Pencak silat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 114.10.8.241 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh InternetArchiveBot
Tag: Pengembalian
Ilhamyusanto (bicara | kontrib)
k menambah refernsi
Baris 39:
Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini [[Vietnam]] juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.{{butuh rujukan}} Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah [[Ikatan Pencak Silat Indonesia]] (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah [[Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa]] (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
 
Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi.<ref name="Suara Siswa">South Australia. Education Dept, Northern Territory. Dept. of Education, "Suara Siswa", Curriculum Corporation, 1993, 1863661344, 9781863661348.</ref> Ada pengaruh [[Budaya Tionghoa|budaya Tionghoa]], agama [[Agama Hindu|Hindu]], [[Agama Buddha|Buddha]], dan [[Islam]] dalam pencak silat.<ref name="Suara Siswa" /> Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah [[Jawa Barat]] terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran [[Merpati Putih]] dan di Jawa Timur ada aliran [[Persaudaraan Setia Hati Terate|PSHT]], [[Perisai Diri]].<ref name="Suara Siswa" />
 
Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam [[Pekan Olahraga Nasional]] (PON). Pencak silat juga dipertandingkan dalam ajang [[Pesta Olahraga Asia Tenggara]] (SEA Games) sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.<ref name="Suara Siswa" />
Baris 55:
[[Berkas:Tari Perang Nias.jpg|lurus|jmpl|Bela diri yang berkembang di Nusantara didasarkan pada upaya pertahanan suku menghadapi musuh, seperti tari perang [[Nias]].]]
 
[[Sejarah Nusantara#Periode protosejarah|Nenek moyang bangsa Indonesia]] telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam.<ref name="Penjasorkes">Moh.Gilang, dkk, "Penjasorkes SMA kls 12", Ganeca Exact, 9795712578, 9789795712572.</ref> Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitar, seperti gerakan [[kera]], harimau, ular, atau burung elang.<ref name="Penjasorkes" /> Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku [[Nias]] yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.<ref>{{Cite web|first=Ilmu Setia Hati|date=02 Februari 2021|title=Sejarah Pecahnya Setia Hati|url=https://ilmusetiahati.com/sejarah-pecahnya-setia-hati-pt1/|website=Ilmu Setia Hati|access-date=15 Juni 2021}}</ref>
 
Silat diperkirakan menyebar di Kepulauan Nusantara semenjak [[abad ke-7]] masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan.<ref name="Penjasorkes" /> Peneliti silat [[Donn F. Draeger|Donald F. Draeger]] berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Buddha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi [[Candi Prambanan|Prambanan]] dan [[Borobudur]].<ref name="Draeger1992"/> Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia.<ref name="Draeger1992"/> Sementara itu Sheikh Shamsuddin{{sfn|Shamsuddin|2005|pp=7}} berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari [[Tiongkok]] dan [[India]] dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Tiongkok, dan mancanegara lainnya.