Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Baris 59:
Konsep ''moksa'' muncul jauh setelah sastra India kuno daripada konsep ''dharma''. Konsep-proto yang muncul pertama di ayat-ayat Sansekerta kuno dan Upanishad awal adalah ''mucyate'', yang berarti dibebaskan atau dilepaskan. Ini adalah Upanishad pertengahan dan selanjutnya, seperti Svetasvatara dan [[Maitrayaniya Upanishad|Maitri]], dimana kata ''moksa'' muncul dan mulai menjadi konsep penting.
 
Katha Upanishad, naskah zaman pertengahan Upanishad yang bertanggal sekitar 2500 tahun, adalah salah satu eksposisi paling awal tentang ''samsara'' dan ''moksa''. Dalam buku I, bagian III, legenda tentang anak laki-laki Naciketa bertanya pada [[Yama]], dewa kematian, apa yang menyebabkan ''samsara'' dan apa yang mengarah ke pembebasan. Naciketa bertanya: apa yang menyebabkan kesedihan? Yama menjelaskan bahwa penderitaan dan ''samsara'' dihasilkan dari sebuah kehidupan yang dijalani dengan linglung, dengan ketidakmurnian, dengan tidak menggunakan kecerdasan maupun penyelidikan diri, dimana baik pikiran maupun inderaindra tidak dibimbing oleh ''[[atman]]'' (jiwa, diri) seseorang. Pembebasan datang dari sebuah kehidupan yang dijalani dengan kemurnian batin, pikiran yang awas, dibimbing oleh ''buddhi'' (nalar, kecerdasan), kesadaran akan Diri Tertinggi ''(purusha'') yang tinggal di semua makhluk. Kathaka Upanishad menegaskan pengetahuan itu membebaskan, pengetahuan adalah kebebasan. Kathaka Upanishad juga menjelaskan peran yoga dalam pembebasan diri, ''moksa''.
 
Svetasvatara Upanishad, naskah zaman pertengahan Upanishad yang ditulis setelah Kathaka Upanishad, dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa manusia dilahirkan, apa penyebab utama dibalik semesta, apa yang menyebabkan kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup? Ini kemudian meneliti berbagai teori, yang kemudian ada, tentang ''samsara'' dan pelepasan dari belenggu. Svetasvatara mengklaim, belenggu dihasilkan dari penolakan, ilusi atau delusi; pembebasan datang dari pengetahuan. Yang mahatinggi hidup di semua makhluk, ialah penyebab utama, ialah hukum abadi, ialah esensi dari segalanya, ialah alam, ia bukanlah entitas terpisah. Pembebasan datang dari siapa yang mengetahui Yang Mahatinggi hadir sebagai Roh dan Prinsip Semesta, seperi yang mereka tahu kalau mentega hadir dalam susu. Kesadaran seperti itu, klaim Svetasvatara, datang dari pengetahuan-diri dan disiplin-diri; dan pengetahuan serta kesadaran ini adalah pembebasan dari perpindahan, tujuan utama Upanishad.