Sosiologi lingkungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Lingkungan02 01.jpg|jmpl|267x267px|Pertumbuhan dan perjalanan hidup manusia banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan hidup di sekitarnya ({{harvnb|Hidayat|2008|p=12}}).|al=]]
'''Sosiologi lingkungan''' didefinisikan sebagai cabang [[sosiologi]] yang memusatkan kajiannya padakepada keterkaitan antara [[perilaku sosial]] [[manusia]] dengan [[lingkungan]]. Definisi ini sebenarnya memunculkan masalah tersendiri karena budaya manusia dalam suatu lingkungan tidak dapat dibahas secara menyeluruh. Meskipun fokus kajian ini adalah hubungan antara masyarakat dan lingkungan secara umum, sosiologi lingkungan biasanya menempatkan penekanan khusus ketika mempelajari faktor sosial yang mengakibatkan masalah lingkungan, dampak masyarakat terhadap masalah-masalah tersebut, dan usaha untuk menyelesaikan masalah tersebut.
 
== Perspektif sosiologis ==
Ketika dilahirkan, manusia telah menjadi bagian dari lingkungan hidup sekaligus lingkungan sosial.''{{sfnp|Sujarwa|2005|p=93|ps=: "Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu saling membutuhkan, hidup bermasyarakat, saling tolong-menolong, serta saling menghargai (...)"}}'' Pada fase tertentu, pertumbuhan dan perjalanan hidup manusia banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan hidup di sekitarnya.''{{sfnp|Hidayat|2008|p=12|ps=: "Dari pandangan ini, ada hubungan antara kondisi lingkungan, wacana, dan aktivitas manusia di satu pihak, dan perubahan ekonomi, sosial, dan politik di lain pihak (...)"}}'' DiPerspektif sinilahsosiologis perspektifdi sosiologissinilah diperlukan dalam kajian mengenai lingkungan.''{{sfnp|Umanailo|2016|p=198|ps=: "Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku masyarakat dan tindakan manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada kualitas lingkungan dimana ia tinggal. Berkaitan dengan masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari lingkungan, perspektif sosiologis tidak dapat dipungkiri menjadi sangat penting dalam kajian tentang lingkungan (...)"}}'' Hal ini disebabkan karena fenomena lingkungan telah menjadi suatu kajian interdisipliner{{efn|Menurut Adiwibowo, sosiologi lingkungan merupakan kajian komunitas dalam arti luas. Manusia, binatang, lahan, dan tanaman yang tumbuh di atasnya, air, udara – semuanya memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat. Mereka bersama-sama membentuk semacam solidaritas, yang kemudian disebut dengan ekologi. Seperti dalam banyak komunitas, mereka juga mengalami konflik di tengah-tengah hubungan tersebut. Sosiolog lingkungan mengkaji komunitas terluas tersebut dengan maksud untuk memahami asal-usul dan solusi yang diusulkan dari seluruh konflik sosial dan biofisik yang sangat nyata ({{harvnb|Adiwibowo|2007|pp=vii}}).}} yang bersinggungan dengan kondisi [[geografi]], [[biologi]], [[teknologi]], [[politik]], [[ekonomi]], [[sosial]], dan [[budaya]] suatu masyarakat.{{sfnp|Situmorang|2013|p=1|ps=: "Tidak hanya gerakan sosial, studi lintas bidang ilmu sosial lainnya, seperti lingkungan hidup, sosial, politik, dan psikologi juga mengalami perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya secara kuantitas publikasi dan penelitian tentang gerakan sosial, baik studi kasus maupun pendalaman teori. Studi ini, dalam perkembangannya, tidak hanya menjadi monopoli bidang ilmu sosiologi, tetapi telah berkembang menjadi bagian integral dari bidang ilmu lainnya (...)"}}{{sfnp|Susilo|2014|p=3|ps=: "Pernyataan tersebut muncul sebab pemahaman kita terbatas pada pengertian sosiologi secara konvensional, yakni sebagai ilmu yang murni membicarakan hubungan antarmanusia tanpa memasukkan variabel lingkungan. Uniknya, batasan-batasan itu sering dibuat oleh ilmuwan sosial yang belum memahami posisi sosiologi lingkungan dalam cakupan interdisipliner ilmu sosiologi lainnya secara keseluruhan (...)"}}{{sfnp|Adiwibowo|2007|p=vii|ps=: "Masalah lingkungan tidak hanya berupa masalah teknologi dan industri, ekologi dan biologi, pengendalian polusi dan pencegahan polusi (...)"}}
 
