Penaklukan Surabaya oleh Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnsyahF (bicara | kontrib)
k Plainlist pada infobox
Angayubagia (bicara | kontrib)
Baris 49:
Pada tahun 1620, target utama Mataram bergeser ke arah kota Surabaya itu sendiri. Selama tahun 1620-1625, pasukan Mataram secara berkala mengepung Surabaya.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} Pengepungan itu sulit karena bagian dari Surabaya (termasuk istana kadipaten) yang terletak di antara cabang-cabang [[Sungai Brantas]],{{Sfn|Pigeaud|1976|p=39}} dan dalam banyak bagian-bagiannya dikelilingi oleh rawa, yang membentuk benteng alami dan menjadi risiko kesehatan bagi para pengepung.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Selain itu, kota itu bertembok dan diperkuat dengan meriam.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Posisi Surabaya sebagai kota pelabuhan membuat Mataram perlu untuk memblokade Surabaya melalui laut dan darat.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Keterbatasan logistik dan musim hujan tahunan menyebabkan Mataram tidak dapat mempertahankan pengepungan terus menerus.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Sebaliknya, Mataram mengikuti pola menyerang saat musim kemarau, menghancurkan tanaman dan menjarah hasil panen dari daerah Surabaya dan sekitarnya.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}}
 
Mataram mengirim lima ekspedisi untuk menyerang Surabaya.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} pertama, padaPada tahun 16201960, upaya pertama melibatkan 70.000 pasukan Mataram melawan 30.000 pasukan Surabaya,{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} tetapi pengepungan gagal karena tidak cukup persediaan untuk pasukan Mataram.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} Upaya kedua pada tahun 1622, juga gagal karena kurangnya persediaan makanan.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} Upaya ketiga pada tahun 1623, juga gagal menaklukkan Surabaya.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=62}} Mataram mengepung Surabaya lagi pada tahun 1624, menduduki dan menjarah wilayah pemukiman di sekitarnya serta memaksa warga untuk mengungsi ke dalam kota.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=62}} Pada saat yang sama, Mataram juga mengirimkan ekspedisi terhadap sekutu Surabaya yang tersisa, terutama Sukadana di Kalimantan, yang jatuh pada tahun 1622, dan Madura, yang jatuh pada tahun 1624.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} kedua sekutu di luar pulau ini telah memasok Surabaya, dan kekalahan mereka sangat berdampak bagi kota ini.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}
 
Pengepungan kelima dan terakhir berlangsung pada tahun 1625, di mana pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Mangun Oneng, dibantu oleh Tumenggung Yuda Prasena dan Tumenggung Ketawangan.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=64}} Mataram membendung sungai [[Sungai Brantas|Brantas]], membatasi pasokan air ke kota,{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} dan meracuni sisa pasokan air menggunakan bangkai binatang.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Pengepungan di darat, dan penaklukan sekutu luar pulau Surabaya, menyebabkan kekurangan makanan dan perlengkapan lain di kota ini.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Tercatat, hanya rute laut ke [[Kota Makassar|Makassar]] yang terbuka.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Mengingat efek dari pengepungan dan kelaparan di kota, Jayalengkara, Adipati Surabaya, memanggil dewan bangsawan kota.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Salah satu faksi, terutama termasuk Adipati Pajang yang diasingkan, mendorong untuk melanjutkan perlawanan, tapi bangsawan lain meyakinkan Jayalengkara untuk menyerah.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}}