Khalid bin Walid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahramadan (bicara | kontrib) |
Syahramadan (bicara | kontrib) |
||
Baris 75:
Dari enam zona konflik utama di Arab selama perang Riddah, dua diantaranya berpusat di [[Najd]] (dataran tengah Arab). Kedua pertempuran tersebut antara lain adalah pertempuran melawan pemberontak dari [[Bani Asad bin Khuzaimah|Asad]], [[Tayy]] dan [[Bani Ghatafan|suku Ghatafan]] di bawah [[Thulaihah al-Asadi|Thulaihah]] dan pemberontakan suku [[Banu Tamim|Tamim]] yang dipimpin oleh [[Sajjah]]. Kedua pemimpin pemberontakan itu mengaku sebagai nabi.{{sfn|Lecker|2004|p=692}}{{sfn|Watt|1960|p=110}} Setelah Abu Bakar menggagalkan ancaman ke Madinah oleh Ghatafan di [[Pertempuran Dzul Qassa]],{{sfn|Kennedy|2004|p=55}} dia mengirim Khalid melawan suku pemberontak di Najd.{{sfn|Lecker|2004|p=693}}{{efn|Abu Bakar sebelumnya telah mengirim sebagian besar tentara Muslim, di bawah [[Usamah bin Zaid]] untuk menyerang Suriah Bizantium, meskipun ada ancaman terhadap kota-kota Muslim di Hijaz oleh suku-suku nomaden yang telah tidak lagi menerima otoritas Muslim.{{sfn| Watt|1960|p=110}}{{sfn|Lecker|2004|p=693}} Sejarawan Elias Shoufani berpendapat bahwa ekspedisi Usamah adalah ekspedisi yang memiliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada yang semula direncanakan oleh nabi Muhammad dan sehingga Usamah sendiri meragukan jajarannya yang bukan terdiri dari sebagian besar suku Ansar, Muhajirin, dan Badui di wilayah Mekah dan Madinah, melainkan sebagian besar terdiri dari orang-orang miskin, tipe perampok di antara Muslim yang bergantung pada barang rampasan dari serangan sebagai nafkah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=110–111}} Lecker berpendapat bahwa Khalid dikerahkan melawan suku-suku di Najd sebelum kembalinya pasukan Usamah,{{sfn|Lecker|2004|p=693}} sementara Watt mencatat Khalid dikirim dengan pasukan besar setelah kembalinya Usamah.{{sfn|Watt|1960|p=110}}}} Khalid adalah calon ketiga Abu Bakar untuk memimpin kampanye setelah dua pilihan pertamanya, [[Zaid bin Khattab]] dan [[Abu Hudzaifah bin Utbah]], menolak penugasan tersebut.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Pasukannya berasal dari Muhajirin dan Ansar.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Sepanjang kampanye, Khalid menunjukkan kemandirian operasional yang cukup besar dan tidak secara ketat mematuhi arahan khalifah.{{sfn|Shaban| 1971|p=24}} Dalam kata-kata Shaban, "dia hanya mengalahkan siapa pun yang ada di sana untuk dikalahkan".{{sfn|Shaban|1971|p=24}}
=== Pertempuran Buzakhah ===
Fokus awal Khalid adalah menekan pengikut Thulaihah.{{sfn|Watt|1960|p=110}} Pada akhir 632, dia menghadapi pasukan Tulayha di [[Pertempuran Buzakhah]], yang terjadi di sumur eponim di wilayah bani Asad, tempat suku-suku itu berkemah. Tayy membelot ke Muslim sebelum pasukan Khalid tiba di Buzakhah sebagai hasil mediasi antara kedua belah pihak oleh kepala suku Tayy [[Adi ibn Hatim]]. Adi kemudian ditugaskan oleh Madinah sebagai pemungut zakat atas sukunya dan saingan leluhurnya yang tak lain adalah bani Asad.{{sfn|Shoufani|1973|pp=79–80, 117–118}}
Khalid kemudian berhasil mengalahkan pasukan Asad–Ghatafan dalam pertempuran.{{sfn|Shoufani|1973|p=118}} Ketika Thulaihah tampak hampir kalah, sebagian pasukan Ghatafan yang berasal dari [[Bani Fazara|Fazara]] di bawah pimpinan mereka Uyainah bin Hisn meninggalkan lapangan sehingga memaksa Thulaihah untuk melarikan diri ke Suriah.{{sfn|Bosworth|1960|p=1358}} Suku Thulaihah, yaitu bani Asad, kemudian tunduk kepada Khalid dan diikuti oleh [[bani Amir]] yang sampai sekarang netral. Bani Amir sejak awal telah menunggu hasil konflik sebelum memberikan kesetiaannya kepada kedua belah pihak.{{sfn|Bosworth|1960|p=1358}} Uyainah kemudian ditangkap dan dibawa ke Madinah.{{sfn|Shoufani|1973|p=118}} Sebagai akibat dari kemenangan Muslim di Buzakhah, kaum Muslim akhirnya menguasai sebagian besar Najd.{{sfn|Shoufani|1973|p=120}}
