Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan VisualEditor
HaEr48 (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat skrip halaman dengan galat kutipan
Baris 173:
 
Setelah masa pemerintahan Ahmad al-Mansur yang cukup panjang (1578–1603), terjadi perang takhta antara putra-putranya maupun anggota dinasti yang lain. Fes sering dijadikan ibukota tandingan oleh salah satu pihak yang ingin menantang anggota dinasti lain yang berkuasa di Marrakesh. Baik Fes maupun Marrakesh sering berpindah tangan hingga berakhirnya perang saudara pada tahun 1627.<ref name=":05222"/><ref>{{Cite book|last=Bosworth|first=Clifford Edmund|url=https://books.google.com/books?id=mKpz_2CkoWEC&q=new+islamic+dynasties|title=The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual|publisher=Edinburgh University Press|year=2004|isbn=9780748696482|location=|pages=|chapter=The Sa'did Sharifs}}</ref> Walaupun Daulah Saaidiyah kembali bersatu setelah 1627, kerajaan ini terus mengalami kemunduran dan kota Fes mengalami kerusakaan akibat seringnya terjadi pertempuran di kota itu.<ref name=":0523" /> Pada 1641, [[Muhammad al-Haj]] dari tarekat Sufi Dila'iyah dan suku [[Sanhaja]] menduduki Fes.<ref name=":211">{{Cite book|last=Gottreich|first=Emily|url=https://www.worldcat.org/oclc/1139892409|title=Jewish Morocco : a history from pre-Islamic to postcolonial times|date=2020|isbn=978-1-83860-361-8|location=London|oclc=1139892409}}</ref>{{Rp|pages=88}} Masa-masa ini juga dianggap sebagai masa sulit untuk kaum Yahudi kota ini.<ref name=":211" />{{Rp|pages=88}}
 
[[Dinasti Alawi|Dinasti Alawiyun]], yang juga mengklaim status syarif, merebut Fes di tahun 1666 di bawah pimpinan pendiri dinasti, [[Ar-Rasyid dari Maroko|Maulay Rasyid]] ("Tuanku Rasyid"). Kota ini diangkat menjadi ibu kota lagi dan mengalami kemajuan, walaupun ini tidak berlangsung lama.<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Maulay Rasyid mencoba memulihkan kota ini setelah lama terlantar. Ia membangun [[Qasbah Syarardah]] (atau Cherarda, dalam ejaan Prancis, atau disebut juga Qasbah al-Khamis, "benteng Kamis") di utara Fes Jdid sebagai tempat tinggal pasukan sukunya.<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":25"/>{{Rp|25}} Ia juga membangun (atau memulihkan kembali) qasbah yang kini disebut Qasbah an-Nouar, yang menjadi tempat tinggal pengikutnya dari wilayah [[Tafilalt]] yang merupakan kampung halaman asal dinasti ini. Karena ini, qasbah tersebut disebut Qasbah Filalah ("Qasbah orang-orang Tafilalt").<ref name=":03" />{{Rp|84}}<ref name=":2" />{{Rp|72–73}} Maulay Rasyid juga membangun madrasah baru yang besar, Madrasah Syarathin (Cherratine), pada tahun 1670.<ref name=":12" /> Setelah ia meninggal, Fes kembali mengalami kemunduran. Pengganti Maulay Rasyid, [[Ismail bin Syarif|Maulay Ismail]], tampaknya tidak menyukai kota ini, kemungkinan karena terjadi pemberontakan di sana pada awal masa pemerintahannya, dan memilih kota [[Meknes]] (yang berlokasi tidak begitu jauh) sebagai ibukotanya.<ref name=":03" />{{Rp|84}} Walaupun ia memulihkan atau membangun kembali beberapa bangunan penting kota ini, seperti [[Zawiyah Maulay Idris II]], ia juga menarik pajak yang tinggi dari penduduk kota dan beberapa kali memaksa sebagian penduduknya pindah untuk mengisi kota-kota lain di negeri Maghreb.<ref name=":03" />{{Rp|84–85}} Setelah Maulay Ismail meninggal, negeri ini jatuh ke anarki dan perang saudara antara putra-putranya yang memperebutkan kekuasaan selama puluhan tahun. Fes terlibat serangkaian konflik dengan kabilah Udayah, sebuah kabilah militer (''guisy'') yang sebelumnya ditempatkan di Qasbah Syarardah oleh Maulay Ismail. Sultan Maulay Abdullah, salah satu pesaing takhta yang berkuasa selama beberapa selang waktu, menjadikan Fes sebagai ibukotanya. Ia awalnya disambut (1728–29) karena memerangi suku Udayah, tapi hubungannya dengan penduduk kota karena pilihan wali kotanya tidak disukai warga. Ia lalu membuat istana [[Dar Dbibegh]] di kawasan pedesaan di luar kota sebagai tempat tinggalnya. Selama sekitar 30 tahun selanjutnya, Fes terus berada dalam kondisi konflik baik dengan suku Udayah maupun dengan sultan-sultan Alawiyun.<ref name=":03" />{{Rp|85–86}}
 
==Referensi==