Perang Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 113:
===Pemakaman Kerkhof Poucut Belanda===
Banyak korban Belanda dalam Perang Aceh dimakamkan di [[Pemakaman Kerkhof Peucut]] (juga disebut Pemakaman Peutjoet atau Peutjut), pemakaman militer Belanda terletak di dekat pusat [[Banda Aceh] ] di sebelah [[Museum Tsunami Aceh]]. Kerkhoff Poucut tercatat sebagai pemakaman militer Belanda terbesar di luar Belanda. Terdapat sekitar 2.200 kuburan tentara Belanda serta rekrutan dari Ambon, Manado dan Jawa, serta beberapa jenderal Belanda.<ref>Hotli Semanjuntak, '[http://www.thejakartapost.com/news/2012/03/20/kerkhoff-poucut-cemetery-testifying-aceh-war.html Kerkhoff Poucut Cemetery, testifying to the Aceh War'], ''The Jakarta Post'', 20 Maret 2012.</ref>
 
== Taktik perang ==
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_eerste_Divisie_Marechaussee_in_1892_kapitein_Notten_en_luitenant_Nolthenius_met_het_administratief_kader_en_alle_brigade_commandanten_TMnr_10001555.jpg|jmpl|250px|kiri|[[Korps Marechaussee te Voet|Divisi Marsose]] pertama pada tahun 1892, Kapten Notten dan Letnan Nolthenius beserta komandan brigade]]
 
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, [[di mana]] dibentuk [[pasukan]] [[maréchaussée]] yang dipimpin oleh [[Hans Christoffel]] dengan pasukan [[Colone Macan]] yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.
 
Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan [[Tengku Putroe|Teungku Putroe]] ([[1902]]). Van der Maaten menawan putera Sultan [[Tuanku Ibrahim]]. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal [[5 Januari]] [[1902]] ke [[Sigli]] dan berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap [[Tangse, Pidie|Tangse]] kembali, [[Panglima Polim]] dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, [[Cut Po Radeu]] saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata dan menyerah ke [[Kota Lhokseumawe|Lhokseumawe]] pada Desember [[1903]]. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim.
 
[[Berkas:The Dutch War In Sumatra- Malay Soldiers Under The Dutch.jpg|thumb|Tentara Melayu di bawah komando Belanda di Sumatra.]]
Taktik selanjutnya, [[Pembantaian Tanah Gayo, Alas, dan Batak|pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh]] yang dilakukan di bawah pimpinan [[G.C.E. van Daalen (1863-1930)|Gotfried Coenraad Ernst van Daalen]] yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di [[Kuta Reh]] ([[14 Juni]] [[1904]]) [[di mana]] 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan.
 
Taktik terakhir menangkap [[Cut Nyak Dhien]] istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, di mana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke [[Sumedang]].
 
== Surat perjanjian tanda menyerah ==