Tanah Abang, Jakarta Pusat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muthia Ramadani (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Cun Cun (bicara | kontrib)
→‎Nama: Kapten Tionghoa (Kapitein der Chinezen) bernama Phoa Bing Gam (QuickEdit)
Baris 29:
Ada beberapa teori yang menjelaskan asal muasal nama ''Tanah Abang''. Salah satu teorinya, saat pasukan Mataram melakukan penyerangan di selatan [[Batavia]] pada 1628 dan menjadikan kawasan yang kini disebut ''Tanah Abang'' sebagai pangkalan karena kondisinya yang berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Warna tanah yang kemerahan membuat pasukan tersebut menyebutnya "''tanah abang''" di mana kata ''abang'' dalam bahasa Jawa berarti merah.
 
Ada pula yang menyebut kata ''abang'' bukan berarti "merah", namun memang berarti sapaan kepada "kakak laki-laki". Kawasan tersebut menjadi dikenal umum setelah seorang konglomerat keturunanKapten Tionghoa (Kapitein der Chinezen) bernama [[Phoa BinghamBing Gam]] mendapatkan izin dari [[VOC]] untuk memegang hak kekuasaan hutan di kawasan tersebut, yang mengerjakan terusan dan kanal untuk sarana pengangkutan. Selama pengerjaan, para pekerjanya yang berasal dari Banten memberikan nama ''Tanah Abang'' pada lahan yang dimiliki Phoa BinghamBing Gam.<ref>{{cite web |title=Ada yang Tahu Asal Muasal Nama Tanah Abang? Ini Sejarahnya |url=https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/05/14513931/ada-yang-tahu-asal-muasal-nama-tanah-abang-ini-sejarahnya?page=all |first= Walda |last= Marison |date= 5 Februari 2020 |publisher=[[Kompas.com]]}}</ref>
 
Teori lainnya menyebut bahwa daerah tersebut mulanya disebut sebagai "Nabang", yang kemudian ditambahkan partikel "De" oleh kolonial Belanda, sehingga menjadi "De Nabang". Singkatan tersebut kemudian berubah perlahan-lahan, menjadi "Tenabang", dan terakhir "Tanah Abang".<ref>{{cite web |title=Mengenal Sejarah Pasar Tanah Abang |web=https://komunitasbambu.id/tenabang-tempo-doeloe/ |date=14 Desember 2018 |publisher=Komunitas Bambu}}</ref>