Kota Binjai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mommy Debby (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Ukozok (bicara | kontrib)
k Menambahkan etimologi kata Binjai.
Baris 47:
Pada masa silam kota Binjai disebut sebagai sebuah kota yang terletak di antara [[Sungai Mencirim]] di sebelah timur dan [[Sungai Bingai]] di sebelah barat, terletak di antara dua kerajaan Melayu yaitu [[Kesultanan Deli]] dan [[Kerajaan Langkat]]. Berdasarkan penuturan para leluhur, baik yang dikisahkan atau yang diriwayatkan dalam berbagai tulisan yang pernah dijumpai, kota Binjai itu berasal dari sebuah kampung yang kecil terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di bawah sebatang pohon Binjai (''Mangifera caesia'') yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh di pinggir Sungai Bingai yang bermuara ke [[Sungai Wampu]], sungai yang cukup besar dan dapat dilayari sampan-sampan besar yang berkayuh sampai jauh ke udik.<ref name=pemko>{{Cite web |url=http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html |title=Situs resmi pemerintah Kota Binjai - Sejarah singkat Kota Binjai |access-date=2017-08-21 |archive-date=2017-08-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170821084753/http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html |dead-url=no }}</ref>
 
Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang menjadi bandar atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang yang datang dari [[Stabat]], [[Tanjung Pura]] dan juga dari [[Selat Malaka]]. Kemudian nama pohon Binjai itulah yang akhirnya melekat menjadi nama kota Binjai. Konon pohon [[Binjai|Binjai]] ini adalah sebangsa pohon yang juga dikenal dengan nama [[Mangifera|embacang]]. danKata istilahnyaBinjai berasal dari [[bahasa KaroMelayu]].
 
Dalam versi lain yang merujuk dari beberapa referensi, asal-muasal kata "Binjai" merupakan kata baku dari istilah "Binjéi" yang merupakan makna dari kata "ben" dan "i-jéi" yang dalam bahasa Karo artinya "bermalam di sini". Pengertian ini dipercaya oleh sebagian masyarakat asli kota Binjai, khususnya etnis Karo merupakan cikal-bakal kota Binjai pada masa kini. Hal ini berdasarkan fakta sejarah, bahwa pada masa dahulu kala, kota Binjai merupakan perkampungan yang berada di jalur yang digunakan oleh "Perlanja Sira" yang dalam istilah Karo merupakan pedagang yang membawa barang dagangan dari dataran tinggi Karo dan menukarnya (barter) dengan pedagang garam di daerah pesisir Langkat.
 
Perjalanan yang ditempuh ''Perlanja Sira'' ini hanya dengan berjalan kaki menembus hutan belantara menyusuri jalur tepi sungai dari dataran tinggi Karo ke pesisir Langkat dan tidak dapat ditempuh dalam waktu satu atau dua hari, sehingga selalu bermalam di tempat yang sama, begitu juga sebaliknya, kembali dari dataran rendah Karo yaitu pesisir Langkat, Para ''perlanja sira'' ini kembali bermalam di tempat yang sama pula, selanjutnya seiring waktu menjadi sebuah perkampungan yang mereka namai dengan "Kuta Benjéi".