [[Shaanxi]]) melakukan pertempuran sengit. Sebelum perang, Qǐ menyebut kedudukan kekuasaannya sebagai ''Gōngxíngtiān'' (melaksanakan mandat langit), yang juga merupakan dasar dari terbentuknnya ''Tiānzǐlùn'' (teori putra langit). Qǐ memiliki dukungan dari masyarakat di Zhōngyuán, dalam hal jumlah pasukan jauh lebih unggul, sehingga akhirnya berhasil mengalahkan Yǒuhùshì. Kemenangan kedua dari Qǐ membuktikan bahwa prinsip dalam masyarakat di Zhōngyuán telah berubah dari tradisi Chánràngzhì menjadi Shìxízhì.
 
Suku Xià pada mulanya bermarga [[marga Sì|Sì]], tetapi mulai dari Qǐ dirubah menjadi [[marga Xià|Xià]] sesuai dengan nama kerajaannya. Dan pada waktu yang bersamaan, Qǐ tidak lagi mengunakan ''Bó'' sebagai gelar kebesaran dan diganti menjadi ''Hòu'', dengan gelar ''Xiàhòu Qǐ''.
Baris 42:
Putra Shǎokāng, Zhù mengantikan kedudukan raja. Ia mengerti ketidak puasan [[suku Yí]] di timur terhadap Dinasti Xià, untuk memperkokoh kekuasaan di timur, ia memindahkan ibukota dari Yuán (sekarang [[Jǐyuán]], [[provinsi Hénán]]) ke Lǎoqiū (sekarang utara dari [[Kāifēngxiàn]], provinsi Hénán). Ia berkonsentrasi mengembangkan peralatan perang dan perlengkapan prajurit. Ia juga mengutus orang untuk menyerang suku Yí didaerah pesisir pantai timur (sekarang bagian barat [[provinsi Shāndōng]], bagian timur [[provinsi Ānhuī]] dan sekitar [[provinsi Jiāngsū]]). Pada waktu itu, ia juga mendapatkan barang keramat, ''Jiǔwěihú'' (serigala sembilan ekor - Jepang: [[Bijuu]]). Wilayah Dinasti Xià juga pada masa pemerintahan Zhù meluas sampai kedaerah pesisir Dōnghǎi (sekarang Huánghǎi). Selama masa pemerintahan Zhù, boleh dikatakan merupakan masa paling makmur dan maju dari Dinasti Xià. Orang Xià juga sangat menghargai dan menghormati Zhù. Menurut catatan [[Guóyǔ Lǔyǔ]] menganggap Zhù secara keseluruhan mewarisi karier dari Yǔ.
 
Pada masa pemerintahan putra dari Zhù, Huái, [[suku Dōngyí]] dan [[suku Huáxià]] hidup dalam damai. Sembilan suku Yí (Jiǔyí): Quǎnyí, Yúyí, Fāngyí, Huángyí, Báiyí, Chìyí, Xuányí, Fēngyí, dan Yángyí yang tinggal di daerah perairan [[Huáihé]] (Sungai Huai) dan [[Sìshuǐ]] sering datang menyembah dan menyerahkan upeti. Setelah Huái meninggal, digantikan oleh putranya Máng. Setelah Máng meninggal, digantikan oleh putranya Xiè. Selama periode ini, hubungan antara suku Dōngyí dan suku Huáxià terus berkembang. Pada masa pemerintahan Xiè, suku Dōngyí pada umumnya sudah membaur dengan suku Huáxià, maka ia mengalihkan perhatiannya ke barat. Dan pada waktu itu, ia mulai melakukan anugerah tempat dan gelar kepada negara-negara upeti. Dan ini merupakan permulaan dari ''Zhūhóuzhì'' (sistem feodal) TiongkokCina beberapa abad kemudian. Setelah Xiè meninggal, putranya [[Bùjiàng]] mengantikan. Bùjiàng sempat beberapa kali memimpin pasukannya menyerang [[Jiǔyuàn]] di barat.
 
=== Akhir Periode ===
Baris 52:
Jié hanya tahu berfoya-foya untuk diri sendiri, tidak mempedulikan penderitaan rakyat. Sekitar akhir abad ke 17 SM, pemimpin dari suku Shāng, Tāng memimpin pasukan gabungan dari berbagai suku dan negara upeti menyerang Jié dan memusnahkan suku-suku yang membela Dinasti Xià: Wéi, Gù, Kūn, Wú, dan terakhir di [[Cānghuáng]] berperang dengan Jié. Kekuatan Tāng sangat besar, Jié tidak sanggup bertahan sambil melarikan diri dan berperang. Akhirnya ia akalah di daerah suku Yǒusōngshì. Jié lari ke [[Míngtiáo]] (sekarang pertengahan [[provinsi Hénán]] - versi lain mengatakan sekarang merupakan [[Ānyi]], [[provinsi Shanxi]]) dan dikejar oleh Tāng. Perang besar-besaran terjadi di Míngtiáo. Sekali lagi Jié mengalami kekalahan, dan diasingkan oleh Tāng ke Lìshān - Gunung Li (ada yang mengatakan Géshān - Gunung Ke), tinggal bersama Mòxǐshì. Akhirnya Jié melarikan diri ke [[Náncháo]](sekarang [[Cháoxiàn]], [[provinsi Anhui]]) dan meninggal di sana.
 
Setelah Pertempuran Míngtiáo, Dinasti Xià digulingkan, dan atas dukungan dari suku-suku dan negara upeti, di Háo mengelar diri sebagai ''Wáng'' (raja). Dinasti pertama dalam sejarah TiongkokCina dengan kekuasaan Shìxízhì, Dinasti Xià, yang diwariskan sebanyak 13 generasi (buku sejarah [[Shìběn]] mencatat 12 generasi), 16 raja, selama 471 tahun (menurut [[Zhúshūjìnián]]), pada akhir abad ke-17 SM, awal abad ke-16 SM musnah.
 
== Keturunan ==
Setelah Dinasti Xià musnah, sisa keturunannya masih bermukim di Zhōngyuán. Ada dua kelompok masing-masing pindah ke selatan dan utara. Jié membawa banyak keturunan Dinasti Xià dari Lìshān pindah ke Náncháo di selatan, ini adalah kelompok selatan. Kelompok utara masuk ke dataran Mongol, dan berbaur dengan masyarakat setempat, dan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan [[suku Xiōngnú]]. Dalam [[Shǐjì Xiōngnúlièzhuàn]] tercatat "Xiōngnú, leluhurnya adalah keturunan dari raja Xià (yaitu Yǒuxiàshì)". [[Kuòdìpǔ]] secara lebih jelas menyatakan "Putranya (yang dimaksud putra dari Jié), Xūnzhōu (atau Xūnyù) mengawini selir dari Jié, pindah ke padang luar di utara, hidup beternak dan berpindah-pindah (yang dimaksud adalah kaum suku pengembala di padang rumput utara) yang oleh orang TiongkokCina disebut sebagai Xiōngnú".
 
== Wilayah kekuasaan ==
Baris 124:
</table>
 
[[Kategori:Sejarah TiongkokCina|Xia]]
 
[[ca:Xia]]