Perdarahan subkonjungtiva: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Heihelmi (bicara | kontrib)
Menyunting artikel
Heihelmi (bicara | kontrib)
Menyunting artikel
Baris 4:
 
== Epidemiologi ==
Tidak ada pengaruh jenis kelamin pada penderita perdarahan subkonjungtiva. Akan tetapi, kondisi ini lebih sering ditemukan pada laki-laki yang melakukan pekerjaan berat dan cenderung beraktivitas lebih ekstrim. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata insidensi perdarahan subkonjungtiva non traumatik lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Risiko terjadinya perdarahan subkonjungtiva spontan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 50 tahun. Individu usia tersebut memiliki komorbid berupa hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes melitus<ref name=":0">{{Cite book|last=Doshi|first=Ricky|last2=Noohani|first2=Tariq|date=2022|url=http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551666/|title=Subconjunctival Hemorrhage|location=Treasure Island (FL)|publisher=StatPearls Publishing|pmid=31869130}}</ref>.
 
== Patofisiologi ==
Perdarahan subkonjungtiva diakibatkan oleh perdarahan pembuluh darah konjungtiva atau episklera yang bocor ke ruang subkonjungtiva. Pembuluh darah dapat aus dan robek seiring waktu. Jaringan elastis dan ikat menjadi rapuh seiring bertambahnya usia. Adanya komorbid meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pada lansia. Perdarahan subkonjungtiva traumatik lebih terlokalisasi pada lokasi benturan dibanding perdarahan subkonjungtiva spontan<ref name=":0" />.
 
== Histopatologi ==
Secara histopatologi, perdarahan terjadi di antara [[konjungtiva]] dan episklera, tepatnya di substansia propria. Mata dapat berubah menjadi biru dan kuning karena hemoglobin dan elemen darah lainnya terurai layaknya memar<ref name=":0" />.
 
== Tanda dan gejala ==