Menurut Anggreta (pengkaji lingkungan dari [[Sumatra Barat]]), pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji persoalan lingkungan dalam sosiologi, yaitu [[ekologi politik baru]] yang berupaya membongkar relasi kuasa dalam hubungan antar manusia sebagai pola pengguna padakepada konteks suatu lingkungan yang dipolitisasi, [[Marxisme ekologis]] yang menyatakan kerusakan lingkungan merupakan dampak perkembangan [[kapitalisme]], [[feminisme lingkungan]] yang berupaya membongkar ide-ide dominan maskulin mengenai klasifikasi pengalaman – seraya berupaya menghapus ketimpangan yang diproduksi oleh ide-ide tersebut, serta Ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang banyak memakai kerangka hubungan antara klaim pengetahuan dengan kekuasaan.{{sfnp|Anggreta|2015|p=147|ps=: "Mengkaji persoalan lingkungan (ekologi) dalam sosiologi dapat digunakan beberapa pendekatan, yaitu (...)"}}
 
== Perkembangan kajian ==
=== Kajian Dunlap, Catton, dan Schnaiberg ===
Perhatian sosiologi mengenai berbagai masalah lingkungan sebenarnya telah muncul sebelum istilah "sosiologi lingkungan" dicanangkan.''{{sfnp|Santosa|2001|p=10|ps=: "Kajian sosiologi dalam masalah lingkungan muncul sebelum apa yang dikenal dengan nama "sosiologi lingkungan" dicetuskan oleh Dunlap dan Catton (...)"}}'' Tokoh yang pertama kali menyinggung mengenai masalah tersebut adalah [[Riley Dunlap]] dan [[William Catton]] pada tahun [[1978]]. Sebagai salah seorang pengkaji sosiologi pembangunan lingkungan dari [[Kota Magelang|Magelang]], Susilo mengemukakan bahwa Dunlap dan Catton menulis berbagai artikel yang mengkaji masalah lingkungan sejak tahun 1978 dengan melakukan tinjauan berbagai literatur [[ilmu sosial]]. Artikel pertama mereka yang menguraikan permasalahan itu berjudul ''The Significance of Environment as a Social Factor''.''{{sfnp|Susilo|2014|p=5–6|ps=: "Pada tahun tersebut, mereka menuliskan dua artikel, disusul oleh sebuah artikel lagi setahun setelahnya yang menandai upaya mendirikan suatu cabang sosiologi yang mengkaji masalah lingkungan dan kemudian mereka beri nama ''environment sociology'' (...)"}}''
 
[[Frederick Howard Buttel]] yang dikenal karena kontribusinya terhadap sosiologi lingkungan turut menambahkan bahwa kemunculan kajian Dunlap dan Catton merupakan sumbangan inti padakepada teori sosiologi lingkungan. Dalam pandangannya, ringkasan sederhana dari sistem teoretis mereka telah membantu mengilustrasikan inti dari sosiologi lingkungan itu sendiri.''{{sfnp|Buttel, dkk|2000|p=19|ps=: "''Put most succinctly, Catton and Dunlap and several other pioneers of 1970s and early 1980s environmental sociology'' (...)"}}'' Kajian sosiologi lingkungan Dunlap dan Catton dibangun dari beberapa konsep yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:''{{sfnp|Susilo|2014|p=6–7|ps=: "Ringkasan sederhana dari sistem teoretis mereka dibangun atas berbagai konsep yang saling terkait, antara lain (...)"}}''
 
