Suku Melayu: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
}}
'''Melayu''' dalam pengertian mutakhir merujuk kepada penutur [[bahasa Melayu]] dan mengamalkan adat resam orang Melayu, dalam hal ini sudah terjadi akulturasi dengan bangsa asing lainnya yang datang dari luar Kepulauan Melayu. Bangsa Melayu merupakan bangsa termuda di antara bangsa-bangsa lain di [[bumi|dunia]].{{fact}} Istilah Melayu atau Malayu berasal dari [[Kerajaan Malayu Dharmasraya|Kerajaan Malayu]], sebuah kerajaan kuno di pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di Selat Malaka yang menggunakan sejenis bahasa yang sama yang dinamakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai Proto Melayu (Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu.
 
Muhar Omtatok, seorang budayawan yang bermukim di Kota Medan, dalam tulisannya mengatakan demikian tentang Suku Melayu:
Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku “Orang Kampong”- Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam, Bahasa dan Adat Resam Melayu.
 
Orang Melayu memegang filsafat: “Berturai, Bergagan, Bersyahadat”.
Selanutnya Muhar Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh.
 
“Usul menunjukkan asal,
 
Bahasa menunjukkan bangsa.
 
Taat pada petuah,
 
Setia pada sumpah,
 
Mati pada janji,
 
Melarat karena budi.
 
Hidup dalam pekerti,
 
Mati dalam budi”.
 
“Tak cukup telapak tangan, nyiru kami tadahkan”.
 
“Apabila meraut selodang buluh
Siapkan lidi buang miangnya
Apabila menjemput orang jauh
Siapkan nasi dengan hidangnya”.
 
“Sekali air bah, sekali tepian berubah”.
 
Bergagan bermakna keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian.
 
“Kalau sudah dimabuk pinang,
Daripada ke mulut biarlah ke hati
Kalau sudah maju ke gelanggang
Berpantang surut biarlah mati”.
 
Bermula dari hulu, haruslah berujung pula ke hilir”.
 
“Apa tanda si anak melayu
matinya ditengah gelanggang
tidurnya di puncak gelombang
makannya di tebing panjang
langkahnya menghentam bumi
lenggangnya menghempas semak
tangisnya terbang kelangit
esaknya ditelan bumi
yang tak kenalkan airmata
yang tak kenalkan tunduk kulai”.
 
Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan. Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu pengetahuan yang lain. Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap Laailaha Illallah Muhammadarosulullah
 
Makanya jika seorang anak berkelakuan menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam anak siarahan, Macam anak tak disyahadatkan”.
 
“Bergantung kepada satu, berpegang kepada yang Esa”.
 
“untuk apa meramu samak
kalau tidak dgn pangkalnya
untuk apa berilmu banyak
kalau tidak dengan amalnya”.
 
“Budak jambi sdg menampi
Alahai budak tinggal sanggulnya
Banyak jampi perkara jampi
Allah jua letak kabulnya”.
 
Jadi Melayu adalah: “Beragama Islam, beradat resam Melayu dan Berbahasa Melayu”.
Karena ikatan Islam itulah, Orang melayu yang masih berpegang pada konsep tradisi namun akan takut jika tidak disebut Islam.
 
<!--Dinamakan Melayu atau Malay adalah berasal dari para pedagang Muslim yang juga para Muballigh yang sebagian besarnya berasal dari pesisir India barat bagian utara ([[Gujarat]]) hingga bagian selatan ([[Malabar]]) selama abad 13-15 M.{{fact}} Dimana orang orang Malabar mempunyai [[Bahasa Malayalam]]. Bahasa Malayalam hingga sekarang masih dipakai orang Malabar dan sekitarnya yang berada di Negara Bagian [[Kerala]], India Selatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan begitu banyaknya kosa-kata dalam bahasa Melayu termasuk Indonesia yang berasal dari India dan Arab yang merupakan bahasa induk dari bahasa orang Muslim Malabar yaitu Malayalam.{{fact}}