Perang Tiongkok-Jepang Pertama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
|}}
 
'''Perang Tiongkok-Jepang Pertama''' (中日甲午战争/中日甲午戰爭 - Zhōngrì Jiǎwǔ Zhànzhēng); (日清戦争 [[Romaji]]: Nisshin Sensō) ([[1 Agustus]] [[1894]]–[[17 April]] [[1895]]) adalah sebuah perang antara [[Dinasti Qing]] [[Tiongkok]] dan [[Zaman Meiji|Meiji]] [[Jepang]] dalam perebutan kendali atas [[Korea]]. Perang Tiongkok-Jepang merupakan simbol kemerosotan Dinasti Qing dan juga menunjukkan kesuksesan modernisasi [[Jepang]] sejak [[Restorasi Meiji]] dibandingkan dengan [[Gerakan Penguatan Diri]] di [[Tiongkok]]. Keberhasilan modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji tidak lepas dari semangat kuat setiap orang, mulai dari perdana menteri hingga masyarakat umum, setia kepada negara dan melakukan modernisasi secepat mungkin. Bahkan ada orang-orang di eselon atas angkatan laut yang rela bunuh diri demi mendapatkan dua kapal perang tambahan.
 
Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Dinasti Qing dan penandatanganan [[Perjanjian Shimonoseki]] pada tahun 1895 yang berakibat pada ganti rugi 30 juta tael kepada Jepang.
Baris 29:
 
== Latar belakang ==
Setelah lebih dari dua abad menerapkan kebijakan [[Sakoku|mengasingkan diri]] dibawah pemerintahan [[Zaman Edo|Keshogunan]], Jepang akhirnya mebukamembuka perdagangan luar negeri, dengan disetujuinya [[Persetujuan Kanagawa]] pada tahun 1854. Kejatuhan Keshogunan yang diikuti dengan [[Restorasi Meiji]], membuat pemerintahan Meiji yang baru dibentuk, bisa memulai reformasi untuk menjadikan jepang negara yang terpusat dan modern.{{sfn|Jansen|2002|p=343}} Jepang juga mengirimkan beberapa delegasi dan pelajar-pelajar Jepang ke seluruh dunia, untuk mempelajari dan menerima budaya dan ilmu pengetahuan bangsa barat, dengan tujuan untuk memajukan dan mebuat Jepang sejajar dengan kekuatan Barat.{{sfn|Jansen|2002|p=335}} Reformasi ini membuat Jepang yang tadinya masyarakat [[feodal]], menjadi negara industri yang modern.
 
Dinasti Qing di tiongkok juga mulai menerapkan reformasi politik dan militer, tetapi masih sangat jauh dari kesuksesan.