[[Berkas:Takeshita_street_view.jpg|al=|jmpl|267x267px|Salah satu konsep yang mendasari kajian sosiologi lingkungan Dunlap dan Catton adalah masyarakat modern yang tidak berkelanjutan, yang diperparah oleh pertumbuhan penduduk secara pesat ({{harvnb|Susilo|2014|p=6}}).]]
# Persoalan-persoalan lingkungan dan ketidakmampuan sosiologi konvensional untuk membicarakan persoalan-persoalan tersebut merupakan cabang dari pandangan dunia yang gagal menjawab dasar-dasar biofisik struktur sosial dan kehidupan sosial.
# Masyarakat modern yang tidak berkelanjutan karena mereka hidup padadalam [[sumber daya]] yang sangat terbatas dan penggunaan di atas pelayanan [[ekosistem]] jauh lebih cepat apabila dibandingkan dengan kemampuan ekosistem memperbarui dirinya.{{efn|Apabila dicermati, dalam hal ini ada hal-hal yang seolah-olah mengabaikan faktor-faktor kemanusiaan, padahal ukuran tindakan manusia sebagai bagian dari masyarakat secara keseluruhan bukan pada seberapa besar suatu tindakan itu menguntungkan dirinya sendiri. Dengan kata lain, tindakan manusia harus dilihat dari seberapa jauh hal tersebut menguntungkan serta menyempurnakan kemanusiaan masyarakat lain di sekitarnya ({{harvnb|Sujarwa|2005|pp=15}}).}} Dalam tingkatan global, proses ini diperparah dengan [[pertumbuhan penduduk]] yang pesat.<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/13711340/ledakan-penduduk-dunia-dan-efek-domino-yang-mengancam-kehidupan?page=all|title=Ledakan Penduduk Dunia dan Efek Domino yang Mengancam Kehidupan|last=Adinaya|first=Gregorius Bhisma|date=30 Mei 2018|website=National Geographic Indonesia|access-date=3 November 2019}}</ref>
# Masyarakat menuju tingkatan lebih besar atau kurang lebih berhadapan dengan kondisi yang rentan [[ekologi]].
# Ilmu lingkungan modern telah mendokumentasian kepelikan persoalan lingkungan tersebut dan menimbulkan kebutuhan{{efn|Kebutuhan manusia timbul secara berulang-ulang, yang memungkinkan timbulnya ingatan-ingatan manusia tentang aksi-aksi yang pernah dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ingatan seperti itu menumbuhkan keinginan pemuasan kebutuhan serupa untuk waktu-waktu yang akan datang ({{harvnb|Sujarwa|2005|pp=25}}).}} akan penyesuaian besar-besaran jika krisis lingkungan ingin dihindari.
# Pengenalan dimensi-dimensi [[krisis lingkungan]] yang menyumbang padakepada "pergeseran paradigma" dalam masyarakat secara umum, seperti yang terjadi dalam sosiologi (penolakan pandangan dunia Barat dominan dan penerimaan sebuah paradigma ekologi baru).
# Perbaikan dan reformasi lingkungan akan dilahirkan melalui perluasan paradigma ekologi baru di antara publik, massa, dan akan dipercepat oleh pergeseran paradigma, yang dapat dibandingkan antara ilmuwan sosial dan ilmuwan alam.''{{sfnp|Susilo|2014|p=6–7|ps=: "Ringkasan sederhana dari sistem teoretis mereka dibangun atas berbagai konsep yang saling terkait, antara lain (...)"}}''
 
Selain Dunlap dan Catton, tokoh lain yang juga mengkaji masalah lingkungan pada masa awal adalah [[Allan Schnaiberg]]. Kajian sosiologi lingkungan yang dikemukakan oleh Schnaiberg memberikan perhatian padakepada lima konsep kunci, yaitu:''{{sfnp|Susilo|2014|p=7–8|ps=: "Sementara itu, sosiologi lingkungan Schnaiberg memberikan perhatian pada lima konsep kunci berikut (...)"}}''
 
