Masjid Taqwa Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
}}
 
'''Masjid Taqwa Muhammadiyah''' adalah salah satu [[masjid]] terbesar di [[Indonesia]] yang terletak di pusat [[Kota Padang]], [[Sumatra Barat]]. Berada di kawasan [[Pasar Raya Padang]], masjid yang pertama dibangun pada tahun 1961 berupa bangunan berlantai dua ditandai dengan kubah. Namun pada 6 Januari 1975, masjid pertama mengalami kerusakan berat setelah kubah runtuh. Pada tahun 1977, masjid baru dibangun ulang dan akhirnya selesai pada tahun 1987. Masjid Taqwa Muhammadiyah mengawali arsitektur masjid modern di Sumatra Barat yang tak identik dengan kubah.
 
Masjid ini berada tidak jauh dari [[Masjid Raya Ganting]] dan [[Masjid Nurul Iman]] yang keberadaanya turut berperan dalam perjalanan [[sejarah Kota Padang]].{{sfn|Republika|2012}} Selain dipusatkan sebagai tempat kegiatan keagamaan regional, Masjid Taqwa Muhammadiyah membuka fasilitas komersial dan pendidikan.
Baris 33:
== Sejarah ==
=== Awal pendirian ===
Masjid ini dibangun atas prakarsa sejumlah kader [[Muhammadiyah]] di Padang, sehingga sering disebut sebagai Masjid Muhammadiyah. Cikal bakal pendirian masjid ini dimulai ketika berdirinya kelompok (ranting) Muhammadiyah di [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Pasar Jao]] dan sekitarnya pada tahun 1952 yang anggotanya ketika itu berjumlah 25 orang dan dipimpin oleh Hasan Herbalis. Kelompok ini mengadakan pengajian dua kali seminggu di Masjid Nurul Ihsan yang juga dikenal sebagai Masjid Kampung Jao Dalam. Namun, baru mengadakan pengajian selama empat tahun, tepatnya pada tahun 1956, pengajian ini ditentang oleh masyarakat sekitar karena dinilai telah mencampuri urusan [[budaya]] dan [[adat]] istiadat mereka, seperti ketika anggota pengajian ini tidak membenarkan acara ''manujuah hari'' dengan makan-makan di tempat orang yang meninggal, sedangkan menurut mereka itu merupakan hal yang diperbolehkan. Untuk tidak menimbulkan pertikaian, maka pengajian ini dialihkan ke los bada yaitu kedai milik Bilal. Saat ini los itu berada di kawasan Pasar Raya Padang tepatnya belakang blok A.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
Pada tahun 1957 terjadi pergolakan [[Dewan Banteng]]. Saat itu banyak bangunan yang ditinggalkan pemiliknya termasuk toko di sekitar pasar. Melihat ada satu toko yang roboh dan tidak digunakan lagi, anggota pengajian mencoba meminta izin pada pemerintah setempat untuk mendirikan [[masjid|rumah ibadah]] di atas tanah toko itu. Setelah mengantongi izin, didirikanlah sebuah [[surau]] berukuran 9 × 12 meter dengan lantai dan dinding terbuat dari papan. Melihat ramainya jamaah yang melaksanakan ibadah di surau tersebut, maka pada tahun 1960 dibentuk panitia untuk meningkatkan surau tersebut, dan dicapai kesepakatan untuk membangun Masjid Raya Muhammadiyah. Pembangunan mulai dilakukan pada tahun 1961, setelah persiapan pembangunan seperti pembelian bahan-bahan bangunan telah telah tersedia. Bangunan masjid yang baru ini terdiri dari dua tingkat. Lantai pertama pada saat itu dijadikan tempat ibadah dan lantai atas dijadikan tempat dakwah dan pendidikan. Selain pendidikan [[Sekolah dasar|SD]] dan PGA, saat itu juga ada Fakultas Adab, yang kemudian berubah menjadi Fakultas Syariah dan terakhir menjadi [[Universitas Muhammadiyah Sumatra Barat]] yang saat ini telah memiliki kampus pusat di [[Lubuk Buaya, Koto Tangah, Padang|Lubuk Buaya]].{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
Setelah Masjid Raya Muhammadiyah selesai pembangunannya, pusat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatra Barat dipindahkan ke Padang dan berkantor di masjid ini.
Baris 41:
=== Runtuh dan pembangunan kembali ===
[[Berkas:MasjidMuhammadiyahPadang2.jpg|jmpl|250px|kiri|Masjid Taqwa Muhammadiyah terdiri dari tiga lantai; lantai kedua merupakan ruang salat utama]]
Peristiwa yang menggemparkan terjadi pada 6 Januari 1975. Tanpa diketahui sebab yang jelas, [[kubah]] besar yang memahkotai bangunan masjid ini secara tiba-tiba roboh, menghimpit dua lantai bangunan di bawahnya dan menimpa beberapa jamaah yang sedang berada di ruangan tepat di bawah kubah tersebut. Beruntung jamaah yang tertimpa itu tidak meninggal. Padahal tahun itu jugaakan diadakan muktamar [[Muhammadiyah]] se-Indonesia. Meskipun tidak bisa digunakan lagi, berkat bantuan pemerintah daerah Mukhtamar ke-39 itu tetap digelar di bangunan toko di sekitar masjid ini.{{sfn|Padang Ekspres|2011}}
 
Hasil Mukhtamar, memutuskan pembangunan Masjid Raya Muhammadiyah ini dijadikan proyek nasional. Jamaah Muhammadiyah dari daerah lain ikut berpartisipasi dalam pembangunan kembali masjid ini. Pada tahun 1977 panitia pembangunan melakukan pembangunan awal dan memberi nama Masjid Taqwa. Pada tahun 1987, masjid ini akhirnya dapat kembali digunakan sebagai tempat ibadah dan mengembangkan ajaran agama. Namun ketika itu banyak yang mengatakan bangunan masjid ini tidak berbentuk masjid, sehingga dibuatlah sebuah [[menara]] dengan membongkar sebuah bangunan di sekitarnya.{{sfn|Suryadi|2012}}{{-}}
 
== Referensi ==