MNC Asia Holding: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh 2001:448A:1021:28B1:6C98:E0C:CF23:ECED (bicara) ke revisi terakhir oleh 182.1.132.157
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
→‎1989-2011: tanpa referensi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 67:
Perusahaan ini didirikan oleh [[Hary Tanoesoedibjo]] di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] pada tanggal 2 November 1989 sebagai sebuah perusahaan [[sekuritas]] dengan nama '''PT Bhakti Investama''', bermodal Rp 64 juta. Setahun kemudian, perusahaan ini memindahkan kantor pusatnya ke [[Jakarta]].<ref>[https://economy.okezone.com/read/2016/01/29/320/1299945/bermodal-rp64-juta-hary-tanoe-beberkan-rahasia-kesuksesan-bisnisnya Bermodal Rp64 Juta, Hary Tanoe Beberkan Rahasia Kesuksesan Bisnisnya]</ref> Pada tahun 1994, perusahaan memperluas cakupan usahanya untuk memasukkan perdagangan efek dan perantara pedagang efek, penasihat investasi, manajer investasi, penjamin emisi, originasi dan sindikasi, penasihat keuangan dan jasa riset, serta merger dan akuisisi, diikuti oleh peluncuran reksa dana produk. Tiga tahun kemudian, pada 1997, perusahaan ini resmi melantai di [[Bursa Efek Indonesia]] yang berhasil meraup dana Rp 80 miliar.<ref name="beritasatu.com">[https://www.beritasatu.com/archive/320942/hary-tanoe-anomali-ekonomi-justru-memberi-keuntungan-besar Hary Tanoe: Anomali Ekonomi Justru Memberi Keuntungan Besar]</ref> [[Titiek Soeharto]] dan [[George Soros]] pun pernah memegang minoritas saham perusahaan ini, walaupun tidak lama.<ref>[https://inilah.com/news/1801001/jejak-politik-para-saudagar-media Jejak Politik Para Saudagar Media]</ref> Pada tahun 1999, perusahaan ini beralih ke bisnis investasi, sehingga bisnis sekuritas dan [[manajemen aset]]nya masing-masing dipisah ke PT Bhakti Capital Indonesia dan Bhakti Asset Management.
 
Pada awal dekade 2000-an, perusahaan ini membeli saham dari sejumlah perusahaan, seperti [[Astra Internasional]] (3%), [[Bentoel Internasional Investama#bentoel Prima|PT Bentoel Prima]] (75%), [[Indomaret]] (51%), dan PT Salim Oleochemical (100%).<ref>[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA24&lpg=PA24&dq=Bhakti+investama+titiek&source=bl&ots=t2QOB-Tlc0&sig=ACfU3U3PGwKIX8dIfakEgc-m0yFaKnw3nQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjmqdOEtIfvAhWYaCsKHbm8A304ChDoATAHegQIBRAD#v=onepage&q=Bhakti%20investama%20titiek&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref> Bahkan Hary Tanoesoedibjo pun ditawari langsung oleh [[Bambang Trihatmodjo]] agar mau membeli 25% saham [[Global Mediacom|PT Bimantara Citra]].<ref name="swa">[https://swa.co.id/swa/listed-articles/mengapa-orang-masih-mengira-yang-laintanya Mengapa Orang Masih Mengira yang Lain?]</ref> Sebagian besar saham-saham tersebut kemudian dilepas. Keberhasilan perusahaan ini dalam membeli saham dari banyak perusahaan pun sempat menimbulkan pertanyaan, dan muncul rumor bahwa perusahaan ini didukung oleh [[keluarga Cendana]] atau [[Salim Group]].<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/8955/salim-tidak-membonceng-bhakti-masuk-bimantara Salim Tidak Membonceng Bhakti Masuk Bimantara]</ref> Namun, Hary Tanoesoedibjo mengaku bahwa ia hanya memanfaatkan situasi ekonomi saat itu untuk menarik banyak investor sebesar-besarnya, dan keberhasilannya lebih disebabkan oleh usahanya dalam menyehatkan perusahaan-perusahaan yang sahamnya ia beli. Kemudian, ia menjual saham dari perusahaan yang kondisinya sudah lebih baik kepada pemilik baru dengan harga mahal.<ref name="beritasatu.com"/><ref name="swa"/>
 
Pada tahun 2001, Bhakti Capital Indonesia resmi melantai di [[Bursa Efek Indonesia]], dan pada tahun 2002, PT Bhakti Capital Indonesia Tbk ditunjuk sebagai [[Perusahaan induk|induk]] untuk anak-anak usaha perusahaan ini yang bergerak di bidang jasa keuangan. Pada tahun 2003, perusahaan ini resmi mengakuisisi Bimantara Citra. Pada tahun 2004, Bhakti Capital Indonesia memisahkan bisnis sekuritasnya ke Bhakti Securities. Pada tahun 2007, perusahaan ini menjadi pemegang 20% saham PT MNC Sky Vision. Pada tahun yang sama, anak usahanya Media Nusantara Citra resmi melantai di [[Bursa Efek Indonesia]]. Pada tahun 2010, perusahaan ini berekspansi ke bisnis energi dan sumber daya alam. Bhakti Capital Indonesia kemudian mengakuisisi UOB Life dan mengubah namanya menjadi MNC Life. Global Mediacom juga resmi memegang 75,4% saham PT MNC Sky Vision. Pada tahun 2011, perusahaan ini mengubah merek anak-anak usahanya yang bergerak di bidang jasa keuangan, yakni menjadi MNC Securities, MNC Asset Management, dan MNC Finance. Bhakti Capital Indonesia kemudian mengakuisisi Jamindo General Insurance dan mengubah namanya menjadi MNC Insurance.
 
=== 2012-sekarang ===