# [[Eksploitasi]] lingkungan yang terus-menerus, produksi yang menyebabkan [[degradasi lingkungan]], dan berbagai "tambahannya".{{efn|Berbagai "tambahannya" di sini menurut Engineer adalah ekspolitasi dunia ketiga yang dilakukan oleh masyarakat Barat sebagai bagian dari masyarakat kapitalis. Mereka melanggengkan kejahatan berupa ekspolitasi alam dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan kepentingan generasi berikutnya, yang akan kehilangan sumber-sumber kekayaan yang tidak dapat diciptakan lagi, karena telah dihabiskan oleh generasi sebelumnya secara besar-besaran ({{harvnb|Engineer|2009|pp=99}}).}} Pekerjaan produksi diselenggarakan oleh kapitalisme dan negara modern yang mempertunjukkan logika mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan akumulasi modal pribadi. Alam memproduksi dirinya karena proses ini mengasumsikan karakter "pekerjaan".
# Kecenderungan pertumbuhan karena sifat kompetitif kapitalisme, seperti korporasi dan pengusaha harus memperluas usahanya. Namun, di situ juga berlaku sebuah logika pertumbuhan komplementer dalam lingkup negara. Agen dan pejabat negara lebih memilih pertumbuhan daripada stagnasi pembangunan agar menjamin pendapatan pajak dan mempertinggi kemungkinan terpilih kembali atau keberlangsungan kekuasaan.''{{sfnp|Schnaiberg|1980|p=76|ps=: "''This is the same problem we encountered in evaluating national population growth effects. Quite different evaluations emerge if we assess the effects of particular density patterns in a society or region, depending on where we drew the boundaries of the environment'' (...)"}}''
# Tingginya akumulasi milik pribadi yang disebabkan karena negara berusaha membelanjakan tujuan padakepada subsidi atau mensosialisasikan pengeluaran produksi pribadi dan akumulasi melalui subsidi publik padakepada penelitian dan pengembangan infrastruktur transportasi, militer, dan insentif pajak.
# Akumulasi yang dikembangkan cenderung padakepada intensifikasi modal, kemudian mengarahkannya kepada otomatisasi, pengangguran, dan secara potensial menuntut untuk penciptaan pekerjaan atau ''wellfare state'' (program negara kesejahteraan) untuk mereka yang tertinggal atau terpinggirkan oleh proses akumulasi modal. Kecenderungan ini mengakibatkan krisis legitimasi yang berturut-turut mendikte bahwa lebih banyak subsidi terhadap akumulasi modal swasta secara progresif dilakukan agar tersedianya pekerjaan dan pajak negara yang cukup untuk membayar ongkos sosialnya.''{{sfnp|Schnaiberg|1980|p=219|ps=: "''But they lacked the intellectual, political, and scientific power of the environmental analysis and movement to buttress their positions'' (...)"}}''
# Pertumbuhan modal yang intensif menciptakan dislokasi dan tuntutan politik. Tuntutan tersebut menggerakkan pengeluaran negara dan pertumbuhan modal. Hal tersebut merupakan esensi sifat pekerjaan kapitalisme industrial modern. Secara lebih luas, Schnaiberg menyatakan bahwa kegiatan produksi berhubungan langsung dengan [[krisis ekologi]] sejak proses akumulasi ini mensyaratkan penurunan sumber daya dan menghasilkan [[Pencemaran|polusi]].''{{sfnp|Susilo|2014|p=7–8|ps=: "Sementara itu, sosiologi lingkungan Schnaiberg memberikan perhatian pada lima konsep kunci berikut (...)"}}''
 
Kesamaan kerangka kajian sosiologi lingkungan yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton serta Schnaiberg, yaitu kedua konsep meliputi perspektif ontologis-realis yang dinamis dan manusia secara tidak langsung berperan sebagai aktor yang memainkan peranan sentral; konsep yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton maupun Schnaiberg memiliki konsepsi yang relatif tunggal mengenai lingkungan (misalnya lingkungan dapat dicirikan dalam cara yang terkumpul seperti sebuah tingkatan yang lebih banyak atau lebih sedikit dari kelangkaan, degradasi, keterbatasan, penipisan, dan sebagainya); kedua konsep merupakan varian konsep kesatuan kelangkaan lingkungan – konsep ini menyatakan bahwa dinamika lingkungan pada akhirnya berhubungan dengan kesatuan keseluruhan, karena upaya ekonomi dan masyarakat yang ekspansionis untuk menanggapi persoalan lingkungan; serta kedua konsep menggunakan gaya analisis yang sesuai dengan pemahaman sub-struktur material pada masyarakat di atas kepercayaan dan perilaku.''{{sfnp|Susilo|2014|p=9|ps=: "Patut dicatat bahwa sementara ada beberapa perbedaan utama antara kerangka penjelas Dunlap dan Catton dan Schnaiberg, khususnya penekanan sebab pada kultur/pandangan dunia dan pada politik ekonomi/kelas, mereka masing-masing memiliki beberapa kesamaan kondisi umum (...)"}}''
 
