Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan
RianHS (bicara | kontrib)
k Suntingan Danu Widjajanto (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh RaFaDa20631
Tag: Pengembalian Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 128:
 
=== Luar angkasa ===
{{multiple image
[[Berkas:ISS Aug2005.jpg|thumb|right|200px|Keberangkatan antariksawan Malaysia [[Sheikh Muszaphar Shukor]] ke [[Stasiun Luar Angkasa Internasional]] memicu diskusi mengenai pelaksanaan ibadah Islam dari luar angkasa, termasuk penentuan arah kiblat saat salat.]]
| total_width = 400
<!-- Disembunyikan sebagai komentar: | image1 = Muszaphar salat.jpg -->
| image2 = ISS Aug2005.jpg
[[Berkas:ISS Aug2005.jpg|thumb|right|200px |Keberangkatan antariksawanfooter = Antariksawan Malaysia [[Sheikh Muszaphar Shukor]] kesedang [[salat]] (''kiri'') saat berada di [[Stasiun Luar Angkasa Internasional]] (''kanan'', foto tahun 2005) pada Oktober 2007. Keberangkatannya ke luar angkasa memicu diskusi mengenai pelaksanaan ibadah Islam dari luar angkasa, termasuk penentuan arah kiblat saat salat.]]}}
Penentuan kiblat dari luar angkasa pertama kali mengemuka menjelang misi [[Sheikh Muszaphar Shukor]], seorang dokter bedah Malaysia yang beragama Islam, ke [[Stasiun Luar Angkasa Internasional]] (ISS) pada Oktober 2007.{{sfn|Lewis|2013|p=114}} ISS adalah fasilitas penelitian luar angkasa yang mengorbit di atas permukaan bumi dengan kecepatan tinggi, sehingga arah Ka'bah berubah dari detik ke detik.{{sfn|Di Justo|2007}} Sebelum berangkat Sheikh Muszaphar meminta panduan dari ulama Malaysia mengenai cara menentukan arah kiblat dan aspek-aspek ibadah Islam lainnya seperti penentuan waktu salat dan puasa. Mengenai arah kiblat, Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia berpendapat bahwa penentuan arah kiblat haruslah berdasarkan "apa yang memungkinkan" bagi seorang antariksawan, dan menyebutkan urutan prioritas sebagai berikut: 1) Ka'bah 2) "proyeksi Ka'bah" ke luar angkasa 3) Bumi 4) "ke mana saja" (''wherever'').{{sfn|Di Justo|2007}} Fatwa ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan para penulisnya bermaksud agar panduan ini dapat digunakan antariksawan-antariksawan Muslim selanjutnya.{{sfn|Lewis|2013|p=114}} Senada dengan fatwa ulama Malaysia, cendekiawan-cendekiawan Muslim lainnya menekankan perlunya fleksibilitas dan menyesuaikan arah kiblat dengan apa yang mampu dilakukan seorang antariksawan. Khaleel Mohammed, pakar agama dari [[Universitas Negeri San Diego]] menyebut "Tuhan tidak membebani seseorang di luar kesanggupannya", dan Abdali menekankan bahwa khusyuk atau sungguh-sungguh dalam salat lebih penting daripada menepatkan arah dari luar angkasa, dan "salat bukanlah olahraga akrobat".{{sfn|Di Justo|2007}} Sebelum Sheikh Muszaphar, telah ada paling tidak delapan orang Muslim yang berangkat ke luar angkasa, tetapi mereka tidak membicarakan isu-isu terkait menjalankan ibadah di luar angkasa secara terbuka.{{sfn|Lewis|2013|p=109}}