===Eksekusi atas Malik bin Nuwairah===
Setelah Buzakhah, Khalid melanjutkan melawan pemberontak kepala suku bani Tamim, yaitu [[Malik bin Nuwairah]] yang bermarkas di al-Butah, di Wilayah Qasim saat ini.{{sfn|Kister| 2002|p=44}} Malik telah ditunjuk oleh Muhammad sebagai pemungut zakat atas bani Tamim di Yarbu, tetapi berhenti meneruskan zakat ini ke Madinah setelah kematian Muhammad.{{sfn|Landau-Tasseron|1991|p=267}} Akibatnya, Abu Bakar memutuskan untuk mengeksekusinya di tangan Khalid.{{sfn|Landau-Tasseron|1991|p=267}} Khalid menghadapi perpecahan dalam pasukannya mengenai kampanye ini ketika orang-orang Ansar awalnya tinggal di belakang karena mengutip instruksi oleh Abu Bakar untuk tidak berkampanye lebih lanjut sampai mereka menerima perintah langsung oleh khalifah.{{sfn|Kister|2002|pp=44–45}} Khalid mengklaim bahwa perintah tersebut adalah hak prerogatifnya sebagai komandan yang ditunjuk oleh khalifah, tetapi dia tidak memaksa Ansar untuk berpartisipasi dan melanjutkan perjalanannya dengan pasukan dari Muhajirin dan Badui pembelot dari Buzakhah dan akibatnya, orang-orang Ansar akhirnya bergabung kembali dengan Khalid setelah mengalami pertimbangan di internal mereka sendiri.{{sfn|Kister|2002|pp=44–45}}
Menurut kisah yang paling umum dalam sumber-sumber tradisional Muslim, tentara Khalid bertemu Malik dan sebelas anggota klannya dari Yarbu pada tahun 632. Orang-orang Yarbu tidak melawan dan menyatakan keislaman mereka sehingga mereka dikawal ke kamp Khalid. Khalid memerintahkan agar mereka semua dieksekusi karena keberatan seorang Ansar, yang pernah menculik seorang dari suku tersebut dan berpendapat bahwa tawanan tidak dapat diganggu gugat karena wasiat mereka sebagai Muslim. Setelah itu, Khalid menikah dengan janda Malik [[Laila binti al-Minhah]]. Ketika berita tentang tindakan Khalid sampai ke Madinah, Umar yang telah menjadi ajudan utama Abu Bakar, mendesak agar Khalid dihukum atau dibebas tugaskan, tetapi Abu Bakar memaafkannya.{{sfn|Landau-Tasseron|1991|p=267}}
Menurut catatan sejarawan abad ke-8 [[Saif bin Umar]], Malik juga telah bekerja sama dengan nabi palsu Sajjah, kerabatnya dari Yarbu, tetapi setelah mereka dikalahkan oleh suku saingan dari Tamim sehingga meninggalkan mereka Malik dan membuatnya mundur ke perkemahannya di al-Butah. Di sana, dia bertemu dengan kelompok kecilnya oleh kaum Muslim.{{sfn|Landau-Tasseron|1991|p=268}} Sejarawan modern [[Wilferd Madelung]] mengabaikan versi Saif, menyatakan bahwa Umar dan Muslim lainnya tidak akan memprotes eksekusi Khalid atas Malik jika Malik telah meninggalkan Islam,{{sfn|Madelung|1997|p=50, note 60}} sementara Watt menganggap cerita tentang Tamim selama perang Riddah secara umum "tidak jelas ... sebagian karena musuh Khalid bin Walid telah memutarbalikkan cerita untuk mengambinghitamkannya".{{sfn|Watt|1956|p=139}} Dalam pandangan sejarawan modern Ella Landau-Tasseron, "kebenaran di balik karier dan kematian Malik akan tetap terkubur di bawah tumpukan tradisi yang saling bertentangan".{{sfn|Landau-Tasseron|1991|p=268}}
===Pemberontakan Musailamah dan penaklukan Yamamah===
{{see also|Pertempuran Yamamah}}
[[File:Yamama english.jpg|thumb|upright=2|alt=Peta satelit Arab tengah dan pemukiman bersejarah, dengan wilayah tertentu yang diarsir merah|Peta wilayah Yamamah, diarsir merah. Wilayah itu ditaklukkan oleh Khalid dari suku [[Banu Hanifah]] yang dipimpin oleh [[Musailamah al-Kazzab]].]]