=== HEP dan NEP ===
Baris 36:
Dunlap dan Catton mengubah pandangan tersebut dengan "mengakui" bahwa lingkungan fisik memengaruhi kehidupan manusia. Dengan kata lain, ada beberapa keterbatasan manusia ketika berhadapan dengan lingkungan biofisik. Sosiologi lingkungan menerima lingkungan fisik sebagai sesuatu yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan sosial.''{{sfnp|Keraf|2010|p=64|ps=: "(...) Krisis dan bencana lingkungan hidup global juga menimbulkan masalah atau bencana sosial yang luas dan semakin kompleks dari tahun ke tahun. Masalah sosial ini terjadi baik sebagai akibat langsung maupun akibat lanjutan dari berbagai krisis lingkungan hidup global (...)"}}'' Paradigma baru ini oleh mereka disebut sebagai NEP (''New Environmental Paradigm''). Namun, paradigma tersebut kemudian diubah menjadi ''New Ecological Paradigm'' untuk menegaskan dasar ekologis suatu masyarakat.''{{sfnp|Dunlap, dkk|2002|p=vii|ps=: "''Then they sketched out an alternative "new ecological paradigm" that they thought would facilitate sociological recognition of the significance of these problems. Catton and Dunlap's analysis of the paradigmatic implications of environmental'' (...)"}}''
 
Sejak saat itulah, hampir seluruh pendukung sosiologi lingkungan menyandarkan diri padakepada paradigma tersebut. Perbedaan yang kaku di antara kedua paradigma tersebut dijelaskan sebagai berikut:''{{sfnp|Susilo|2014|p=64|ps=: "Perbedaan di antara kedua paradigma itu dijelaskan dalam karya mereka pada tahun 1980, yang dijelaskan sebagai berikut (...)"}}''
 
{| class="wikitable" style="font-size: 80%;"
|-
!Pandangan Tentangtentang Manusia dan Lingkungan
!HEP
!NEP
Baris 65:
Sembilan tahun setelah pendirian sosiologi lingkungan, Buttel mencoba menelusuri arah di luar NEP yang dikembangkan oleh para sosiolog lingkungan. Buttel menyatakan bahwa sosiologi lingkungan dapat dikembangkan melalui sosiologi perdesaan, bahkan dia menegaskan bahwa silsilah sosiologi lingkungan, baik beberapa maupun keseluruhan, merupakan keahlian khusus dalam sosiologi perdesaan.''{{sfnp|Buttel, dkk|2000|p=4–6|ps=: "''The HEP-NEP debate had a high mobilizing potential for environmental social sciences and scientists, and it did contribute significantly to the establishment of a new field of study within the social sciences'' (...)"}}'' Sekalipun Buttel membatasi sosiologi lingkungan hanya berdasarkan materi dasar dari struktur sosial dan kehidupan sosial, dia sendiri tidak dapat memungkiri bahwa rata-rata sosiolog lingkungan banyak berasal dari sosiolog perdesaan, yaitu D. Morrison, D. Field, R. Burdge, S. Albrecht, W. Andrews, W. Burch, W. Catton, A. Schnaiberg, R. Gale, dan W. Firey.''{{sfnp|Susilo|2014|p=12|ps=: "Buttel tidak dapat membantah bahwa rata-rata sosiolog lingkungan mayoritas berasal dari sosiolog perdesaan (...)"}}''
 
