Pembantaian di Indonesia 1965–1966: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
(nama pengguna dihapus)
(ringkasan suntingan dihapus)
(nama pengguna dihapus)
(ringkasan suntingan dihapus)
Baris 85:
 
== Dampak ==
{{sister
|project=wikisource
|text=[[Wikisource]] memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:
'''''[[s:Surat Perintah Sebelas Maret|Surat Perintah Sebelas Maret]]'''''<br />
'''''[[s:Perintah Harian Presiden (1 Oktober 1965)|Perintah Harian Presiden (1 Oktober 1965)]]'''''<br />
'''''[[s:Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 3 Oktober 1965|Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 3 Oktober 1965]]'''''
}}
Tindakan Soekarno yang ingin menyeimbangkan [[nasionalisme]], [[agama]], dan [[komunisme]] melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung utamanya, PKI, telah secara efektif dimusnahkan oleh dua pilar lainnya-militer dan Islam politis; dan militer berada pada jalan menuju kekuasaan.<ref name="schwarz2">Schwarz (1994), hlm. 20, 22</ref><ref name="Ricklefs 1991, p. 288"/> Banyak Muslim yang tak lagi memercayai Soekarno, dan pada awal 1966, Soeharto secara terbuka mulai menentang Soekarno, sebuah tindakan yang sebelumnya berusaha dihindari oleh para pemimpin militer. Soekarno berusaha untuk berpegang kepada kekuasaan dan mengurangi pengaruh baru dari angkatan bersenjata, namun dia tidak dapat membuat dirinya menyalahkan PKI atas usaha kudeta sesuai permintaan Soeharto.<ref name="Schwarz 1994, p. 22">Schwarz (1994), hlm. 22.</ref> Pada 1 Februari 1966, Soekarno menaikkan pangkat Soeharto menjadi Letnan Jenderal.<ref name="NYT_22FEB1966">{{cite news | title=Soekarno Removes His Defense Chief | work=New York Times | date=22 February 1965}}</ref> Dekret [[Supersemar]] pada 11 Maret 1966 mengalihkan sebagian besar kekuasaan Soekarno atas parlemen dan angkatan bersenjata kepada Soeharto,<ref>Vickers (2005), hlm 160</ref> memungkinkan Soeharto untuk melakukan apa saja untuk memulihkan ketertiban. Pada 12 Maret 1967 Soekarno dicopot dari sisa-sisa kekuasaannya oleh Parlemen sementara, dan Soeharto menjabat sebagai [[Kepresidenan Sementara Soeharto|Presiden Sementara]].<ref>Schwartz (1994), hlm 2</ref> Pada 21 Maret 1968, [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] secara resmi memilih Soeharto sebagai presiden.<ref>Ricklefs (1991), hlm. 295.</ref>
 
{{quote|Surat Perintah 11 Maret itu mula-mula, dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan. Dikiranya Surat Perintah 11 Maret adalah satu penyerahan pemerintahan! Dikiranya Surat Perintah 11 Maret itu satu <i>transfer of authority</i>. Padahal tidak! Surat Perintah 11 Maret adalah satu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan, pengamanan jalannya <i>any</i> pemerintahan, demikian kataku pada waktu melantik Kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah pengamanan beberapa hal. Jenderal Soeharto telah mengerjakan perintah itu dengan baik. Dan saya mengucap terima kasih kepada Jenderal Soeharto akan hal itu. Perintah pengamanan, bukan penyerahan pemerintahan! Bukan <i>transfer of authority!</i>|Soekarno, ''[[:s:Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah|Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah]]'', 17 Agustus 1966}}
 
[[Berkas:The Year of living dangerously Poster 1982.jpg|170px|kiri|jmpl|''[[The Year of Living Dangerously]]'' (1982), salah satu film asing yang dicekal di Indonesia pada era [[Orde Baru]].]]