Sitti Nurbaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nirkuning (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 68:
</blockquote>
 
Pesan utama dari novel disampaikan dengan dialog panjang antara tokoh-tokoh dengan dikotomi moral, untuk menunjukkan alternatif dari pendirian penulis dan, dengan demikian, "menunjukkan alasan yang jelas mengapa penulis itu benar". Namun, pandangan yang "benar" (milik penulis) ditunjukkanditunjukan dengan kedudukan sosial dan moral tokoh yang mengajukan pandangan tersebut.{{sfn|Foulcher|2002|pp=96–97}}
 
== Tema ==
''Sitti Nurbaya'' cenderung dianggap mempunyai tema anti-pernikahan paksa, atau menjelaskan perselisihan antara nilai Timur dan Barat.{{sfn|Balfas|1976|p=53}} Novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu "monumen perjuangan pemuda-pemudi yang berpikiran panjang" melawan adat.{{sfn|Foulcher|2002|pp=88–89}} Namun, menurut Balfas tidaklah adil apabila ''Sitti Nurbaya'' dianggap hanya sebuah cerita tentang kawin paksa, sebab hubungan antara Nurbaya dan Samsu dapat diterima masyarakat.{{sfn|Balfas|1976|p=54}} Dia menegaskan bahwa novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan tradisional terhadap pernikahan, yang dilengkapi dengan kritik sistem [[maskawin]] dan [[poligami]].{{sfn|Balfas|1976|p=55}} Hingga saat ini, Siti Nurbaya menjadi ikon bagi para perempuan yang melakukan "perlawanan" dengan cara Indonesia.
 
== Penerimaan ==