Buttel juga menengarai bahwa kajian-kajian sosiologi lingkungan merupakan pengembangan dari ''natural resources sociology'' (sosiologi sumber daya alam), yang mengkaji manajemen tanah serta perencanaan penggunaan tanah. Kajian tersebut menjadi permulaan disiplin ini pada tahun [[1970]]. Demikian pula studi komunitas yang berkembang pada tahun [[1950]] dan [[1960]] telah memfokuskan padakepada ''resources dependent communities'' (komunitas yang bergantung padakepada sumber daya).''{{sfnp|Buttel, dkk|2000|p=4–6|ps=: "''The HEP-NEP debate had a high mobilizing potential for environmental social sciences and scientists, and it did contribute significantly to the establishment of a new field of study within the social sciences'' (...)"}}''
 
Menurut Buttel, lima wilayah utama sosiologi lingkungan menyebabkan munculnya beragam pendekatan pada sosiologi lingkungan, yaitu sosiologi lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Dunlap dan Catton, sosiologi lingkungan kebudayaan, sosiologi lingkungan yang tumbuh dalam ilmu pengetahuan lingkungan dan hubungan produksi pengetahuan lingkungan dengan politik dan gerakan lingkungan, gerakan lingkungan yang diilhami oleh pemanasan global dan perubahan lingkungan – dalam konteks ini, penyebab beralihnya sosiolog untuk memberikan perhatian padakepada substratum ekologis-material dari struktur sosial dan kehidupan sosial, serta perluasan kajian kebudayaan padakepada sosiologi yang mengutamakan diskursus seperti modernitas, postmodernitas, masyarakat berisiko, dan modernitas ekologis.''{{sfnp|Susilo|2014|p=13–14|ps=: "Kembali ke Buttel, lima wilayah utama sosiologi lingkungan menurutnya menyebabkan kemunculan berbagai pendekatan pada sosiologi lingkungan (...)"}}''
 
Kajian mengenai sosiologi lingkungan lantas diperluas ketika para sosiolog mencurahkan perhatian padakepada kemunculan gerakan lingkungan saat memperingati [[Hari Bumi]] pada [[musim semi]] tahun 1970 di [[Amerika Serikat]]. Dalam konteks ini, berkembang tema-tema penelitian mengenai sosiologi sumber daya, lingkungan, dan perilaku sosial. Semua tema tersebut ditekuni dari penelitian tentang gerakan sosial, perilaku kolektif, perspektif opini publik padakepada pahampemahaman lingkungan modern, dan manajemen sumber daya.''{{sfnp|Susilo|2014|p=12–13|ps=: "Kajian sosiologi lingkungan diperluas, terutama ketika para sosiolog mencurahkan perhatian pada kemunculan gerakan lingkungan saat memperingati Hari Bumi di Amerika (...)"}}''
 
Sebagai tanda perkembangan berikutnya, sosiologi lingkungan tetap mencakup banyak wilayah penelitian.''{{sfnp|Keraf|2010|p=64–65|ps=: "(...) Masalah-masalah tersebut mempunyai dimensi yang sangat luas, baik di bidang sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Beberapa di antaranya tidak dapat disebutkan di sini"}}'' Pada tahun [[1995]], [[David Tindall]]<ref>{{Cite web|url=https://sociology.ubc.ca/profile/david-tindall/|title=David Tindall|last=The University of British Columbia|first=|date=tanpa tanggal|website=The University of British Columbia|access-date=3 November 2019}}</ref> membuat pengelompokkan sosiologi lingkungan lebih rumit dibandingkan klasifikasi yang dicetuskan oleh Buttel. Menurut Tindall, ada delapan subdominan sosiologi lingkungan, yaitu penilaian dampak sosial, penelitian desain lingkungan, pendekatan ekonomi politik, pendekatan organisasional, ekologi manusia baru, psikologi sosial masalah lingkungan, konstruksi sosial masalah lingkungan, serta teori tindakan kolektif dan gerakan sosial.''{{sfnp|Susilo|2014|p=14–15|ps=: "Di saat yang sama, dengan keluarnya anjuran Hannigan, David Tindall membuat klasifikasi yang lebih rumit jika dibandingkan dengan milik Buttel (...)"}}''
 
== Lihat pula ==