Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Baris 131:
Mazhab Weda Hinduisme menyarankan langkah pertama menuju moksa dimulai dengan ''mumuksutva'', yaitu hasrat pembebasan. Hal ini berupa pertanyaan tentang diri sendiri, apa yang benar, mengapa melakukan hal-hal atau kejadian-kejadian yang membuat kita bahagia atau menyebabkan penderitaan, dan seterusnya. Kerinduan akan pengetahuan yang membebaskan ini dibantu oleh, diklaim oleh [[Adi Shankara|Adhi Shankara]] Advaita Wedanta, seorang guru, studi pengetahuan historis dan ''viveka'' (berpikir kritis). Ini karena seorang guru dapat membantu seseorang mengembangkan pengetahuan maya (sifat ilusi dunia), sebuah tahap kritis di jalan menuju moksa. Shankara memperingatkan bahwa guru dan pengetahuan historis mungkin terdistorsi, jadi tradisi dan asumsi historis harus dipertanyakan oleh seseorang yang mencari ''moksa''. Mereka yang berada di jalan mereka menuju ''moksa'' (samnyasin), ucap Klaus Klostermaier, pada dasarnya adalah mereka yang terbebas, tanpa mengidamkan apa pun di kehidupan duniawi, dengan demikian tidak didominasi oleh, atau mendominasi siapa pun.
 
Vivekachudamani, yang secara harafiah berarti "Mahkota Permata Penalaran Diskriminatif", adalah sebuah buku yang dikhususkan untuk ''moksa'' di filsafat Wedanta. Ini menjelaskan perilaku dan pengejaran apa yang mengarah pada ''moksa'', seperti tindakan dan asumsi apa yang menghalangi ''moksa''. Empat keadaan esensial, menurut Vivekachudamani, sebelum seseorang dapat memulai jalan ''moksa'', termasuk (1) ''vivekah'' (diskriminasi, penalaran kritis) antara prinsip abadi dan dunia sekilas; (2) ''viragah'' (ketidakpedulian, kurangnya keinginan) untuk penghargaan materilmateriil; (3) ''samah'' (ketenangan pikiran), dan (4) ''damah'' (pengendalian diri, [[Kesederhanaan (kebajikan)|kesederhanaan]]). ''Brahmasutrabhasya'' menambahkan empat persyaratan di atas, yaitu: ''uparati'' (kurangnyatidak adanya bias, kebosananobjektivitas), ''titiksa'' (ketahanan, kesabaran), ''sraddha'' (keyakinan), dan ''samadhana'' (niat, komitmen).
 
Tradisi Adwaita mempertimbangkan ''moksa'' yang dapat dicapai dengan menghilangkan avidya (penolakan). ''Moksa'' terlihat sebagai pelepasan final dari ilusi, dan melalui pengetahuan (''anubhava'') sifat dasar diri sendiri, yaitu Satcitananda. Advaita berpendapat tidak ada pembedaan wujud/non wujud antara ''Atman'', ''[[Brahman]]'', dan ''Paramatman''. Pengetahuan Brahman mengarah pada ''moksa'', dimana Brahman digambarkan sebagai yang merupakan asal mula dan akhir segala sesuatu, prinsip universal di balik dan sumber segala sesuatu yang ada, kesadaran yang meresap apa pun dan apa saja. Advaita Wedanta menekankan [[Jnana Yoga]] sebagai alat untuk mencapai ''moksa''. Kebahagiaan, klaim mazhab ini, adalah buah ilmu (vidya) dan kerja (karma).