Maludin Simbolon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
refining
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
k →‎Keterlibatan dalam PRRI: will be enriched and refined later
Baris 53:
[[Berkas:PRRI colorized by colorbykevin.jpg|jmpl|270x270px|Kolonel [[Dahlan Djambek]], [[Burhanuddin Harahap]], [[Ahmad Husein]], [[Sjafruddin Prawiranegara]], Kolonel Maludin Simbolon, dan [[Muhammad Sjafei]]]]
Maludin Simbolon termasuk di antara pemimpin daerah di Sumatra dan Sulawesi, yang merasa tidak puas terhadap berbagai kebijakan pemerintah pusat akhir tahun 1950-an.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Antara lain tuntutan perubahan yang diinginkan ialah dalam hal peningkatan kesejahteraan prajurit, otonomi daerah yang lebih besar, serta penggantian para pejabat sipil dan militer pusat di Jakarta.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Pada 25 November 1956, Maludin Simbolon memenuhi panggilan KASAD A.H. Nasution ke Jakarta untuk membahas timbang terima jabatan Panglima TT-I yang akan dilaksanakan dengan penggantinya, Jamin Ginting. Maludin menyetujui pelaksanaan timbang terima pada Desember 1956 dengan tanggal yang akan dilaporkan kemudian. Namun, hingga 15 Desember 1956, KASAD belum menerima laporan kembali dari Maludin Simbolon. Oleh karena itu, [[Ahmad Yani]] diutus ke Medan pada 17 Desember 1956 untuk menyampaikan instruksi KASAD agar timbang terima jabatan Panglima TT-I dilaksanakan pada hari Natal. Pertemuan antara Ahmad Yani dengan Maludin Simbolon berlangsung pada 18 Desember 1956. Pada saat itu, TNI sebenarnya sudah memutuskan langkah yang akan diambil terhadap Maludin Simbolon.{{sfn|TNI-AD|1979|p=15}}
 
Maludin kemudian bergabung dalam [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI), dan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah militer Sumatera Utara dengan pemerintah pusat tanggal 22 Desember 1956 di Medan, walaupun tetap menyatakan setia pada Dwitunggal Soekarno-Hatta.<ref name=":3" /> Kabinet [[Ali Sastroamidjojo]] di Jakarta pada malam hari itu juga mengadakan rapat darurat, dan pada pagi harinya [[Soekarno|Presiden Soekarno]] mengumumkan pencopotan Maludin dari posisinya dan menunjuk wakilnya Letkol. [[Djamin Ginting]]s untuk mengamankan situasi.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Selain itu juga sebutkan bahwa Letkol. Abdul Wahab Makmoer adalah sebagai pengganti selanjutnya, apabila Letkol. Gintings tidak berhasil bertindak.<ref name=":2" /><ref name=":3" />