Setelah serangkaian kemunduran dalam konfliknya dengan faksi-faksi bani Tamim yang saling bersaing, Sajjah bergabung dengan lawan terkuat Muslim, yaitu [[Musailamah al-Kazzab]], pemimpin suku [[Bani Hanifah]] yang menetap di [[Al-Yamamah|Yamamah]],{{sfn|Watt|1960|p=110}}{{sfn|Lecker|2004|p=693}} perbatasan timur perkebunan di Najd.{{sfn|Kister|2002|p=7}} Musailamah memiliki klaim kenabian sebelum hijrahnya Muhammad dari Mekah, dan membuat permohonan agar Muhammad mengakui wahyu ilahinya yang berakhir dengan penolakan oleh Muhammad.{{sfn|Kister|2002|pp=7, 13–17}} Setelah Muhammad meninggal, dukungan karena Musailamah melonjak di Yamamah,{{sfn|Kister|2002|pp=22–23}} yang nilai strategisnya tidak hanya terletak pada kelimpahan ladang gandum dan pohon kurma, tetapi juga lokasinya yang menghubungkan Madinah dengan wilayah [[Bahrain]] dan Oman di Arab timur.{{sfn|Kister|2002|pp=7–9, 28–29}} Abu Bakar telah mengirim [[Syurahbil bin Hasanah]] dan sepupu Khalid [[Ikrimah bin Abu Jahal|Ikrimah]] dengan pasukan untuk memperkuat garda gubernur Muslim di Yamamah, yaitu kerabat suku Musailamah [[Tsumamah bin Utsal]].{{sfn|Kister|2002|p=23}} Menurut sejarawan modern [[Meir Jacob Kister]], kemungkinan besar pertempuran tersebut terjadi karena ancaman yang ditimbulkan oleh tentara Muslim yang memaksa Musailamah untuk membentuk aliansi dengan Sajjah.{{sfn|Kister|2002|pp=23–25}} Ikrimah dipukul mundur oleh pasukan Musailamah dan setelah itu diperintahkan oleh Abu Bakar untuk memadamkan pemberontakan di Oman dan [[Mahrah]] (Arab selatan tengah) sementara Syurahbil tetap berada di Yamamah dengan harapan akan datang pasukan besar Khalid.{{sfn|Kister|2002|p=29}}
Setelah kemenangannya melawan Badui di Najd, Khalid menuju ke Yamamah setelah diberitahu tentang kekuatan militer bani Hanifah dan instruksi oleh Abu Bakar untuk bertindak keras terhadap bani Hanifah jika dia menang.{{sfn|Kister|2002|p=33}} Sejarawan abad ke-12 [[Ibn Hubaysy al-Asadi]] berpendapat bahwa pasukan Khalid dan Musailamah masing-masing berjumlah 4.500 dan 4.000. Kister menolak angka yang lebih besar yang dikutip oleh sebagian besar sumber Muslim awal dan menganggapnya sebagai berlebihan.{{sfn|Kister|2002|pp=46–47}} Tiga serangan pertama Khalid terhadap Musailamah di dataran Aqrabah dipukul mundur.{{sfn |Kister|2002|pp=46–47}} Kekuatan para pejuang Musailamah, keunggulan pedang mereka dan ketidakstabilan kontingen Badui dalam barisan Khalid adalah semua alasan yang disebutkan oleh kaum Muslim atas kegagalan awal mereka.{{sfn|Kister |2002|pp=46–47}} Khalid mengindahkan nasihat Ansari [[Tsabit ibn Qais]] untuk mengeluarkan orang Badui dari pertarungan berikutnya.{{sfn|Kister|2002|p=47}}
