Agama di Jepang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alfonse Daviz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alfonse Daviz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
Survei dari [[NHK]] pada tahun 2018 tentang keagamaan orang Jepang menunjukkan bahwa 62% orang Jepang [[tidak beragama]], 31% [[Budha]], 3% [[Shinto]], 1% [[Kekristenan|Kristen]], 1% Lainnya, dan sisanya tidak menjawab.<ref>{{cite web|title=ISSP|year=2018|publisher=[[NHK]]|url=https://www.nhk.or.jp/bunken/research/yoron/pdf/20190401_7.pdf}}</ref>
 
Sedangkan Badan Urusan Kebudayaan Jepang dalam surveinya pada tahun 2018 yang tidak memasukkan ''tidak beragama'' sebagai salah satu kategori surveinya, mengklaim bahwa di Jepang terdapat 69% pengikut Shinto, 66,7% pengikut Budha, 1,5% pengikut Kristen, 6.,2% pengikut agama lain. Ini menjadikan total penganut agama di Jepang melebihi total populasi penduduk Jepang itu sendiri. Hal ini beberapanya dikarenakan:
* Statistik disusun berdasarkan angket yang diisi secara sukarela oleh organisasi keagamaan yang dengan sengaja mengisi jumlah penganut yang dimiliki masing-masing organisasi secara berlebih-lebihan.
* Banyak orang Jepang yang meskipun [[Agnostisisme|agnostik]] namun tetap menjalankan praktek ritual dan perayaan dari lebih dari satu agama sepanjang tahunnya sebagai bentuk [[tradisi]] dan apa yang mereka anggap sebagai kegiatan mengasyikkan. Orang Jepang merayakan [[Shichi-Go-San]], [[Hatsumōde]], dan [[Matsuri]] di [[kuil Shinto]]. Namun pada tanggal 25 Desember tiap tahunnya orang-orang yang sama juga merayakan [[Natal|Natal,]] dan ketika menikah, sebagian di antaranya menikah dalam upacara [[pernikahan]] Kristen. Mereka juga merayakan [[Obon]] sebagai penghormatan bagi arwah leluhur yang merupakan berasal dari tradisi Budha-[[Agama Konghucu|Konghucu]], dan ketika meninggal dunia mereka dimakamkan dengan [[upacara pemakaman di Jepang|upacara pemakaman]] agama [[Buddha|Budha]].