Senduro, Senduro, Lumajang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adhiyan216 (bicara | kontrib)
Adhiyan216 (bicara | kontrib)
Baris 26:
Berdasarkan penelusuran para sesepuh Desa Senduro maka pada tahun 1968 ditemukan nama seorang tokoh bernama Mbah Tompokerso. Mbah Tompokerso bukanlah nama sebenarnya. Nama asli beliau adalah Ki Demang Legawa. Ki Demang Legawa berasal dari daerah Gerbo (Pasuruan) yang ditugasi oleh Adipati Nitiadiningrat untuk menjaga kawasan keramat bernama Selarawa ([[Situs Selogending]]). Dibantu Mbah Sembrung, Ki Demang Legawa diberi wilayah kekuasaan Desa Senduro dan menjadi demang pertama bergelar Demang Sindura.
[[Berkas:Brown Hand Drawn Flower Blank Notes A4 Landscape.png|jmpl|571x571px]]
Tugas untuk menjaga kawasan Selarawa memang bukan tanpa sebab. Di tempat itu hidup seorang anak keturunan Adipati MAS (Maulana Syarif) Malayakusuma yaitu Panji MAS Tedjo Kusumo. Tedjo Kusumo sendiri adalah cucu dari Tumenggung MAS Kartonegoro (Bupati Lumajang) dan cicit dari Adipati MAS Jayarana Anggawangsa Anggawi al-Hasani (Adipati Surabaya). Di bawah bimbingan dan perlindungan Pandita Amongdharma, Tedjo Kusumo menjadi Demang Tengger dan menurunkan Trah Kyai MAS Soemodiwirjo. Trah Kyai MAS Soemodiwirjo menurunkan Kepala Desa pertama yaitu Kemadi / Kamidun bin Soemodiwirjo.
 
Karena Desa Senduro memiliki keterkaitan dengan Sultan Hamengkubuwono II maka boleh jadi yang disebut sebagai Mbah Tompokerso itu sebenarnya adalah Pangeran Sundoro itu sendiri. Di dalam sejarah, Pangeran Sundoro pernah dibuang karena menentang pemerintah kolonial. Pangeran Sundoro juga tidak dimakamkan di pemakaman raja-raja Imogiri yang mengindikasikan bahwa beliau memang tidak pernah kembali ke Yogyakarta. Pangeran Sundoro kemungkinan diasingkan ke Desa Senduro dan menikah dengan Ratu Ayu Kunti binti Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (GKR. Sultan).