Dalam serangan keempat terhadap bani Hanifah, Muhajirin di bawah Khalid dan Ansar di bawah Tsabit membunuh seorang letnan Musailamah, yang membuat Musailamah melarikan diri dengan sebagian pasukannya.{{sfn|Kister|2002|p=47}} Kaum Muslim mengejar Musailamah ke sebuah kebun besar tertutup yang digunakan Musailamah untuk melakukan perlawanan terakhir melawan kaum Muslim.{{sfn|Kister|2002|p=47}} Kandang itu diserbu oleh kaum Muslim, Musailamah dibunuh dan sebagian besar bani Hanifah terbunuh atau terluka.{{sfn|Kister|2002|p=47}} Markas Musailamah tersebut kemudian dikenal sebagai "kebun kematian" karena banyaknya korban tewas yang dimiliki oleh kedua belah pihak.{{sfn|Watt|1960|p=110}}
Khalid menugaskan seorang bani Hanifah yang ditawan di awal kampanye, Mujja'ah bin al-Murarah, untuk menilai kekuatan, moral, dan niat bani Hanifah di benteng Yamamah mereka setelah pembunuhan Musailamah.{{sfn|Lecker|2004|p =693}}{{sfn|Kister|2002|p=48}} Mujja'ah menyuruh wanita dan anak-anak bani Hanifah untuk berpakaian dan berlagak sebagai pria di gerbang benteng dengan tipu muslihat untuk meningkatkan pengaruh mereka dengan Khalid.{ {sfn|Lecker|2004|p=693}} Ia menyampaikan kepada Khalid bahwa bani Hanifah masih memiliki banyak pejuang yang bertekad untuk melanjutkan peperangan melawan Muslim.{{sfn|Kister|2002|p=48}} Karena pasukan Muslim mengalami kelelahan, Khalid terpaksa untuk menerima nasihat Mujja'ah untuk gencatan senjata dengan bani Hanifah, terlepas dari arahan Abu Bakar untuk mengejar bani Hanif dan mengeksekusi tawanan perang dari bani Hanif.{{sfn|Kister|2002|p =48}}
Perjanjian Khalid dengan bani Hanifah mengharuskan suku tersebut masuk Islam dan menyerahkan senjata dan baju besi mereka serta persediaan emas dan perak.{{sfn|Kister|2002|p=48}} Abu Bakar meratifikasi perjanjian tersebut, meskipun ia tetap menentang Konsesi Khalid dan memperingatkan bahwa Hanifah akan tetap setia selamanya kepada Musailamah.{{sfn|Kister|2002|p=48}} Perjanjian itu selanjutnya disucikan oleh pernikahan Khalid dengan putri Mujja'ah. Menurut Lecker, tipu muslihat Mujja'ah mungkin diciptakan oleh tradisi Islam "untuk melindungi kebijakan Khalid karena perjanjian yang dinegosiasikan ... menyebabkan kerugian besar bagi Muslim".{{sfn|Lecker|2004|p=693}} Khalid diberikan sebuah kebun dan ladang di setiap desa yang termasuk dalam perjanjian dengan bani Hanifah, sedangkan desa-desa yang dikecualikan dari perjanjian itu dikenakan hukuman.{{sfn|Lecker|2004|p=694}} Di antara desa-desa ini adalah desa Musailamah, yaitu kampung al-Haddar dan Mar'at, yang penduduknya diusir atau diperbudak dan desa-desa tersebut dimukimkan kembali dengan suku-suku dari klan Tamim.{{sfn|Lecker|2004|p=694}}{{sfn|Kister|2002|p= 4}}
==Catatan==
{{notelist}}
|