Pembantaian di Indonesia 1965–1966: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(nama pengguna dihapus)
→‎Referensi: pisahkan indo-inggris, urutkan nama
(nama pengguna dihapus)
(ringkasan suntingan dihapus)
Baris 17:
== Latar belakang ==
{{main|Gerakan 30 September}}
[[Berkas:Suharto at funeral.jpg|jmpl|kiri|250px|Soeharto menghadiri pemakaman jenderal-jenderal yang dibunuh pada tanggal 5 Oktober 1965. (Gambar oleh Departemen Penerangan Indonesia)]]
{{quote|Apalagi kataku tadi, dalam tahun 1966 ini! Tahun 1966 ini, kata mereka, ha, <i>eindelijk,</i> <i>eindelijk, at long last,</i> Presiden Soekarno telah dijambret oleh rakyatnya sendiri, Presiden Soekarno telah di-<i>coup;</i> Presiden Soekarno telah dipreteli segala kekuasaannya, Presiden Soekarno telah ditelikung oleh satu triumvirat yang terdiri dari Jenderal Soeharto, Sultan Hamengku Buwono, dan Adam Malik. Dan itu Surat Perintah 11 Maret, kata mereka, bukankah itu penyerahan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto? Dan tidakkah pada waktu sidang MPRS yang baru lalu, mereka – reaksi, musuh-musuh kita – mengharap-harapkan, bahkan menghasut-hasut, bahkan menujumkan bahwa sidang MPRS itu sedikitnya akan menjinakkan Soekarno, atau akan mencukur Soekarno sampai gundul samasekali, atau akan mendongkel Presiden Soekarno dari kedudukannya semula? Kata mereka, dalam bahasa mereka, <i>”The MPRS session will be the final settlement with Soekarno”,</i> artinya sidang MPRS ini akan menjadi perhitungan terakhir – <i>laatste afrekening</i> – dengan Soekarno.
 
...
 
Sudah terang, Gestok kita kutuk, dan saya, saya mengutuk pula! Dan seperti yang sudah kukatakan berulang kali dengan jelas dan tandas, yang bersalah harus dihukum! Untuk itu kubangunkan Mahmillub!
 
...
 
Oleh sebab itu maka saya selalu peringatkan kepada bangsa dan rakyatku, jangan gontok-gontokan, jangan sembelih-sembelihan! Sebab, hal itu akan memecahkan kesatuan dan persatuan bangsa, memecahkan inti hakiki daripada revolusi kita. Dan kecuali daripada itu, maka '''ratusan ribu pembunuhan''', ratusan ribu penahanan, malahan akan menjadi masalah sosial politik yang panas, yang makin meningkatkan pertentangan-pertentangan saja.|Soekarno, ''[[:s:Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah|Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah]]'', 17 Agustus 1966 (setahun setelah G30S) menyatakan bahwa ada ratusan ribu pembunuhan terjadi.}}
 
[[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia.<ref>cf with Weiner (2007) hlm.259</ref> [[Kader]]nya berjumlah sekitar 300.000, sementara anggotanya diperkirakan sebanyak dua juta orang.<ref>Cribb (1990), hlm. 41.</ref> Selain itu PKI juga mengatur serikat-serikat buruh.
 
Dukungan terhadap kepresidenan Soekarno bergantung pada koalisi "[[Nasakom]]" antara militer, kelompok agama, dan komunis. Perkembangan pengaruh dan kemilitanan PKI, serta dukungan Soekarno terhadap partai tersebut, menumbuhkan kekhawatiran pada kelompok [[Muslim]] dan militer. Ketegangan mulai menyelimuti perpolitikan Indonesia pada awal dan pertengahan tahun 1960-an.<ref>Schwarz (1991), hlm. 16–18</ref> Upaya PKI untuk mempercepat reformasi tanah menggusarkan tuan-tuan tanah dan mengancam posisi sosial para kyai.<ref>Schwarz (1994), hlm. 17, 21.</ref>
 
Pada tanggal 011 Oktober 1965, enam Jendral (tiga diantaranyadi antaranya dalam proses penjemputan paksa pada pagi hari, sedangkan tiga sisanya dan satu orang perwira menengah pada sore hari) dibunuh oleh kelompok yang menyebut diri mereka sebagai Dewan Revolusi --- namun Soeharto menamai gerakan Dewan Revolusi tersebut sebagai [[Gerakan 30 September]], walau fakta sejarahnya aksi penjemputan paksa dilakukan pada jam empat pagi tanggal 011 Oktober 1965, untuk mendekatkan penyebutan Gestapu dengan sebutan GESTAPO (Polisi Rahasia Nazi Jerman yang dikenal bengis dan kejam). Maka pemimpin-pemimpin utama militer Indonesia tewas atau hilang, sehingga Soeharto mengambil alih kekuasaan angkatan bersenjata (yang dilakukan atas inisiatif sendiri tanpa berkoordinasi dengan Presiden Soekarno selaku pemangku jabatan Panglima Tertinggi menurut Undang-Undang dalam struktur komando di tubuh APRI). Pada 2 Oktober, ia mengendalikan ibu kota dan mengumumkan bahwa upaya kudeta telah gagal. Angkatan bersenjata menuduh PKI sebagai dalang peristiwa tersebut.<ref name="Vicker_157">Vickers (2005), hlm. 157.</ref> Pada tanggal 5 Oktober, jenderal-jenderal yang tewas dimakamkan. Propaganda militer mulai disebarkan, dan menyerukan pembersihan di seluruh negeri. Propaganda ini berhasil meyakinkan orang-orang Indonesia dan pemerhati internasional bahwa dalang dari semua peristiwa ini adalah PKI.<ref name="Vicker_157"/> Penyangkalan PKI sama sekali tidak berpengaruh.<ref name="Ricklefs_287">Ricklefs (1991), hlm. 287.</ref> Maka ketegangan dan kebencian yang terpendam selama bertahun-tahun pun meledak.<ref name="Schwarz 1994, p. 20">Schwarz (1994), hlm. 20.</ref>
 
== Pembersihan politik ==